Claim Missing Document
Check
Articles

Found 8 Documents
Search

PENGEMBANGAN SPIRIT LOKAL “BAKUREH” KE DALAM SENI PERTUNJUKAN Martion Martion; Purnama Suzanti; Nirwana Murni; Hendra Nasution
Puitika Vol 13, No 2 (2017)
Publisher : Universitas Andalas

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.25077/puitika.13.2.150--161.2017

Abstract

Dalam mempersiapkan upacara adat di Minangkabau biasanya dilakukan secara bersama-bersama, bermusyawarah diiringi kesenian dan dengan penuh kegembiraan. Di Kota Solok aktifitas bersama-sama melaksanakan kegiatan upacara adat terutama untuk mempersiapkan masakan yang akan disajikan disebut “bakureh”. Aktifitas ini dilaksanakan sambil diiringi dengan hiburan saluang, dendang dan randai. Seiring perkembangan zaman masakan dan hiburan  yang disajikan tidak lagi dilaksanakan secara bergotong royong tapi digantikan oleh perusahaan katering dan iven organizer. Sehingga kebersamaan dan silaturahmi yang dilaksanakan sewaktu bekerja sama memasak dan menikmati hiburan tidak lagi terjalin. Pariwisata merupakan salah satu alternatif untuk mengembangkan budaya tradisi yang makin lama cendrung hilang di masyarakat. Sedangkan tarian merupakan salah satu media komunikasi untuk mengungkapkan rasa keprihatinan terhadap fenomena-fenomena yang ada dalam kehidupan bermasyarakat. Penelitian ini mengangkat tradisi “bakureh” ke dalam seni pertunjukan tari yang akan disaksikan tidak hanya oleh masyarakat tetapi juga oleh wisatawan.Keyword : bakureh, seni pertunjukan tari, wisata, masakan
Koreografi “PETI = MATI”: Otokritik Fenomena Sosial Dompeng di Sarolangun, Jambi Redho Syaputra; Rasmida Rasmida; Martion Martion
Besaung : Jurnal Seni Desain dan Budaya Vol 4, No 1
Publisher : UNIVERSITAS INDO GLOBAL MANDIRI

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.36982/jsdb.v4i1.1751

Abstract

 Koroegrafi berjudul ”PETI=Mati” adalah hasil interpretasi dan daya imajinasi pengkarya dalam menuangkan ide ke dalam bentuk karya tetang aktivitas PETI atau Dompeng. PETI atau Dompeng adalah usaha pertambangan yang dilakukan perorangan, sekelompok orang atau perusahaan berbadan hukum yang dalam operasinya tidak memiliki izin dari instansi pemerintah yang sesuai peraturan dan perundang-undangan yang berlaku. Penambang didukung oleh pemodal besar yang menggunakan alat-alat berat untuk mengeruk pasir dan tanah sungai sehinggga cepat menimbulkan kerusakan di sepanjang daerah aliran sungai. Untuk memurnikan emas penambang menggunakan air raksa, lalu membuang limbahnya langsung ke Sungai. Pembuangan racun merkuri sudah sangat parah dikawasan hulu Batang Tembesi ini. Koreografi disusun berdasarkan tipe abstrak didukung oleh setting dan musik untuk menyampaikan pesan dan kesan dari karya tari tersebut. Pijakan gerak dalam koreografi berangkat dari bentuk-bentuk dari gerak murni yaitu aktifitas para penambang emas. Untuk menyampaikan isi koreografi akan diperkuat oleh tujuh orang penari yang terdiri dari  enam orang penari laki-laki dan satu orang penari perempuan.  Dengan tema kehidupan, yang ingin menyampaikan pesan dan kesan kepada penonton tentang penting nya menjaga Sumber Daya Alam dan pelestarian Lingkungan. Konsep karya ini merupakan hasil pengamatan pengkarya terutama yang terjadi dalam kehidupan pribadinya dimana pengkarya pengkarya yang lahir dan di bersarkan di Sarolangun merasakan langsung dampak nya. Untuk memvisualisaikan ide garapan ke dalam karya tari.
METODOLOGI PENCIPTAAN KARYA TARI SURAU Fattahul Anughara; Martion Martion; Nursyirwan Nursyirwan
Gorga : Jurnal Seni Rupa Vol 8, No 2 (2019): Gorga : Jurnal Seni Rupa
Publisher : Fakultas Bahasa dan Seni Universitas Negeri Medan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24114/gr.v8i2.14933

