Claim Missing Document
Check
Articles

Found 2 Documents
Search

FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEJADIAN PNEUMONIA PADA BATITA DI PUSKESMAS TANJUNG MARULAK KECAMATAN RAMBUTAN KOTA TEBING TINGGI TAHUN 2015 Bayu Larasati Wulandari
Jurnal Mutiara Kesehatan Masyarakat Vol 3 No 1 (2018): Jurnal Mutiara Kesehatan Masyarakat
Publisher : Program Studi Kesehatan Masyarakat Universitas Sari Mutiara Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (193.211 KB)

Abstract

Salah satu penyebab kematian pada batita adalah pneumonia dimana penyakit ini disebabkan oleh influensi streptococeus pneumonia atau haemophillis influenza. Indonesia menduduki peringkat ke 6 di dunia dalam kasus pneumonia, di Sumatera Utara pneumonia merupakan penyakit ketujuh dari 10 penyakit ditemukan 41,291 batita sedangkan dipuskesmas Tanjung Marulak 56 orang. Penelitian ini menggunakan studi obsevasional dengan desain kasus case control. Populasi dan sampel penelitian ini adalah semua ibu yang memiliki batita 195 orang yang berkunjung ke Puskesmas Tanjung Marulak Kota Tebing Tinggi pada periode Januari-Juni tahun 2015 berjumlah 53 orang kasus dan 53 orang kontrol. Metode pengumpulan data dilakukan dengan data primer dan sekunder. Analisis data yang dilakukan adalah univariat, bivariat dan multivariate. Hasil statistik menunjukkan bahwa variable-variabel dengan kejadian pneumonia adalah pendidikan ibu pvalue=0,032 (OR=2,522), pekerjaan pvalue-0,006(OR=0,030), pengetahuan ibu pvalue=0,000 (OR=6,114), status imunisasi pvalue=0,002 (OR=3,860), berat badan lahir pvalue=0,000 (OR=10,938), pemberian asi pvalue=0,012 (OR=2,953), perokok pvalue=0,002 (OR=3,789). Hasil analisis membuktikan bahwa variable yang dominan adanya asap pembakaran pvalue=0,000 (OR=37,663) artinya batita yang dirumahnya ada asap pembakaran memiliki peluang 37,663 kali lebih besar untuk mengalami kejadian pneumonia dibandingkan dengan batita yang dirumahnya tidak ada asap pembakaran. Saran penulis dalam penelitian ini adalah ibu/pengasuh untuk lebih rajin mencari informasi tentang penyakit pneumonia, sebaiknya dapur jangan didalam rumah jika masih menggunakan kayu bakar, jarak pembakaran sampah jauh dari pekarangan rumah minimal 10 meter, selalu membawa bayinya untuk imunisasi dan memberikan asi esklusif pada bayinya dari usia 0-6 bulan, bagian KIA meningkatkan promosi kesehatan dan penyuluhan.
Perbandingan Penggunaan Telehealth dengan Konsultasi Tatap Muka dalam Asuhan Kebidanan Nur Afifah Harahap; Susanti; Fanni Astuti; Bayu Larasati Wulandari; Rahmaniyah R
Journal of Innovative and Creativity Vol. 5 No. 2 (2025)
Publisher : Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Pahlawan Tuanku Tambusai

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.31004/joecy.v5i2.2894

Abstract

Inovasi digital di sektor kesehatan, khususnya telehealth, telah menjadi salah satu alternatif penting dalam pemberian layanan kebidanan, terutama selama pandemi COVID-19 dan di wilayah dengan keterbatasan akses fasilitas kesehatan. Namun, efektivitas dan kepuasan pasien terhadap telehealth dibandingkan dengan konsultasi tatap muka masih menjadi pertanyaan penting dalam praktik kebidanan. Penelitian ini bertujuan untuk membandingkan efektivitas dan tingkat kepuasan pasien terhadap penggunaan telehealth dengan konsultasi tatap muka dalam pelayanan asuhan kebidanan. Desain penelitian ini adalah kuantitatif dengan pendekatan cross-sectional. Sampel sebanyak 120 ibu hamil dipilih secara purposive sampling, terdiri dari pengguna layanan telehealth dan konsultasi langsung di fasilitas kebidanan. Data dikumpulkan menggunakan kuesioner terstruktur yang mengukur kualitas pelayanan dan kepuasan pasien. Analisis data dilakukan dengan uji paired t-test dan independent t-test. Hasil penelitian menunjukkan bahwa tidak terdapat perbedaan yang signifikan dalam dimensi kualitas informasi antara telehealth dan tatap muka (p=0,213). Namun, terdapat perbedaan signifikan pada dimensi kejelasan komunikasi (p=0,001), responsivitas (p=0,009), serta kepuasan umum (p=0,015), di mana konsultasi tatap muka lebih unggul. Di sisi lain, telehealth dinilai lebih efisien dalam aspek waktu dan aksesibilitas (p=0,000). Telehealth dapat menjadi alternatif yang layak untuk asuhan kebidanan terutama dalam kondisi tertentu seperti pandemi atau daerah terpencil. Namun, untuk aspek komunikasi interpersonal dan hubungan emosional, konsultasi tatap muka tetap lebih unggul. Kombinasi keduanya secara strategis dapat meningkatkan mutu dan jangkauan layanan kebidanan di masa depan.