Claim Missing Document
Check
Articles

Found 9 Documents
Search

Pengaruh Temperatur dan Jenis Reduktor terhadap Perolehan Perssen Metalisasi Hasil Reduksi Bijih Besi dari Kalimantan Oediyani, Soesaptri; Milandia, Anistasia; Handayani, Murti
Jurnal Furnace Vol 4, No 1 (2021): MEI 2021
Publisher : Department of Metallurgical Engineering, Universitas Sultan Ageng Tirtayasa

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Salah satu sumber daya alam yang dapat dipergunakan sebagai sumber reduktor alternatif adalah arang kayu dan arang tempurung kelapa yang memiliki kandungan fixed carbon cukup tinggi untuk mereduksi bijih besi. Selain itu plastik/polietilen (PE) juga dapat digunakan sebagai sumber reduktor alternatif tambahan, karena PE memiliki rantai senyawa hidrogen dan karbon yang dapat bereaksi pada suhu tinggi. Selain reduktor, temperatur juga berperan penting pada proses reduksi bijih besi. Diperlukan temperatur yang optimum untuk mereduksi bijih besi, tergantung pada jenis bijih. Perbedaan temperatur reduksi dan penggunaan jenis reduktor yang berbeda akan memberikan pengaruh terhadap perolehan persen metalisasi besi spons hasil reduksi bijih besi. Pengaruh penggunaan PE dalam proses reduksi bijih diteliti dalam variasi temperatur, dan variasi jenis reduktor tambahannya. Campuran bijih besi, polietilen, dengan variasi jenis reduktor berupa batubara ; arang kayu ; dan arang tempurung kelapa ; dibuat briket menggunakan mesin press lalu dipanaskan agar PE meleleh dan dapat menguatkan briket, sehingga tidak diperlukan binder lagi untuk merekatkan briket. Briket kemudian direduksi menggunakan muffle furnace dengan variasi temperatur 800; 900; dan 1000oC dengan waktu tahan selama 120 menit, lalu dilakukan pengujian untuk mengetahui persen metalisasi dengan menggunakan analisa basah. Hasil penelitian menunjukkan bahwa persen metalisasi tertinggi adalah 97,08% diperoleh pada kondisi temperatur 1000oC dengan jenis reduktor berupa arang tempurung kelapa dan tambahan 7,4% PE dan perolehan logam Fe sebesar 62,90%. Data penelitian yang didapatkan menunjukkan bahwa temperatur dan jenis reduktor berpengaruh terhadap persen metalisasi dan banyaknya logam Fe yang terbentuk. Semakin tinggi temperatur, persen metalisasi yang dihasilkan juga semakin tinggi. Penggunaan jenis reduktor dan kandungan fixed carbon yang berbeda juga akan mempengaruhi persen metalisasi dan banyaknya logam Fe yang terbentuk, selain itu penambahan PE sebagai reduktor tambahan juga dapat mempengaruhi persen metalisasi dan logam Fe yang terbentuk pada besi spons.
Karakterisasi Sifat Termal Pada Komposit Nano Epoksi Berpengisi Sn-Ag dengan Variasi Komposisi Filler dan Temperatur Curing Aziz, Abdul; Muharom, Abu Abdurachman; Milandia, Anistasia
Jurnal Furnace Vol 4, No 1 (2021): MEI 2021
Publisher : Department of Metallurgical Engineering, Universitas Sultan Ageng Tirtayasa

