Claim Missing Document
Check
Articles

Found 10 Documents
Search

Ability of Ethanol Extract from Ajwa and Sukkari Dates (Phoenix dactylifera L.) in Inhibiting the Growth of Methicillin-Resistant Staphylococcus aureus (MRSA) Putra Rahmadea Utami; Sri Indrayati; Nur Hayatang
JURNAL INDONESIA DARI ILMU LABORATORIUM MEDIS DAN TEKNOLOGI Vol 3 No 1 (2021): Laboratory innovation : The challenge for medical laboratory
Publisher : Universitas Nahdlatul Ulama Surabaya

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.33086/ijmlst.v3i1.1848

Abstract

Staphylococcus aureus is a pathogenic bacterium that spread throughout the world and still a problem that continues to increase both in hospitals and the community. Infections due to S. aureus usually treated with antibiotics, but in some cases, several strains of S. aureus found to be resistant to antibiotics, such as Methicillin-Resistant Staphylococcus aureus (MRSA). Based on the previous research, the ethanol extract from Ajwa and Sukkari dates formed an inhibitory zone against the MRSA bacteria growth. This study aims to determine the inhibition of the ethanol extract from Ajwa and Sukkari variety of dates (Phoenix dactylifera L.) on the S. aureus growth. The ethanol extract from Ajwa and Sukkari dates with a concentration of 5 mg/mL, 10 mg/mL, 15 mg/mL, and 20 mg/mL resulted in the same inhibition zone with a diameter of ≤ 6 mm which categorized as weak (resistant), whereas the positive control ciprofloxacin had a resistance zone with a diameter of 9 mm. This study results concluded that the ethanol extract of Ajwa and Sukkari dates only has a maximum concentration of 20 mg/mL, which is still classified as a low concentration and has not been able to inhibit MRSA bacteria growth.
Pengaruh Penggunaan Beberapa Jenis Ekstrak Tanaman Beralkaloid terhadap Produk Teh Kombucha Yulia M. Nur; Sri Indrayati; Periadnadi Periadnadi; Nurmiati Nurmiati
Jurnal Biologi Universitas Andalas Vol 6, No 1 (2018)
Publisher : Universitas Andalas

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.25077/jbioua.6.1.55-62.2018

Abstract

The research about The Effect of Some Alkaloid’s Plant Extract as Activator and the plant media for Acetobacter xylinum (Brown.) Holland in  Fermented of Kombucha Tea, has been done from February to September in STIKes Perintis Laboratory. The aim of this study to know the effects of some alkaloid’s plant extract as activator and the plant media for Acetobacter xylinum (Brown.) Holland in  Fermented of Kombucha Tea. The research used Completely Random Design (CRD) with 6 treatments and 4 replications. The treatments were : black tea, green tea, leaf of coffea, leaf of cocoa, coffea powder and cocoa powder. The result showed that the use of several types of plant extract beralkaloid effect on Kombucha tea products. In this study obtained the average of the highest total bacteria Acetobacter xylinum 117.50 x 107 cfu / ml, the value of pH 3.82, sugar content 9.67. The results of the organoleptic assessment of flavor and taste showed the highest panelist favorites level in Kombucha chocolate powder that is 3.07 (very good) and 3.47 (very good).
POTENSI MIKROBIOTA INDIGENOUS PULP TIGA VARIETAS KAKAO (Theobroma cacao L.) SEBAGAI STARTER DALAM FERMENTASI BIJI KAKAO Sri Indrayati; Silmi Yusri Rahmadani; Periadnadi Periadnadi; Nurmiati Nurmiati
Biopropal Industri Vol 12, No 1 (2021)
Publisher : Balai Riset dan Standardisasi Industri Pontianak

