Claim Missing Document
Check
Articles

Found 4 Documents
Search

Pengaruh Ijtihad dan Tajdid Ekonomi Islam Muhammadiyah Dharma Setyawan
Adzkiya : Jurnal Hukum dan Ekonomi Syariah Vol 1 No 2 (2013): Adzkiya Jurnal Hukum dan Ekonomi Islam
Publisher : Fakultas Ekonomi dan Bisnis Islam Institut Agama Islam Negeri Meto

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (201.173 KB)

Abstract

Muhammadiyah menegaskan bahwa pintu Ijtihad dan Tajdid selalu terbuka dan tidak pernah tertutup. Ijtihad merupakan elemen yang penting yang menjadi karakter dasar Muhammadiyah sebagai gerakan modern Islam pembaharuan. Dasar Tajdid (pembaruan Islam) kemudian berkembang menjadi upaya untuk memperbaiki sistem gerakan Muhamadiyah dalam mencari solusi bagi permasalahan ideologi, politik, ekonomi, sosial, budaya, pertahanan, keamanan dan lainnya. Muhammadiyah yang pada awalnya bergerak sebagai gerakan sosial keagamaan terus melakukan upaya komprehensif untuk memberikan andil besar bagi kemajuan masyarakat Islam khususnya di Indonesia. Sejalan dengan Ijtihad dan Tajdid, pemikiran Muhammadiyah sebagai gerakan sosial keagamaan menancapkan akar geraknya pada ruang ekonomi. Majelis Ekonomi dan Kewirausahaan (MEK) Muhammadiyah memiliki fokus agenda pada pengembangan Amal Usaha Muhammadiyah (AUM). Dawam Rahardjo (2000) mengungkapkan, Anggota yang besar dan lembaga yang banyak jumlahnya dapat dipandang sebagai modal atau sumber daya yang merupakan comparative advantage bagi pergerakan Muhammadiyah. Sumberdaya itu telah mendorong gerakan Muhammadiyah tidak saja merupakan gerakan sosial-pendidikan-keagamaan saja, tetapi juga sebagai gerakan ekonomi dan bisnis. Setidaknya ada dua hal yang menjadi alasan Muhammadiyah mengembangkan usaha perekonomian. Pertama, bahwa Muhammadiyah punya keyakinan untuk tetap menggarap amal usaha bidang bisnis ini karena amal usaha ini tidak kalah strategisnya dibandingkan amal usaha-amal usaha Muhammadiyah yang lain; baik itu pendidikan, rumah sakit maupun dakwah keagamaan. Kedua, bahwa Muhammadiyah punya potensi besar menggarap amal usaha ini. Dengan fakta, yaitu; banyaknya birokrat yang duduk di Pimpinan Muhammadiyah, banyaknya sumber daya manusia hasil pendidikan Muhammadiyah, banyaknya pengusaha-pengusaha besar dikalangan Muhammadiyah, banyaknya jumlah anggota Muhammadiyah. Tesis ini meneliti pengaruh Ijtihad dan Tajdid Ekonomi Islam terhadap perkembangan Amal Usaha Muhammadiyah (AUM).
Pengaruh Ijtihad dan Tajdid Ekonomi Islam Muhammadiyah Dharma Setyawan
Adzkiya : Jurnal Hukum dan Ekonomi Syariah Vol 1 No 2 (2013): Adzkiya Jurnal Hukum dan Ekonomi Islam
Publisher : Fakultas Ekonomi dan Bisnis Islam Institut Agama Islam Negeri Meto

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (201.173 KB)