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Beberapa tahun terakhir banyak dilakukan penelitian tentang ECA (Electrically Conductive Adhesives) yang bertujuan untuk menggantikan solder konvensional Sn/Pb pada aplikasi mikroelektronika. Namun, pada saat ini ECA masih belum bisa menggantikan solder konvesional Sn/Pb di semua aplikasi karena memiliki banyak kekurangan sehingga belum dapat dioptimalkan penggunaannya disemua aplikasi. Nanomaterial berbasis polimer telah secara intensif dipelajari untuk menggantikan bahan interkoneksi berbasis logam dan berbagai upaya penelitian telah dilakukan untuk meningkatkan sifat material ECA. Nanokomposit berbasis polimer memiliki banyak keunggulan dibandingkan material komposit konvensional, makro maupun mikro. Keunggulannya antara lain meningkatkan sifat elektrik, konduktivitas termal, sifat mekanik dan resistansi terhadap suhu tinggi. Pada penelitian ini dilakukan sintesis nano komposit epoksi resin dengan filler Sn-3,5Ag yang dapat digunakan sebagai aplikasi ECA dengan variasi komposisi filler Sn-3,5Ag sebanyak 0,005%; 0,05%; 0,5% dan variasi temperatur curing pada temperatur ruang (25OC), 65OC, dan 90OC selama 90 menit. Hasil sintesa epoksi nano komposit dikarakterisasi untuk mengetahui pengaruh dari variabel yang digunakan. Karakterisasi yang dilakukan meliputi uji termal menggunakan DSC. Berdasarkan hasil penelitian yang diperoleh, Nilai Tg yang paling optimum diperoleh pada sampel dengan penambahan filler Sn-Ag 0,05% wt dengan proses temperatur curing 65OC yaitu sebesar 46,09OC. Dan juga pada sampel tersebut diperoleh nilai kekuatan tarik tertinggi sebesar 33,72 Mpa. Sedangkan nilai Td tertinggi diperoleh pada sampel dengan penambahan filler Sn-Ag 0,05% wt dengan proses temperatur curing 25OC yaitu sebesar 377,57OC.
Pengaruh Temperatur dan Jenis Reduktor Terhadap Persen Metalisasi dan Persen Fe Hasil Reduksi Bijih Besi Kalimantan Soesaptri Oediyani; Murti Handayani; Anistasia Milandia
Jurnal Metalurgi dan Material Indonesia Vol. 1 No. 1 (2018): Agustus
Publisher : Badan Kerja Sama Pendidikan Metalurgi dan Material (BKPMM)

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

One of the natural resources that can be used as an alternative source of reductor is charcoal made from wood and coconut shell. In addition, plastic / polyethylene (PE) can also be used as an additional reducing agent, since PE has hydrogen and carbon chains that can decompose at high temperatures into hydrogen and carbon monoxide gases. Furthermore, in iron making process, temperature also plays an important role. Based on Chaudron diagram, iron ore will be reduced to sponge iron at temperatures above 750°C. Therefore, in this research, the variations of temperature were 800, 900 and 1000°C with 2 hours of reduction time. The raw material consists of briquettes made from a mixture of iron ore and reducing agents. The result of the research shows that the highest metallization is about 97,08% obtained at 1000°C by using coconut shell charcoal and additional of 7.4% PE. In this condition, Fe content in sponge iron is about 62.90%.
Pengaruh Temperatur, Waktu Pemanasan, dan Komposisi Energizer BaCO3 terhadap Nilai Kekerasan dan Case Depth pada Proses Pack Carburizing Baja Karbon Rendah Alfirano; Rike Kemala Putri; Anistasia Milandia
Jurnal Metalurgi dan Material Indonesia Vol. 3 No. 1 (2020): April
Publisher : Badan Kerja Sama Pendidikan Metalurgi dan Material (BKPMM)