Abstract

AbstrakKarya tari Surau merupakan sebuah transformasi budaya ke dalam bentuk seni pertunjukan. Karya ini terinspirasi dari persoalan nilai pendidikan di Surau, didalamnya terdapat nilai sosial budaya dan agama. Surau merupakan lembaga pendidikan untuk anak laki-laki di Minangkabau, dapat dilihat bahwa seorang laki-laki dididik sejak dini untuk bisa membekali dirinya sehingga ilmu dan keterampilan yang didapat bisa berguna saat mereka dewasa dan akan pergi merantau. Tujuan dari penulisan artikel ini agar mengetahui metode penciptaan dan bentuk garapan dari karya tari Surau. Metode penelitian yang digunakan dalam penulisan ini ialah penelitian kualitatif dengan konsep historis. Teknik pengnumpulan data berupa pengamatan berpartisipasi, wawancara, analisis dokumen, menilai, membuktikan serta mensintesiskan dari bukti lapangan. Hasil dari penelitian ini dapat membuktikan bahwa bentuk transformasi karya tari Surau merupkan hasil dari sebuah metodologi penciptaan sebuah karya.Kata Kunci: surau, metodologi penciptaan, bentuk garapan.AbstractSurau dance work is a cultural transformation into the form of performing arts. This work is inspired by the issue of the value of education in Surau, in which there are socio-cultural and religious values. Surau is an educational institution for boys in Minangkabau, it can be seen that a man is educated early to be able to equip himself so that the knowledge and skills acquired can be useful when they are adults and will go abroad. The purpose  of  writing this article is to find out the method of creation and the form of cultivation from Surau dance works. The research method used in this writing is qualitative research with historical concepts. The technique of collecting data in the form of participatory observations, interviews, document analysis, evaluating, proving and synthesizing  from  field  evidence. The results of this study can prove that the form of transformation of Surau dance works is the result of a methodology of creating a work.  Keywords: surau, creation methodology, form of cultivation 
BAKAWUAH: SEBUAH KARYA SENI YANG BERANGKAT DARI TRADISI MAKAN BAKAWUAH DI NAGARI ANDALEH BARUAH BUKIT KEDALAM WUJUD KARYA TARI Endang Wahyuni; Susasrita Loravianti; Martion Martion
Gorga : Jurnal Seni Rupa Vol 7, No 2 (2018): Gorga : Jurnal Seni Rupa
Publisher : Fakultas Bahasa dan Seni Universitas Negeri Medan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24114/gr.v7i2.11002

Abstract

AbstrakKarya tari yang berjudul “Bakawuah” merupakan sebuah karya seni yang berangkat dari tradisi Makan Bakawuah yang terdapat di daerah nagari Andaleh Baruah Bukit. Tradisi Makan Bakawuah merupakan ungkapan rasa syukur kepada allah SWT. Makan Bakawuah dilakukan Setelah musim panen padi berakhir, masyarakat  setempat merayakan masa panen dengan makan bersama yang di sebut dengan makan Bakawuah yang bertujuan untuk menjaga kebersamaan serta sebagai pusat informasi pertanian. Tetapi, pada zaman sekarang makan Bakawuah yang dilakukan oleh masyarakat Jorong Andaleh sudah mulai memudar yang berpengaruh pada interaksi masyarakat satu sama lain. Semua ini terjadi karena perkembangan teknologi yang berdampak terhadap kelangsungan hidup masyarakat yang tidak lagi bekerja dengan cara bersama-sama. Adanya pengaruh teknologi mesin bajak sawah memberikan dampak terhadap dunia pertanian sehingga interaksi sesama mereka mulai berkurang. Metode penggarapan dilakukan pengumpulan data-data yang terkait dengan ide dan garapan, riset lapangan, wawancara, serta membaca buku-buku yang terkait dengan tradisi makan bakawuah. Kemudian dilanjutkan dengan proses penciptaan antara lain persiapan awal turun kelapangan, eksplorasi, improvisasi, komposisi/pembentukan, evaluasi serta persiapan pertunjukan. Untuk melahirkan dalam sebuah koreografi, pengkarya menggunakan tema non literer yang menggambarkan kehidupan dan perjuangan yang menggunakan tipe dramatic. Kata Kunci: koreografi tari, makan bakawuah, budaya, teknologi AbstractThe dance entitled "Bakawuah" is a work of art that departs from the tradition of makan bakawuah that can be found in the area of Nagari Andaleh Baruah Bukit. The tradition of makan bakawuah is an expression of gratitude to Allah SWT. After the rice harvest season ends the local community celebrates the harvest by eating together, called makan bakawuah, which aims to maintain togetherness and functions as the centre for agricultural information. However, nowadays the makan bakawuah tradition that is performed by the people of. Jorong Andaleh has begun to fade, affecting interaction of the community with each other. All of this has happened because of technological developments that have had an impact on the survival of people who no longer work in a communal way. Rice paddy plow machines and technology has had an impact on the world of agriculture, so much so that interaction between the farmers and community has began to diminish. The methods used to collect data included, collecting data relating to the ideas and work, field research, interviews, and reading books related to the tradition of makan bakawuah. This was then proceed by the creative processes, including the initial preparation of the fieldwork, exploration, improvisation, composition, performance evaluation and preparation. To create this choreography, the artist used non-literary themes that describe life and struggles of the dramatic tupe. Keywords: dance choreography, makan bakawuah, culture, technology  
PERANCANGAN BRANDING SONGKET SILUNGKANG Riki Iskandar; Rosta Minawati; Martion Martion
Bercadik: Jurnal Pengkajian dan Penciptaan Seni Vol 3, No 1 (2016): Bercadik: Jurnal Pengkajian dan Penciptaan Seni
Publisher : Institut Seni Indonesia Padang Panjang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (179.766 KB) | DOI: 10.26887/bcdk.v3i1.539