Abstract

Muhammadiyah menegaskan bahwa pintu Ijtihad dan Tajdid selalu terbuka dan tidak pernah tertutup. Ijtihad merupakan elemen yang penting yang menjadi karakter dasar Muhammadiyah sebagai gerakan modern Islam pembaharuan. Dasar Tajdid (pembaruan Islam) kemudian berkembang menjadi upaya untuk memperbaiki sistem gerakan Muhamadiyah dalam mencari solusi bagi permasalahan ideologi, politik, ekonomi, sosial, budaya, pertahanan, keamanan dan lainnya. Muhammadiyah yang pada awalnya bergerak sebagai gerakan sosial keagamaan terus melakukan upaya komprehensif untuk memberikan andil besar bagi kemajuan masyarakat Islam khususnya di Indonesia. Sejalan dengan Ijtihad dan Tajdid, pemikiran Muhammadiyah sebagai gerakan sosial keagamaan menancapkan akar geraknya pada ruang ekonomi. Majelis Ekonomi dan Kewirausahaan (MEK) Muhammadiyah memiliki fokus agenda pada pengembangan Amal Usaha Muhammadiyah (AUM). Dawam Rahardjo (2000) mengungkapkan, Anggota yang besar dan lembaga yang banyak jumlahnya dapat dipandang sebagai modal atau sumber daya yang merupakan comparative advantage bagi pergerakan Muhammadiyah. Sumberdaya itu telah mendorong gerakan Muhammadiyah tidak saja merupakan gerakan sosial-pendidikan-keagamaan saja, tetapi juga sebagai gerakan ekonomi dan bisnis. Setidaknya ada dua hal yang menjadi alasan Muhammadiyah mengembangkan usaha perekonomian. Pertama, bahwa Muhammadiyah punya keyakinan untuk tetap menggarap amal usaha bidang bisnis ini karena amal usaha ini tidak kalah strategisnya dibandingkan amal usaha-amal usaha Muhammadiyah yang lain; baik itu pendidikan, rumah sakit maupun dakwah keagamaan. Kedua, bahwa Muhammadiyah punya potensi besar menggarap amal usaha ini. Dengan fakta, yaitu; banyaknya birokrat yang duduk di Pimpinan Muhammadiyah, banyaknya sumber daya manusia hasil pendidikan Muhammadiyah, banyaknya pengusaha-pengusaha besar dikalangan Muhammadiyah, banyaknya jumlah anggota Muhammadiyah. Tesis ini meneliti pengaruh Ijtihad dan Tajdid Ekonomi Islam terhadap perkembangan Amal Usaha Muhammadiyah (AUM).
SALAFI MUDA DAN KEPEMILIKAN BISNIS: KEWENANGAN PEREMPUAN MUDA SALAFI MENGELOLA BISNIS ONLINE Dwi Nugroho; Angga Febrian; Dharma Setyawan
Penamas Vol 37 No 1 (2024): Volume 37, Issue 1, January-June 2024
Publisher : Balai Penelitian dan Pengembangan Agama Jakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.31330/penamas.v37i1.749

Abstract

Salafi women are regarded as a more tight and exclusive community than men. This reality highlights Salafi Sharia provisions, which mandate women to stay at home. Nonetheless, young Salafi women are beginning to engage in productive activities by tapping business opportunities of digital economy. This study is based on a massive phenomenon regarding the involvement of young Salafi women in digital entrepreneurial activities. Using a case study of Salafi women in Lampung with purposive sampling technique, it analyzes data from in-depth interviews with 13 young Salafi women who run online enterprises and 2 men (ustadz and teacher) served as the main sources for this explorative qualitative research. This study demonstrates that apart from accepting technological advances, Salafi women also actualize themselves in digital economic activities. They can run successful online businesses and have a positive impact on their financial emancipation. Their internet commercial activities strictly adhere to Islamic law and not limited to products associated with Salafi life. Their activities do not deviate from Islamic norms and instead reflect the Salafis’ productive and reformist characteristics. Challenging conventional wisdom on Salafi women, this study finds that within their submission to Salafi teachings and piety, they claim their active agency and contributions to family economy.
Pancadaya Transformation as a Catalyst for Empowerment-Based Collective Economic Independence and Prosperity in Indonesia Dharma Setyawan; Dwi Nugroho; Suhono, Suhono; Mowafg Abrahem Masuwd
International Journal of Community Engagement Payungi Vol. 5 No. 1 (2025): International Journal of Community Engagement Payungi
Publisher : Yayasan Payungi Smart Madani

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.58879/ijcep.v5i1.88

Abstract

This research explores community-based economic transformation through case studies of Pasar Yosomulyo Pelangi (Payungi) in Metro, Pasar Papringan in Temanggung, and Pasar Kamu in Deli Serdang. These three markets exemplify an alternative model of people-centered economic development grounded in the Pancadaya principles knowledge, sacrifice, movement, culture, and welfare—within a collective empowerment framework. The findings reveal that this approach not only enhances financial well-being but also fosters social solidarity, cultural revitalization, and ecological sustainability. Empowerment emerges through a praxis-based mechanism that integrates critical reflection and collective action, inspired by the emancipatory philosophies of Paulo Freire and Tan Malaka. In these market spaces, citizens act not only as economic agents but also as active learners and educators, cultivating agency, awareness, and alternative economic practices. Each site demonstrates localized strengths: Payungi excels in critical consciousness, transformative education, and multidimensional welfare; Papringan stands out for ecological awareness and innovative local currency systems; while Pasar Kamu contributes significantly to MSME empowerment and digital adaptation. This study contributes a novel theoretical framework Pancadaya Transformation for understanding community empowerment as an integrative process of economic, cultural, educational, and ecological development. It advances the discourse on alternative development by demonstrating how grassroots market spaces can function as educational arenas, cultural incubators, and engines of equitable growth. As such, Pancadaya offers a replicable, value-driven model for sustainable economic transformation rooted in local wisdom and participatory action, particularly relevant for the Indonesian context and other Global South settings.