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Low carbon steel produced from the Hot Strip Mill process is widely used for hoe applications. In the application, this steel is expected to have a hardness value of 20 HRC to 41 HRC in accordance with SNI 0331:2011 to avoid failure when experiencing abrasion due to friction with sand and stone. Besides the hoe leaf also requires toughness on the steel core to receive shock loads during agricultural activities. To produce steel with these criteria, a carburizing pack process was carried out. This study was carried to increase the hardness of low carbon steel as a hoe application and determine the optimum temperature, heating time and composition of energizer for the pack carburizing process. In this study, the pack carburizing process was carried out with temperature variations of 850°C to 950°C, variations in heating time of 1-5 hours and variations in the composition of BaCO3 as an energizer of 20% and 80%. To determine the effect of temperature and heating time on hardness and microstructure, carburized steel was characterized for carbon content, hardness testing and metallography. The results of this study indicate that the higher the temperature and the heating time, the hardness of the steel will increase. Microstructure produced after the carburizing pack process is ferrite, pearlite and proeutectoid cementite. The carburizing pack process that produces the best hardness, case depth and microstructure values ​​is at a temperature of 950 ° C for 1 hour in BaCO3 composition of 20%.
Characteristics of aluminum-based composites reinforced of Al2O3/B4C by accumulative roll bonding (ARB) Agus Pramono; Anne Zulfia; Ali Alhamidi; Alfirano Alfirano; Suryana Suryana; Anistasia Milandia
Jurnal Teknika Vol 17, No 2 (2021): Available Online in November 2021
Publisher : Faculty of Engineering, Universitas Sultan Ageng Tirtayasa

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.36055/tjst.v17i2.12156

Abstract

Metalworking technology is currently developing rapidly, especially the processing of metal composite materials. The metalworking process in which ultra-large plastic strains are introduced into the device to create ultra-fine grained metal is a new method for producing high-strength metals. This method is called accumulative roll bonding (ARB). The ideal operating temperature used in the ARB process is the use of dynamic recrystallization temperatures. Roll compression in ARB affects the microstructure and mechanical properties of the composite material, where rolling compression can produce the application of simple forces sequentially evenly on the compressed workpiece. With the addition of Al2O3 and B4C reinforcement in the ARB process, it is expected that the mechanical properties will increase significantly. Composite AA1070 or Al2O3 produces an average hardness: 43.36 BHN, using B4C reinforcement increased 53.50 BHN with AA17075 with Al2O3 reinforcement the hardness was 87.20, with B4C increased significantly by 105.2 BHN. This study compares Al2O3 and B4C as reinforcement on an application in metal matrix composites (MMC). Characteristics compared and comparison of types of AA1070 or AA7075 matrix in their suitability between the use of matrix and reinforcement processed by ARB. Teknologi pengerjaan logam saat ini berkembang pesat, terutama pengolahan bahan-bahan komposit logam. Proses terjadi di mana strain plastik ultra-besar dimasukkan ke dalam perangkat untuk menciptakan logam yang berbutir ultra-halus merupakan metode terbaru untuk menghasilkan logam dengan kekuatan tinggi, metode ini dinamakan dengan accumulative roll bonding (ARB). Temperatur operasional yang ideal yang digunakan pada proses ARB adalah penggunaan temperatur dinamik rekristaslisasi, kompresi roll pada ARB memiliki efek pada struktur mikro dan sifat mekanik dari bahan komposit yang mana kompresi bergulir mampu menghasilkan penerapan gaya-gaya sederhana secara berurutan secara merata pada benda kerja yang mengalami kompresi. Penambahan penguat Al2O3 dan B4C pada proses ARB, terjadi peningkatan secara signifikan. Komposit AA1070/Al2O3 menghasilkan kekerasan rata-rata 43.36 BHN, menggunakan penguat B4C meningkat 53.50 BHN dengan AA7075 berpenguat Al2O3 kekerasan sebesar 87.20, dengan B4C meningkat signifikan sebesar 105.2 BHN. Penelitian ini membandingkan penggunaan Al2O3 dan B4C sebagai penguat dalam penerapanya sebagai penguat dalam kompoisit bermatrik logam. Karakteristik dibandingkan serta pembanding jenis matriks AA1070/AA7075 dalam kesesuaiannya antara penggunaan matriks terhadap penguat yang diproses oleh ARB.
SINTESIS DAN KARAKTERISASI EPOKSI NANOKOMPOSIT BERPENGUAT Fe-Ni NANOPARTIKEL DENGAN VARIASI FRAKSI BERAT SERTA WAKTU SONIKASI Adhitya Trenggono; Satrio Herbirowo; Anistasia Milandia; Agung Sudrajat
Jurnal Teknika Vol 10, No 2 (2014): Edisi November 2014
Publisher : Faculty of Engineering, Universitas Sultan Ageng Tirtayasa

