Claim Missing Document
Check
Articles

Found 15 Documents
Search

Karakteristik Hasil Pemeriksaan OAE Dan BERA di Klinik THT RSUD Haji Kota Makassar Michiko, Putri Aryanti; Aulia, Riza; Alimah, Yarni; Syahrijuita, Syahrijuita; Djamin, Riskiana
Jurnal Riset Multidisiplin Agrisosco Vol 2, No 3 (2024): Vol 2 No 3 Desember 2024
Publisher : Lembaga Penelitian, Pengembangan, Pemberdayaan Potensi Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.61316/jrma.v2i3.97

Abstract

Keterlambatan bicara pada anak menjadi tantangan yang semakin meningkat. Gangguan pendengaran yang tidak ditangani dapat menyebabkan keterlambatan bicara dan bahasa. Pemeriksaan Otoacoustic Emissions (OAE) dan Brainstem Evoked Response Audiometry (BERA) penting dalam mendeteksi gangguan pendengaran pada anak. Tujuan: Penelitian ini bertujuan untuk menginvestigasi karakteristik hasil pemeriksaan OAE dan BERA di Klinik THT RSUD Haji Kota Makassar serta hubungannya dengan keterlambatan bicara pada anak. Penelitian ini menggunakan desain potong lintang dengan melibatkan 71 subjek anak. Hasil pemeriksaan OAE menunjukkan bahwa 63.38% subjek memiliki hasil PASS, sementara 36.63% memiliki hasil REFER. Hasil pemeriksaan BERA menunjukkan bahwa 59.15% subjek memiliki pendengaran normal, dan 23.94% memiliki SNHL berat. Kelompok usia yang paling terpengaruh adalah 2-3 tahun (25,35%), dengan dominasi subjek laki-laki (72%). Data diperoleh dari catatan medis dan hasil pemeriksaan OAE dan BERA di Klinik THT RSUD Haji Kota Makassar. Penelitian dilakukan selama 12 bulan. Hasil: Pemeriksaan OAE dan BERA dapat digunakan sebagai metode evaluasi fungsi pendengaran pada anak dengan keterlambatan bicara. Faktor risiko seperti asfiksia saat lahir, bantuan pernapasan, dan infeksi prenatal juga berkontribusi terhadap gangguan pendengaran. Kesimpulan: Ketersediaan pemeriksaan OAE dan BERA di rumah sakit penting dalam mengevaluasi keterlambatan bicara pada anak. Pada sampel penelitian ini umumnya kelompok usia 2-3 tahun dan jenis kelamin laki-laki. Didapatkan hasil pemeriksaan lebih banyak pendengaran normal dibandingkan yang mengalami gangguan, berdasarkan pemeriksaan OAE dan BERA.
Sebuah Review: Manfaat Platelet Rich Plasma, Platelet Rich Fibri, dan Platelet Rich Fibrin Matrix pada Kasus Rinologi Agri, Hardianti; Tobo, Gadis Sabrina; Punagi, Abdul Qadar; Djamin, Riskiana; Syahrijuita, Syahrijuita; Alimah, Yarni
Jurnal Riset Multidisiplin Agrisosco Vol 2, No 3 (2024): Vol 2 No 3 Desember 2024
Publisher : Lembaga Penelitian, Pengembangan, Pemberdayaan Potensi Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.61316/jrma.v2i3.99