Abstract

ABSTRACT The title of this final project is “Designing the Branding of Songket Silungkang.” The purpose of the designing is to get identity which is always remembered so that it changes the behavior of targeted audience. Even though the city government has managed and organized the weavers, the songket weavers in the outside of Silungkang area also want to create the songket name according to the names of their areas. Therefore in the design of this songket Silungkang branding, it is highlighted through verbal and visual messages which are effective and efficient.The media of its design was the logo along with its description. The application of this media was in the forms of poster, x-banner, banner, flag-change, bumper logo, pin, sticker, key chain, postcard, billboard, brochure and facebook cover. All those media were the part of songket Silungkang branding process. Keywords: Designing, Branding, Songket, Silungkang  
KOREOGRAFI IMBAUAN LASUANG Nova Astira; Martion Martion; Susas Rita Loravianti
Bercadik: Jurnal Pengkajian dan Penciptaan Seni Vol 4, No 1 (2017): Bercadik: Jurnal Pengkajian dan Penciptaan Seni
Publisher : Institut Seni Indonesia Padang Panjang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (122.266 KB) | DOI: 10.26887/bcdk.v4i1.558

Abstract

ABSTRACT The dance of “Imbauan Lasuang” is inspired by the social phenomena of Padang Laweh people that comes from alu ketentong combined with the phenomenon of local culture. Previously in Padang Laweh people, alu ketentong functioned as an exclamation in the village in order to communicate cultural events that will be done in society. Communication is the requirement for the occurrence of social interaction but recently, means of communication by using alu ketentong is started to be forgotten and ignored. The influence of high technological improvement results on the lack of social interaction among people. Therefore there is a boundary wall in direct communication that leads to westernized lifestyle with its system of individual life. This phenomenon then becomes the inspiration for creating this choreography materialized through Minangkabau local idioms such as silat movements. Keywords: Alu ketentong, communication, Padang Laweh 
TUNGKU TIGO SAJARANGAN PADA ERA GLOBALISASI DAN VISUALISASI DALAM KRIYA SENI Niko Andeska; Dharsono Sony Kartika; Martion Martion
Bercadik: Jurnal Pengkajian dan Penciptaan Seni Vol 4, No 2 (2017): Bercadik: Jurnal Pengkajian dan Penciptaan Seni
Publisher : Institut Seni Indonesia Padang Panjang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (154.722 KB) | DOI: 10.26887/bcdk.v4i2.571

Abstract

ABSTRACT This article is the research result about the existence of Tungku Tigo Sajarangan role and then it is visualized through craftwork. Minangkabau is one of the ethnicities or cultures that has uniqueness namely its system of leadership that consists of ninik mamak (customary leaders), alim ulama (religious leaders), and cerdik pandai (intelligent people). These three elements are called as Tungku Tigo Sajarangan. Tungku Tigo Sajarangan is the interconnected leadership that has the important role in the wheel of customary, religious, and knowledgeable leadership.            The fast current development and the big external influence result on the appearance of societal diseases. Hence, it results on the author’s wariness toward the existence of Minangkabau philosophy “adat basandi syarak, syarak basandi kitabullah.”            Tungku Tigo Sajarangan as the source of the idea for the craft creation is quite representative because the leadership of Tungku Tigo Sajarangan has an adequate phenomenon to be used as an aspiration in the creation of craftwork, and also as the answer for the worry of the loss of Tungku Tigo Sajarangan leadership’s role. Keywords: Tungku Tigo Sajarangan, Globalization, Craft
Ritus ayoa, dalam tari aseak bebuak kerinci Deli Monica Asmara; Erlinda Erlinda; Martion Martion
Titian: Jurnal Ilmu Humaniora Vol. 5 No. 2 (2021): Desember 2021
Publisher : Fakultas Ilmu Budaya, Universitas Jambi

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.22437/titian.v5i2.14351

Abstract

The dance work entitled "Ritu Ayoa" is a dance work that starts from the Aseak ceremony in the Kerinci community, Jambi Province. This work is done with the format of presenting the results of imagination that provides an alternative creation in the form of dance compositions. Mainly is the form of composition whose cultivation is based on the Aseak ritual event for the treatment that exists in the Kerinci community. The form or structure of the performance of the dance work "Ritu Ayoa" consists of three parts. The first part describes or reveals the activities of the handler with his environment which emphasizes water as a vital thing in life. The second part describes the conflict that occurs in the Aseak ritual in medicine, and the final part reveals the environmental balance that focuses or describes water that must be preserved in life. These three parts become a unified form of choreography in harmony with the musical bonds that are part of strengthening the dance work.