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.36055/tjst.v10i2.6680

Abstract

Nanokomposit adalah proses penggabungan dua atau lebih material antara matriks dengan reinforced pada skala nanostruktur untuk membentuk material baru yang lebih bermanfaat dalam industri manufaktur maupun rekayasa bahan. Nanokomposit memiliki keunggulan seperti dapat menghasilkan bahan komposit yang ringan, kuat, ramah lingkungan serta ekonomis. Pada penelitian ini, terdapat empat fraksi berat dan variasi waktu sonikasi untuk mengetahui fraksi berat terbaik dari hasil sintesis dan didapatkan nilai pengujian kekerasan dan thermal yang semakin meningkat seiring bertambahnya jumlah fraksi berat dari filler nanopartikel. Dua varian waktu sonikasi yang dilakukan untuk mengetahui waktu sonikasi terbaik dalam proses terdispersinya nanopartikel di dalam matriks epoksi resin yang berpengaruh pada sifat mekanik nanokomposit polimer yang dihasilkan dari proses sintesis dan hasil pengujian hardnesstertinggi didapatkan pada komposisi fraksi berat 10 %wt dan waktu sonikasi 30 menit dengan nilai kekerasan sebesar 80 shore D serta memiliki nilai temperatur Tg tertinggi dari hasil pengujian thermal sebesar 83°C. Pada pengamatan hasil foto struktur permukaan patahan yang dilakukan terlihat nanopartikel sudah terdispersi secara homogen pada waktu sonikasi 30 menit lebih baik daripada waktu sonikasi 60 menit karena tidak timbul sifat porous atau void pada hasil sintesis nanokomposit.
Characteristics of Hybrid Composite from Hydroxyapatite/Metal Powder and Ceramic Agus Pramono; Fatah Sulaiman; Alfirano Alfirano; Suryana Suryana; Anistasia Milandia
VANOS Journal of Mechanical Engineering Education Vol 5, No 2 (2020)
Publisher : Universitas Sultan Ageng Tirtayasa

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.30870/vanos.v5i2.8931

Abstract

Milkfish bones/chanos-chanos forsk (CCF) contain of 4% calcium, 3% phosphorus, and 32% protein. CCF is heated at certain temperatures (500-7000C) then can be turned into hydroxyapatite (HAp) as a biomaterial application. The selection of materials in accordance by HAp is aluminum (Al), magnesium (Mg) and titanium (Ti). Al is one of the non-ferrous metals with very wide applications. It has specific properties such as; being light weight, ductile and a lower melting point compared to many other common engineering materials. The combining some of metals by HAp, is a composite material term, which is currently the latest development for processing various elements of different materials. Processing of composite for multi-alloy materials, requires a complex process in resulting of products, both in terms of parameters and process variables. Self-propagating high temperature synthesis (SHS) is a relatively novel and simple method for making certain advanced composites and intermetallic compounds. The SHS method is very suitable to be used as a composite multi-alloy material processing because it has a series of processes capable of producing strong bonds between the elements combined, such as HAp, Al, Mg and Ti. The HAp material from milkfish bones was combined by several metal materials such as Al, Mg and Ti. The use of this material is expected to improve mechanical properties especially eliminating fragility in composite materials. Variation of composition on hybrid composites consist of 3 types: (hybrid composites). There are three combinations of compositions in hybrid composite manufacturing, namely: 80% HAp; 10% Al; 5% Mg; 5% Ti, 80% HAp; 10% Al; 5% Mg; 5% Cu and 80% HAp; 10% Al; 5% Mg; 5% SiC. Characterization carried out ware mechanical and microstructure to determine the properties of hybrid composites, from the values obtained can be recommended for biomaterial applications
Pengaruh Amonium Bikarbonat terhadap Sifat Kekerasan Permukaan pada Low Alloy Steel AISI 4340 dengan Metode Pack Nitriding Andinnie Jurniarsih; Ikmal Ikmal; Anistasia Milandia
Jurnal Furnace Vol 4, No 2 (2021): NOVEMBER 2021
Publisher : Department of Metallurgical Engineering, Universitas Sultan Ageng Tirtayasa