Abstract

Penggunaan PRP banyak dikombinasi dengan materialmaterial graft seperti graft autogenus, graft sintetic atau dapat dengan kombinasi sel stem mesenkim. Keuntungannya antara lain keamanan (karena merupakan bahan autologus), peningkatan pengendapan trombosit dan faktor pertumbuhan di area penyembuhan, dan waktu persiapan yang singkat. Struktur spesifik ini akan memainkan peran penting dalam meningkatkan migrasi sel, proliferasi sel, dan pembentukan siklik. Tinjauan ini menjelaskan bukti yang ada mengenai penggunaan plasma kaya trombosit dalam operasi THT. Hasil Kajian Pustaka menunjukkan Penggunaan PRP di bidang THT, dari berbagai literatur khususnya di bidang rinologi PRP dapat digunakan pada pasien dengan gangguan penghidu post covid, rhinitis atropican dan pasien rhinosinusitis kronik post operasi FESS. Platelet rich plasma (PRP) mengandung banyak platelet yang terdiri dari growth factor dan komponen lain yang sangat menunjang terjadinya proses penyembuhan regenerative. Perkembangan terbaru dalam PRP telah menciptakan produk baru yang disebut matriks fibrin kaya trombosit (PRFM), yang memiliki struktur lebih padat dan fleksibel. Matriks fibrin kaya trombosit (PRFM) merupakan konsentrat trombosit generasi terbaru dengan persiapan sederhana tanpa bahan biokimia (bovine trombin). Kesimpulan dari review literatur ini bahwa PRP meningkatkan faktor-faktor yang mempengaruhi pertumbuhan jaringan, diferensiasi, dan penyembuhan bekas luka seperti faktor pertumbuhan turunan trombosit, faktor pertumbuhan transformasi, faktor pertumbuhan fibroblas, faktor pertumbuhan endotel, dan faktor pertumbuhan mirip insulin. Oleh karena itu, PRP telah terbukti memberikan hasil positif yang dapat diterima dalam berbagai studi klinis dan secara efektif meningkatkan penyembuhan luka dan regenerasi jaringan, termasuk dalam bidang THT. Adapun penggunaam PFRM dalam bidang THT pada operasi septorhinoplasti, miringoplasti dan penutupan defek luka.
Perforasi Septum Nasi pada Abses Septum dengan DM Tipe 2 yang Tidak Terkontrol (Laporan Kasus) Pandiangan, Marojahan; Mahmuddin, Ihsan; Punagi, Abdul Qadar; Djamin, Riskiana; Syahrijuita, Syahrijuita; Alimah, Yarni
Jurnal Riset Multidisiplin Agrisosco Vol 2, No 3 (2024): Vol 2 No 3 Desember 2024
Publisher : Lembaga Penelitian, Pengembangan, Pemberdayaan Potensi Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.61316/jrma.v2i3.95

Abstract

Abses septum nasi merupakan penyakit yang jarang terjadi namun dapat menyebabkan komplikasi serius. Kasus abses septum dengan diabetes mellitus (DM) tipe 2 yang tidak terkontrol adalah suatu keadaan yang jarang. Laporan ini menjelaskan tentang kasus abses septum pada seorang pria dengan DM tipe 2 yang tidak terkontrol. Melaporkan kasus abses septum nasi pada pasien dengan DM tipe 2 yang tidak terkontrol dan memberikan penekanan pada pentingnya diagnosis dini dan pengobatan yang tepat. Laporan Kasus: Seorang pria berusia 65 tahun dengan DM tipe 2 yang tidak terkontrol datang dengan keluhan hidung tersumbat, rinore serous, post nasal drip, dan riwayat epistaksis. Pemeriksaan fisik menunjukkan pembengkakan pada septum nasi bilateral. Pemeriksaan penunjang meliputi foto rontgen dan Foto waters yang tidak menunjukkan kelainan radiologis yang signifikan. Pasien menjalani tindakan operasi berupa insisi dan drainase abses septum nasi sinistra, diikuti dengan terapi antibiotik. Pasien menjalani insisi dan drainase abses septum nasi sinistra, serta menerima terapi antibiotik. Pada tindak lanjut terakhir pascaoperasi, pasien tidak mengalami nyeri, hidung tersumbat, atau epistaksis. Gangguan pada telinga dan tenggorokan juga tidak ditemukan. Abses septum nasi pada pasien dengan DM tipe 2 yang tidak terkontrol dapat menyebabkan komplikasi serius. Diagnosis dini dan penanganan yang tepat sangat penting untuk mencegah komplikasi dan mengurangi risiko kematian. Laporan ini menggaris bawahi pentingnya kesadaran klinis terhadap abses septum nasi dan perlunya tindakan segera untuk mencegah komplikasi yang mengancam nyawa.
Osteoma Raksasa Sinus Maksilaris dan Etmoidalis: Kasus Jarang Johansyah, Lydia Christina; Irwansyah, Andi Cakra; Pieter, Nova Audrey Luetta; Djamin, Riskiana; Syahrijuita, Syahrijuita; Alimah, Yarni
Jurnal Riset Multidisiplin Agrisosco Vol 2, No 3 (2024): Vol 2 No 3 Desember 2024
Publisher : Lembaga Penelitian, Pengembangan, Pemberdayaan Potensi Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.61316/jrma.v2i3.96