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.36974/jbi.v12i1.6459

Abstract

ABSTRACTCocoa (Theobroma cacao, L) is one of Indonesia's main and essential non-oil commodity export. In West Sumatera, TSH 858, Scavina, and ICS 60 are three superior cocoa varieties that attempt for their cultivation. This study aimed to observe the potential fermentative of indigenous microbiota from pulp three cocoa varieties TSH 858, Scavina and ICS 60 as a starter in cocoa bean fermentation. One way anova used for data analyzed such as pH, alcohol, reducing glucose value, and fermentative intensity. Meanwhile, the Wilcoxon signed test was used for organoleptic analysis. Variable of this study was fermentation without starter (A), Fermentation with starter of TSH 858 variety (B), fermentation with starter of Scavina variety (C), and fermentation with starter of ICS variety (D). After 12 days fermentation, the fermentation product showed which total indigenous microbiota for A were (4,3 x1010cfu/ml), B (2,2x1014 cfu/ml, C (2,97 x1014 cfu/ml) and D (5,1x1014 cfu/ml). Alteration in pH value for A was (3,56-4,07), B (3,55-3,90), C (3,64-4,05), and D (3,56-4,08). Meanwhile, the reducing glucose value for A was (5,6%), B (5,7 %.), C (6,1%), and D (5,3%). The best fermentation intensity comes from treatment with addition starters (A, B, and C) that occurred on the 3rd day, while without starter occurred on the day 6th. Alcohol value from all treatment were A (2,5%), B (1,3 %.), C (2,5%), and D (1,3%). The highest averages preference for cocoa bean aroma was D (3,2; likes).Keywords: cacao, fermentation, indigenous microbiota, starterABSTRAKKakao (Theobroma cacao, L.) merupakan salah satu komoditi utama dan andalan ekspor non migas Indonesia. TSH 858, Scavina dan ICS 60 merupakan tiga varietas kakao yang unggul dan sedang diusahakan perkembangannya di Sumatera Barat. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui potensi fermentasi mikrobiota indigenous pulp dari tiga varietas kakao TSH 858, ICS 60 dan Scavina sebagai starter untuk fermentasi biji kakao. Penelitian ini menggunakan metode eksperimen yang dianalisis secara statistik dengan uji Rancangan Acak Lengkap dan nilai organoleptik dianalisis secara statistik dengan Uji Jenjang Bertanda Wilcoxon. Perlakuan yang digunakan adalah (A) tanpa starter (kontrol); (B) penambahan starter varietas TSH 858; (C) penambahan starter varietas Scavina; (D) penambahan starter varietas ICS 60. Setelah 12 hari fermentasi, produk  fermentasi menunjukkan hasil bahwa jumlah mikrobiota indigenous perlakuan A (4,3 x1010cfu/ml), B (2,2x1014 cfu/ml, C (2,97 x1014 cfu/ml) dan D (5,1x1014 cfu/ml). Perubahan  nilai pH pulp kakao dari awal sampai akhir fermentasi pada perlakuan A  (3,56-4,07), B (3,55-3,90), C (3,64-4,05), dan D (3,56-4,08). Pengurangan kadar gula untuk perlakuan A (5,6%), B (5,7 %.), C (6,1%), dan D (5,3%). Intensitas fermentasi terbaik pada perlakuan dengan penambahan starter (B,C,dan D) terjadi pada hari ke-3, sedangkan pada perlakuan tanpa starter (A) terjadi pada hari ke-6. Kadar Alkohol Perlakuan A (2,5%), B (1,3 %.), C (2,5%), dan D (1,3%). Nilai rata-rata kesukaan terhadap aroma biji tertinggi (3,2;suka) adalah pada perlakuan D.Kata kunci: fermentasi, kakao, mikrobiota indigenous, starter 
Kombinasi Ekstrak Lidah Buaya dengan Antibiotik Ciprofloxacin dapat Menghambat Pertumbuhan Bakteri Escherichia coli Putra Rahmadea Utami; Sri Indrayati; Wika Satya
JURNAL KESEHATAN PERINTIS Vol 9 No 1 (2022): Jurnal Kesehatan Perintis
Publisher : LPPM UNIVERSITAS PERINTIS INDONESIA