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Seiring dengan meningkatnya pasar industri permesinan, maka permintaan akan baja jenis tool steel juga semakin meningkat. Namun, harga tool steel yang tinggi membuat industri permesinan perlu mengeluarkan biaya yang tinggi untuk penggantian suku cadang tool steel. Oleh karena itu, pada penelitian ini, baja AISI 4340 dijadikan material alternatif karena harganya lebih ekonomis. Namun, karena kekerasan baja AISI 4340 lebih rendah dibandingkan dengan tool steel, maka dilakukan proses pack nitriding dengan serbuk amonium bikarbonat dengan tujuan agar kekerasan permukaan baja AISI 4340 setara dengan tool steel. Penelitian dilakukan dengan menggunakan sampel baja AISI 4340 rounded bar diameter 16 mm dan panjang 25 mm. Baja AISI 4340 dan amonium bikarbonat dimasukkan pada tabung nitridasi tertutup dan dipanaskan dengan muffle furnace. Variasi temperatur yang digunakan 450, 550, dan 650℃ dengan waktu tahan 1, 3, dan 5 jam serta berat amonium bikarbonat sejumlah 42,5 gr; 85 gr; dan 127,5 gr. Berdasarkan hasil yang diperoleh, variasi berat amonium bikarbonat tidak berpengaruh secara signifikan. Hasil kekerasan tertinggi diperoleh dengan nilai 42 HRC pada sampel dengan variasi temperatur 650℃, waktu 5 jam, dan berat amonium bikarbonat 127 gr.
Upaya Nilai Tambah Sludge Scale Sebagai Bahan Baku Pelet Bijih Pelet Soesaptri Oediyani; Anistasia Milandia; Maya Saputri
Jurnal Furnace Vol 4, No 2 (2021): NOVEMBER 2021
Publisher : Department of Metallurgical Engineering, Universitas Sultan Ageng Tirtayasa

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Limbah baja semula termasuk ke dalam limbah B3 tetapi berdasarkan Peraturan Pemerintah No. 22 tahun 2021 tentang Penyelenggaraan Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup Lampiran XIV limbah industry besi dan baja dikategorikan sebagai Limbah Non-B3. Sludge scale adalah salah satu limbah proses pembuatan baja yang belum dimanfaatkan sehingga perlu diberikan nilai tambah mengingat masih mengandung besi dalam jumlah besar sebagai contoh sludge scale BOF dalam keadaan kering mengandung 50 – 60% Fe. Salah satu upaya pemanfaatan sludge scale adalah pembuatan pelet besi menggunakan bahan baku sludge scale. Pada penelitian ini dilakukan pengamatan nilai kuat tekan, porositas dan reducibility pelet dengan menggunakan variasi binder yaitu bentonit, molase dan dekstrin dengan komposisi masing-masing 0,5 , 2,5 dan 5%. Temperatur firing yang digunakan yaitu 1200 dan 1300oC. Hasil penelitian menghasilkan kuat tekan tertinggi pada 5% bentonit sebesar 2000N/pelet, porositas dan reducibility tertinggi pada 0,5 % molase masing-masing sebesar 48,67% dan 8,82% reduksi per menit.