Abstract

Osteoma digambarkan sebagai pertumbuhan tulang matur yang berkembang lambat dan berlebihan, terletak khas pada tulang dengan osifikasi intramembran, seperti tulang tengkorak. Osteoma sinus paranasalis tidak menunjukkan gejala hingga massa tumor mencapai ukuran tertentu. Diagnosa osteoma sinus paranasalis sering ditegakkan secara insidentil saat evaluasi radiologik untuk masalah lain. Penanganan utama pada osteoma sinus paranasalis simptomatik adalah dengan bedah endoskopik atau pendekatan eksternal. Tujuan penelitian untuk berbagi pengetahuan tentang penanganan bedah pada pasien dengan osteoma sinus maksilaris dan etmoidalis. Laporan kasus: Seorang laki-laki umur 16 tahun dengan keluhan obstruksi nasi ada sebelah kanan dialami sejak 9 bulan terakhir. Sebelumnya terdapat keluhan pada gigi yang ingin dicabut kemudian dilakukan pemeriksaan foto panoramik dan ditemukan kelainan lalu dirujuk ke dokter THT. Pada pemeriksaan rinoskopi anterior dextra tampak massa berwarna putih, konsistensi keras, tidak mudah berdarah, yang menyempitkan cavum nasi dextra. Pemeriksaan CT scan sinus paranasalis didapatkan hasil massa hiperdens cavum nasi yang melibatkan sinus maxillaris dan sinus ethmoidalis kanan yang menyempitkan choanae sugestif giant osteoma, osteoma sinus ethmoidalis kiri, multisinusitis dan deviasi septum nasi ke kiri. Pada intraoperatif tampak massa konsistensi keras berwarna putih pada cavum maksila dan etmoid dextra. Manajemen: Pasien ini dilakukan operasi maksilektomi medial dengan pendekatan rinotomi lateral diperluas dengan insisi Weber-Ferguson. Penulusuran literatur pada Pubmed dengan kata kunci yang sesuai. Kami melaporkan sebuah kasus jarang berupa osteoma raksasa pada sinus maksilaris dan etmoidalis. Penanganan dilakukan dengan operasi maksilektomi medial dengan pendekatan rinotomi lateral diperluas dengan insisi Weber-Ferguson.
Karakteristik Pasien Epistaksis di Rsud Malinau Kalimantan Utara Periode Juli – Desember 2023 Letelay, Nugraheni Maraelenisa; Gustri, Andi Dika; Kadir, Syahrijuita; Djamin, Riskiana
UMI Medical Journal Vol 10 No 1 (2025): UMI Medical Journal
Publisher : Fakultas Kedokteran Universitas Muslim Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.33096/umj.v10i1.358

Abstract

Latar belakang: Epistaksis merupakan kondisi darurat Telinga, Hidung dan Tenggorokan (THT) yang sering terjadi akibat factor local atau sistemik. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui karakteristik pasien epistaksis di RSUD Malinau, Kalimantan Utara. Metode: Penelitian ini merupakan studi observasional retospektif yang bertujuan mengetahui karakteristik pasien epistaksis di RSUD Malinau, Kalimantan Utara, periode Juli – Desember tahun 2023. Darah diambil dari 41 pasien yang memenuhi kriteria inklusi. Hasil: Hasil menunjukkan epistaksis terjadi pada anak usia 5-11 tahun (29,3%), laki-laki (56,1%), dengan penyebab local (61%) dan perdarahan anterior (61%). Kesimpulan: Mayoritas kasus epistaksis di RSUD Malinau terjadi pada anak laki-laki usia sekolah dengan etiologi lokal dan perdarahan anterior.