Gulma merupakan tumbuhan yang tidak diinginkan kehadirannya karena menghambat pertumbuhan tanaman budidaya dan berpotensi menurunkan produktivitas. Gulma memiliki sifat kompetitif yang tinggi, mudah berkembang biak, dan dapat tumbuh dengan mudah di lingkungan dengan sumber daya terbatas, sehingga mampu menghambat pertumbuhan serta mengurangi hasil tanaman budidaya (Utami et al., 2020). Sembung rambat merupakan gulma tahunan yang tumbuh merambat dengan cepat. Gulma tersebut dominan tumbuh pada areal kelapa sawit belum menghasilkan. Bioherbisida mulai banyak dikembangkan sebagai salah satu alternatif dari penggunaan herbisida kimia, salah satunya daun bambu apus. Tujuan penelitian ini yaitu untuk menguji dan menentukan konsentrasi ekstrak daun bambu untuk mengendalikan gulma sembung rambat. Penelitian ini mengimplementasikan rancangan acak kelompok non faktorial dengan 6 taraf perlakuan ekstrak daun bambu (0, 10, 30, 50, 70, dan 90%). Hasil hpenelitian menunjukkan bahwa aplikasi bioherbisida dari ekstrak daun bambu berpengaruh nyata terhadap hari kematian gulma, persentase kematian gulma, bobot basah dan kering gulma sembung rambat. Pemberian bioherbisida dari ekstrak daun bambu dengan konsentrasi 90% menghasilkan waktu kematian gulma tercepat, yaitu 2 hari. Konsentrasi tersebut juga menghasilkan persentase kematian gulma tertinggi (100%). Bobot basah dan kering gulma terendah pada konsentrasi 90% berturut – turut adalah 0,43 g dan 0,1 g.