Claim Missing Document
Check
Articles

Found 4 Documents
Search

KEWENANGAN EKSEKUSI PENUNTUT UMUM KOMISI PEMBERANTASAN KORUPSI (EKSEKUSI PUTUSAN PENGADILAN TINGGI JAKARTA NOMOR 34/PID/TPK/2014/PT.DKI) Muhammad Taufik Akbar
Lex LATA Volume 1 Nomor 2, Juli 2019
Publisher : Fakultas Hukum Universitas Sriwijaya

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.28946/lexl.v1i2.497

Abstract

Penelitian ini mengkaji kewenangan pelaksanaan putusan pengadilan oleh jaksa penuntut umum kepada Komisi Pemberantasan Korupsi. Hal ini dimotivasi oleh tidak adanya ketentuan hukum yang mengatur pelaksanaan keputusan pengadilan oleh KPK. Dari sudut pandang itu, KPK secara substansial mengeksekusi keputusan pengadilan tanpa hak untuk berolahraga. Namun demikian, argumen tersebut dibantah oleh pandangan bahwa jaksa penuntut KPK yang berasal dari Kejaksaan pada dasarnya melekat pada posisinya sebagai penuntut, sedangkan berdasarkan Pasal 39 ayat (3), jaksa penuntut KPK ditangguhkan. Oleh karena itu, rumusan masalah yang diangkat adalah: 1) Bagaimana konsep hukum jaksa dan jaksa penuntut dalam sistem peradilan pidana korupsi di Indonesia 2) Apa dasar hukum bagi otoritas eksekutif jaksa Komisi Pemberantasan Korupsi 3) Apa wewenang pengaturan jaksa Komisi Pemberantasan Korupsi di masa depan. Metode penelitian yang digunakan adalah penelitian normatif dengan pendekatan statuta dan pendekatan konseptual, serta pendekatan analitik dalam konteks analisis kewenangan penuntut KPK dan kewenangan Penuntut. Hasil penelitian dan analisis menyimpulkan bahwa: 1) Konsep hukum jaksa dan jaksa penuntut umum dalam sistem peradilan pidana korupsi di Indonesia dibagi menjadi dua, yaitu Jaksa Penuntut Umum dan Jaksa Penuntut Umum dari Kejaksaan dan Jaksa Penuntut Umum. yang hanya berwenang untuk menuntut karena berasal dari Komisi Pemberantasan Korupsi yang dalam kasus ini ditangguhkan sementara dari Kantor Kejaksaan. 2) Jaksa Penuntut Umum Komisi Pemberantasan Korupsi dari aspek wewenang pada dasarnya tidak memiliki kewenangan hukum untuk melaksanakan atau mengeksekusi putusan pengadilan karena tidak lagi berdomisili sebagai jaksa penuntut karena sementara diberhentikan dari Kejaksaan Agung. Selain itu, Perintah Eksekusi Putusan Pengadilan bukan surat perintah yang bersumber dari Layanan Penuntut Umum. 3) Peraturan tentang kewenangan Komisi Pemberantasan Korupsi Pemberantasan Korupsi yang seharusnya di masa depan harus dilakukan dengan menggunakan Surat Perintah dari Kantor Kejaksaan, oleh karena itu substansi kewenangan penuntut KPK harus diubah atau pelaksanaan suatu putusan pengadilan harus dilakukan oleh Jaksa Penuntut Umum yang harus dikoordinasikan oleh KPK selama pelaksanaan putusan pengadilan.
PENGARUH PROFESIONALISME, INDEPENDENSI, KOMITMEN ORGANISASI, DAN BUDAYA KERJA TERHADAP KINERJA INTERNAL AUDITOR DI BPKP PROVINSI Muhammad Taufik Akbar; Hardi -; Al Azhar Lukman
Jurnal Online Mahasiswa (JOM) Bidang Ilmu Ekonomi Vol 2, No 2 (2015): Wisuda Oktober 2015
Publisher : Jurnal Online Mahasiswa (JOM) Bidang Ilmu Ekonomi