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.33653/jkp.v9i1.772

Abstract

Diare salah satu penyakit disebabkan oleh infeksi mikroorganisme. Semua golongan umur dapat menderita penyakit diare mulai dari anak-anak sampai orang dewasa. kombinasi yang digunakan beserta bahan alam dengan antibiotik menjadi salah satu pengobatan terhadap infeksi yang disebabkan oleh bakteri. penelitian ini bertujuan untuk mengetahui daya hambat kombinasi fraksi etil asetat lidah buaya dengan antibiotik Ciprofloxacin terhadap bakteri dari infeksi pencernaan. Metode penelitian menggunakan Ekserimental laboratory dengan metode difusi Kirby Bauer untuk melihat zona hambat dan analisa data secara komputerisasi. Hasil penelitian kombinasi fraksi etil asetat lidah buaya dengan antibiotik Ciprofloxacin menunjukan terdapat perbedaan yang bermakna pada masing-masing konsentrasi 75, 150, 300 dan 600 mg/ml pada bakteri Escherichia coli menghasilkan zona hambat secara beturut-turut 12,0 mm, 13,0 mm, 13,7 mm, 15,7 mm. Kombinasi fraksi etil asetat lidah buaya dengan antibiotik Ciprofloxacin menghasilkan daya hambat hampir sama dengan bahan tunggal. Hasil uji statistik dari masing-masing bakteri menunjukan (P < 0.05) berarti ada pengaruh kombinasi ekstrak lidah buaya dengan antibiotik Ciprofloxacin terhadap bakteri Escherichia coli. Dapat disimpukan kombinasi ekstrak lidah buaya dengan antibiotik Ciprofloxacin mampu menghambat petumbuhan pada bakteri.
GAMBARAN JAMUR Candida sp. DALAM URINE PENDERITA DIABETES MELLITUS DI RSUD dr. RASIDIN PADANG Sri Indrayati; Suraini Suraini; Melda Afriani
JURNAL KESEHATAN PERINTIS Vol 5 No 1 (2018): JUNI 2018 : Jurnal Kesehatan Perintis (Perintis'S Health Journal)
Publisher : LPPM UNIVERSITAS PERINTIS INDONESIA

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (652.009 KB) | DOI: 10.33653/jkp.v5i1.93

Abstract

The women with Diabetes Mellitus have extra sugar in the vaginal wall, thus providing food for the growth of fungi such as Candida albicans. Candida is a normal and widely distributed flora in the body especially in the digestive tract mucous membranes (24%) and vaginal mucosa (5-11%). This fungus is opportunistic and some Candida species can cause infections such as Candida tropicalis, Candida glablata and Candida albicans as species that most often cause infection. The disease caused by this fungus is known as Candidiasis and often occurs in the oropharynx and vagina. One of the predisposing factors that can change the saprophytic nature of Candida sp. being a pathogen is Diabetes Mellitus. This study aims to determine the description of Candida sp. in the urine of Diabetes Mellitus patients at the Regional General Hospital Dr. Rasidin Padang in February-June 2018. This study uses descriptive methods. With a population of all urine patients with Diabetes Mellitus patients obtained a sample of 22 patients based on the criteria treated at the Regional General Hospital (RSUD) dr. Rasidin Padang in March-May 2018. Examination of specimens is done macroscopically using PDA media and microscopically with gram staining. The results showed that of the 22 urine samples examined, there were 3 positive samples containing Candida sp fungi with a percentage of 13.64%
GAMBARAN Candida albicans PADA BAK PENAMPUNG AIR DI TOILET SDN 17 BATU BANYAK KABUPATEN SOLOK Sri Indrayati; Reszki Intan Sari
JURNAL KESEHATAN PERINTIS Vol 5 No 2 (2018): DESEMBER 2018 : Jurnal Kesehatan Perintis (Perintis's Health Journal)
Publisher : LPPM UNIVERSITAS PERINTIS INDONESIA

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (735.86 KB) | DOI: 10.33653/jkp.v5i2.148

Abstract

Air merupakan bahan yang paling penting untuk kebutuhan manusia. Kegunaan air misalnya untuk keperluan masak, mencuci, mandi, dan lain lain. Tetapi selain bermanfaat ternyata air juga mempunyai peranan dalam penularan penyakit salah satunya adalah yang disebabkan oleh jamur Candida albicans. Jamur Candida albicans adalah organisme komensal dan flora normal yang berperan dalam keseimbangan mikroorganisme dalam tubuh kita, serta ditemukan dalam traktus intestinal, kulit, dan traktus genito urinaria. Keseimbangan flora normal tergantung dari berbagai faktor predisposisi yang dapat meningkatkan jumlah populasi, sehingga dapat menimbulkan penyakit yang disebut Kandidiasis. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui gambaran Candida albicans pada bak penampung air toilet di SDN 17 Batu Banyak Kabupaten Solok. Penelitian ini telah dilakukan pada Bulan Februari- Juni 2018 di Balai Laboratorium Kesehatan Padang. Penelitian ini dilakukan terhadap 3 bak penampung air di Toilet SDN 17 Batu Banyak Kabupaten Solok. Penelitian ini menggunakan metode bersifat deksriptif. Pemeriksaan dan pengamatan dilakukan secara makroskopis menggunakan media Potato Dextrose Agar dan dilanjutkan dengan pengamatan secara mikroskopis menggunakan pewarnaan gram. Hasil penelitian menunjukkan bahwa semua sampel air bak penampung yang diperiksa didapatkan hasil negatif mengandung jamur Candida albicans.
Uji Efektifitas Larutan Bawang Putih (Allium sativum) terhadap pertumbuhan Bakteri Staphylococcus Epidermidis Sri Indrayati; Pivin Eno Diana
JURNAL KESEHATAN PERINTIS Vol 7 No 1 (2020): JUNI 2020 : Jurnal Kesehatan Perintis (Perintis's Health Journal)
Publisher : LPPM UNIVERSITAS PERINTIS INDONESIA

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (692.086 KB) | DOI: 10.33653/jkp.v7i1.403

Abstract

Bawang putih (Allium sativum) merupakan jenis tanaman umbi lapis yang memiliki nilai ekonomi yang sangat tinggi. Umumnya bawang putih dimanfaatkan sebagai bumbu dalam berbagai jenis masakan, selain itu bawang putih memiliki kandungan diallildisulfida (DADS) dan dialliltrisulfida (DATS) yang berperan sebagai anti bakteri. Acneovulgarisoatau yang lebih dikenal denganonama jerawat merupakan penyakit kulitoobstruktif danoinflamatif yangodisebabkan oleh bakteri Staphylococcus epidermidis. Tujuanodari penelitian ini untuk mengujiodaya hambat larutan bawang putihoterhadap pertumbuhan bakteri S. epidermidis serta untuk mengetahuiokonsentrasi yang paling efektif dalam menghambat pertumbuhan bakteri Staphylococcus epidermidis. Hasilopenelitian ini diharapkan dapatomenjadi sumber informasiobagi masyarakat mengenaiomanfaat larutan bawang putihodalam menghambatopertumbuhan S. epidermidis sehingga dapat menjadi alternatif dalam pengobatan jerawat. Jenis penelitian ini adalah eksperimental dengan menggunakan metode disk diffusion. Penelitian ini dilakukan sebanyak enam kali pengulangan. Kontrolopositif menggunakan antibioticoamoxicillin danocontrol negatifnyaoadalah aquadestosteril sedangkan konsentrasiolarutan bawangoputih yang digunakanoadalaho10%, 40%, 70%, 100% . Hasil penelitian menunjukkan bahwa larutan bawang putih memilikiodaya hambat terhadapopertumbuhan bakteri S.epidermidis serta konsentrasi yang paling efektif dalam menghambat pertumbuhan bakteri S. epidermidis adalah pada konsentrasi 70%. Hasil penelitian iniodapat menjadi acuan bahwa larutan bawang putih dapat dijadikan sebagai penghambat pertumbuhan Staphylococcus epidermidis sehingga dapat menjadi alternatif dalam pengobatan, salahsatunya dalam pengobatan jerawat.
IDENTIFIKASI BAKTERI PADA MASKER MEDIS SETELAH 4 JAM DAN 8 JAM PEMAKAIAN Sri Indrayati; Putra Rahmadea Utami; Robi Cahyadi
BIOMA : JURNAL BIOLOGI MAKASSAR Vol. 8 No. 1 (2023): Bioma : Januari - Juni 2023
Publisher : Department of Biology, Faculty of Mathematics and Natural Sciences, Hasanuddin University

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Bakteri merupakan salah satu mikroorganisme yang sering mengkontaminasi masker pada wajah. Penggunaan masker medis dengan tidak memperhatikan waktu penggunaan hanya akan mengakibatkan semakin banyaknya bakteri yang mengkontaminasi pada masker. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengidentifikasi bakteri pada masker medis setelah 4 jam dan 8 jam pemakaian pada petugas laboratorium RSD Madani Kota Pekanbaru. Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif analitik dengan 10 sampel masker. Pemeriksaan identifikasi bakteri dilakukan dengan mengisolasi sampel dalam media biakan dan menghitung jumlah bakteri dengan metode ALT, Analisis data menggunakan rerata perbandingan hasil angka kuman pada penggunaan masker 4 jam dan 8 jam. Hasil penelitian identifikasi bakteri didapatkan bakteri Bacillus Sp, Staphylococcus epidermidis dan Klebsiella sp dan angka hitung jumlah bakteri sebesar 54 CFU/g dan 6,3 x 102 CFU/g dimana jumlah bakteri meningkat lebih banyak pada penggunaan masker selama 8 jam.
Perbedaan Hasil Pemeriksaan Mikroskopis BTA Pada Pasien TB Paru Sebelum dan Sesudah Pengobatan Fixed-Dose Combination (FDC) Fase Intensif Chairani Chairani; Putra Rahmadea Utami; Sri Indrayati; Almurdi Almurdi; Rahmayana Rahmayana
JURNAL KESEHATAN PERINTIS Vol 10 No 1 (2023): Jurnal Kesehatan Perintis
Publisher : LPPM UNIVERSITAS PERINTIS INDONESIA