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

This Research is aimed to know the effect of profesionalism , independence, organizational commitment and work culture to performance of internal auditors. This research is held at BPKP Riau province, The population of this study are internal auditors of BPKP. The data of this study are collected by using questionaires, and analyzed by using multiple regression. The result of this study shows that the professionalism, independence, organizational commitment and work culture have the possitive to the performent of internal auditors. The results also showed the contribution of independent variable influence on the dependent variable is equal to 82.1%. While the remaining 17.9% is influenced by other variables not included in this regression model.Keywords: Professionalism, independence, Organizational Commitment, Work Culture, and Performance of Internal Auditors.
Pemanfaatan Lahan Tidur melalui Kegiatan Kebun Gizi di Desa Salut, Kecamatan Kayangan, Kabupaten Lombok Utara, Nusa Tenggara Barat Muhammad Taufik Akbar; Anjas Madisha
Jurnal Pusat Inovasi Masyarakat (PIM) Vol. 1 No. 1 (2019): November 2019
Publisher : Lembaga Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat, Institut Pertanian Bogor

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (237.118 KB)

Abstract

Salut Village is one of the villages in Kayangan Sub-District, North Lombok District, West Nusa Tenggara. This village is located just below the foot of Mount Rinjani with a dry climate. On August 5, 2018 there was a 6.8 magnitude earthquake which destroyed almost everything in Salut Village. The impact is lack of food and medicine. LPPM IPB and HA-IPB sent facilitators on March 17 to respond to the disaster by providing program, namely nutrition garden activities. Nutrition garden was carried out in the East Salut hamlet by providing 1 ha of land and involving community members of the farmer group. There were 11 commodities planted, namely kale, Chinese cabbage, lettuce, spinach, long beans, chili, eggplant, tomatoes, bitter melon, sweet potatoes and cassava. The activities started from nursery, maintenance to harvesting were carried out by the community with the help of the facilitator.
Analisis Framing Budaya dalam Serial Video Game Ghost of Tsushima Muhammad Taufik Akbar; Dosen Pembimbing
Bandung Conference Series: Public Relations Vol. 4 No. 2 (2024): Bandung Conference Series: Public Relations
Publisher : UNISBA Press

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.29313/bcspr.v4i2.13303

Abstract

Abstract. This research analyzes the framing in the video game "Ghost of Tsushima" to explore how Japanese culture is conveyed to players. Using qualitative research methods and the framing analysis approach of William A. Gamson and Andre Modigliani, this study identifies cultural elements in each game scene. Data were analyzed using Gamson and Modigliani's condensing symbol theory, including framing devices (metaphors, catchphrases, exemplars, depiction, visual images) and reasoning devices (roots, appeals to principle, consequences). The game presents 13th century Japanese samurai culture against the backdrop of the Mongol invasion, depicting the conflict between honor and revenge and the struggle to maintain cultural identity. The results show that the game shapes players' understanding of samurai values through the metaphor of "Samurai as Ghosts," catchphrases reflecting Jin Sakai's changing identity, and exemplars of his internal conflicts. The visualization of the beautiful yet war-torn Tsushima reinforces the emotional atmosphere and complex narrative. Jin's transformation from a traditional samurai to a "ghost samurai" emphasizes the importance of adaptation in the face of challenges. Overall, "Ghost of Tsushima" successfully uses framing theory to present a rich and meaningful narrative, educating players about the values of samurai culture and deepening understanding of Japanese history and culture. Abstrak. Penelitian ini menganalisis framing dalam video game "Ghost of Tsushima" untuk mengeksplorasi bagaimana budaya Jepang disampaikan kepada pemain. Menggunakan metode penelitian kualitatif dan pendekatan analisis framing William A. Gamson dan Andre Modigliani, penelitian ini mengidentifikasi elemen budaya dalam setiap scene game. Data dianalisis menggunakan teori condensing symbol dari Gamson dan Modigliani, mencakup framing devices (metafora, catchphrases, exemplars, depiction, visual images) dan reasoning devices (roots, appeals to principle, consequences). Game ini menyajikan budaya samurai Jepang abad ke-13 dengan latar belakang invasi Mongol, menggambarkan konflik antara kehormatan dan balas dendam serta perjuangan mempertahankan identitas budaya. Hasil penelitian menunjukkan bahwa game ini membentuk pemahaman pemain tentang nilai-nilai samurai melalui metafora "Samurai sebagai Hantu," catchphrases yang mencerminkan perubahan identitas Jin Sakai, dan exemplar konflik internalnya. Visualisasi Tsushima yang indah namun hancur oleh perang memperkuat atmosfer emosional dan narasi kompleks. Transformasi Jin dari samurai tradisional menjadi "samurai hantu" menekankan pentingnya adaptasi dalam menghadapi tantangan. Secara keseluruhan, "Ghost of Tsushima" berhasil menggunakan teori framing untuk menyajikan narasi yang kaya dan bermakna, mendidik pemain tentang nilai-nilai budaya samurai dan memperdalam pemahaman tentang sejarah dan budaya Jepang.