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.33653/jkp.v10i1.969

Abstract

Penegakan diagnosis tuberkulosis salah satunya dilakukan dengan uji mikroskopik BTA. Obat anti Tuberkolusis Fixed-Dose Combination (OAT-FDC) diberikan dalam bentuk kombinasi dari beberapa jenis dalam jumlah yang cukup dan dosis yang tepat. Perbedaan BTA sebelum dan sesudah pengobatan sangatlah penting untuk menentukan angka keberhasilan pengobatan TB. Perubahan BTA dari positif sebelum pengobatan ke negatif setelah pengobatan fase intensif menunjukkan angka konversi BTA yang merupakan salah satu indikator untuk mengetahui keberhasilan penanggulangan TB. Tujuan penelitian untuk mengetahui perbedaan hasil pemeriksaan mikroskopis basil tahan asam pada pasien Tuberkolusis paru sebelum dan sesudah pengobatan FDC fase intensif di Puskesmas Bandar Seikijang. Populasi dalam penelitian ini adalah semua pasien yang terdiagnosa TB Paru pada tahun 2021- 2022 di Puskesmas Bandar Seikijang. Metode penelitian dengan pendekatan cross sectional study. Perbedaan hasil pemeriksaan mikroskopis BTA pada pasien TB Paru, diperoleh sebelum pengobatan 100 % pasien positif setelah pengobatan 98 % negatif dengan jumlah dari 35 pasien , 31 negatif , 2 scanty dan 1 positif 1 Kesimpulan : ada perbedaan hasil pemeriksaan BTA sebelum pengobatan FDC intensif dengan sesudah pengobatan Fixed Dose Combination intesif.
UJI SENSITIVITAS DAN SPESIFISITAS HASIL PEMERIKSAAN MIKROSKOPIS SPUTUM BTA TERHADAP TES CEPAT MOLEKULER (TCM) PADA SUSPEK TUBERKULOSIS PARU DI RSUD BANGKINANG Sri Indrayati; Almurdi; Nova Mustika; Yeyep Natrio; Hasnidahlena
BIOMA : JURNAL BIOLOGI MAKASSAR Vol. 9 No. 2 (2024): Bioma : Juli - Desember 2024
Publisher : Department of Biology, Faculty of Mathematics and Natural Sciences, Hasanuddin University

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Tuberculosis merupakan penyakit infeksi paru yang disebabkan oleh infeksi Mycobacterium tuberculosis. Pemeriksaan mikroskopis BTA merupakan  pemeriksaan untuk menemukan adanya basil tahan asam dalam sputum dan pemeriksaan TCM dapat mendeteksi adanya kuman Mycobacterium tuberculosis dengan pemeriksaan molekuler dan juga mendeteksi resistensi M. tuberculosis terhadap rifampisin. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui sensitivitas dan spesifisitas hasil pemeriksaan mikroskopis sputum BTA terhadap tes cepat molekuler (TCM) pada suspek TB Paru. Metode penelitian ini adalah survey deskriptif analitik dengan rancangan penelitian cross sectional, dilaksanakan di RSUD Bangkinang, penelitian dilakukan selama 6 bulan pada tahun 2023. Sampel yg digunakan dalam penelitian ini adalah seluruh populasi yang merupakan suspek TB Paru di RSUD Bangkinang. Dari hasil penelitian terhadap 100 sampel, didapatkan hasil positif pada pemeriksaan TCM sebanyak 15, hasil negatif pada pemeriksaan TCM sebanyak 85. Sedangkan pada pemeriksaan mikroskopis BTA diperoleh hasil positif sebanyak 88 dan hasil negatif pada pemeriksaan mikroskopis BTA sebanyak 12. Dari uji diagnostik didapat kan nilai sensitivitas 80% dan nilai spesifisitas 100% pada pemeriksaan mikroskopis BTA terhadap TCM. Kata kunci : Mycobacterium tuberculosis, Tuberkulosis, Sensitivitas, Spesifisitas, Mikroskopis, Tes Cepat Molekuler