Mahajudin, Marlina Setiawati
Departemen/SMF Ilmu Kedokteran Jiwa, Fakultas Kedokeran Universitas Airlangga/ RSU Dr.Soetomo Surabaya

Published : 9 Documents Claim Missing Document
Claim Missing Document
Check
Articles

Found 9 Documents
Search

THE EFFECTIVENESS OF LAUGH THERAPY TO DECREASE DEPRESSION LEVEL IN THE ELDERLY AT GRIYA USILA ST. YOSEP SURABAYA AND PANTI WERDHA BHAKTI LUHUR SIDOARJO Nurwela, Trifonia Sri; Mahajudin, Marlina S; Adiningsih, Sri
Jurnal Ilmiah Kedokteran Wijaya Kusuma Vol 4, No 1 (2015): edisi September 2015
Publisher : Universitas Wijaya Kusuma Surabaya

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

The aging process is a natural process where an elderly experiences the changing biological, cognitive, psychological, and spiritual. Those chances influence the elderly health in both biological and psychological including the chance or mental health disorders towards an elderly which influences the quality of life such as mood disorder and depression. The managing of depression in the elderly could be done by laugh therapy.  Laugh therapy is a therapy method by utilizing laugh in order to assist each person to reduce a problem in both physical disorder and mental disorder. This study aimed to determine the effectiveness of laugh therapy on the decreasing of depression level for elderly. It included quasi- experimental study was condected at Griya Usila St. Yosef and in Werdha Bhakti Luhur House in  Sidoarjo by utilizing non randomized control pretest posttest design. The sample used in this research the inclusion criteria was 35 people which were divided into treatment group and control group. The treatment group was 19 people and control group was 16 people. The elderly in Griya Usila St. Yosef was as treatment group and the elderly in Panti Wedha Bhakti Luhur was as control group. Both groups performed pretest and postet at the same time to determine the level depression using by Geriatric Depression Scale/GDS. Mann Whitney Test results z = -5.105  and p = 0.000 There are significant differences in changes in the level of depression in the treated.Mann Whitney Test to test the difference in value of the Geriatric Depression Scale(GDS) z = -4.368 and p = 0.000 that was significant differences in the difference in the value of the GDS between the treated group and control group. Laughter therapy is effective in lowering the rate of depression in the elderly. The conclusion is the laugh therapy is effective in reducing the depression level in the elderly at Griya Usila St. Yosef Surabaya and Panti Werdha Luhur Sidoarjo
EFEKTIVITAS TERAPI HUMOR DENGAN MEDIA FILM KOMEDI UNTUK MENURUNKAN TINGKAT KECEMASAN PADA LANSIA Deliyani, Ni Luh; S. Mahajudin, Marlina
HOSPITAL MAJAPAHIT (JURNAL ILMIAH KESEHATAN POLITEKNIK KESEHATAN MAJAPAHIT) Vol 7, No 2 (2015): HOSPITAL MAJAPAHIT VOL 7 NO 2
Publisher : HOSPITAL MAJAPAHIT (JURNAL ILMIAH KESEHATAN POLITEKNIK KESEHATAN MAJAPAHIT)

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.10475/hm.v7i2.329

Abstract

The aging process was a natural process in human that the changing occured or function decline of biological, psychological, social, cultural and spiritual. One of the mental health problems that often arised in the elderly was anxiety. The managing of anxiety in the elderly could be done by humor therapy. Humor, basically contained a charge of positive emotions, allowing people to think more broadly, flexibly and creatively to solve the problems. Comedy as one of the stimulus could cause a sense of humor. This study aimed to determine the effectiveness of humor therapy by watching comedy movie on the decreasing ofanxiety level in the elderly. This quasi-experimental study was conducted at Panti Tresna Werdha Hargo Dedali Surabaya, by using non-randomized control group pretest posttest design. Samples that met the inclusion criteria were 18 that were divided to two groups based on the block. Ten persons in the east block were treated by watching comedy movie and eight in western block were used as control group. Both groups performed pretest and posttest at the same time to determine the level of anxiety, using the Hamilton Rating Scale for Anxiety (HRS-A). Wilcoxon Signed Ranks Test results z= -2.460 and p= 0.014 that there was different of anxiety level before and after humor therapy in the treated group. The control group results, z= -1.000 and p= 0.317 show there was no different in anxiety levels. Wilcoxon Mann Whitney Test results z= -2.379 and p= 0.017 that there was different in anxiety level between the treated group and control group. Effectiveness of humor therapy by watching comedy movie to decrease anxiety level was 34.7%. The conclusion of the study suggests humor therapy by watching comedy movie can decrease the anxiety level in the elderly at Panti Tresna Werdha Hargo Dedali Surabaya.Key words : humor therapy, comedy movie, anxiety, elderly
Identifikasi Kebutuhan Psikologis Remaja dengan Gangguan Depresi di Surabaya Author: Hamidah; Marlina S. Mahajudin
Psikologika: Jurnal Pemikiran dan Penelitian Psikologi Vol. 17 No. 2 (2012)
Publisher : Fakultas Psikologi dan Ilmu Sosial Budaya Universitas Islam Indonesia Yogyakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.20885/psikologika.vol17.iss2.art8

Abstract

The purpose of this study was to get information about the psychological needs of adolescents with depressive disorders. The information was revealed: 1. the number and levels of depression, 2. Psychological needs, 3. support needs, 4. Close people needed. The method used was survey, with a descriptive analysis. Subjects were 1054 people, which consist of 570 men and 484 women in 2nd grade of State and Private Senior High School in Surabaya. Results of the study that there was 0% teens that don't have depression and depression in mild, 42 people (4.022%) were depressed, 917 people (87.8%) had major depression, 95 people (9.09%) had acute depression. Acute depression disorders experienced more in female subjects than in males, that is 11, 98% to 6.49%. Forms of psychological needs of adolescents with depression is social support such as: information related to depression as much as 10.7%, emotional support (encouragement, affection, closeness and willingness to listen complaints) 40.8%, financial support (provide facilities to entertain themselves, switch to eat and go to a place of entertainment, refreshment or a walk and exercise) 16.7%, moral support (advice, discourse, confidence and calmness) as much as 31.8%. Initial action was to lock themselves alone and do reflection as much as 38.6%; entertaining themselves as much as 15.4%; having exercise as much as 10.9%; having refreshment 35.1%. Actions to solve issue are sharing with friend as much as 48.7%; sharing with parents as much as 15.4%; silent as much as 30.8% and others as much as 5.1%. The expected parenting type is democratic 95%, authoritarian as much as 1% and the remaining 4% is permissive.Key words: adolescents, depression and psychological needs
Terapi Kelompok Berbasis Sekolah dan Keluarga pada Remaja yang Mengalami Gangguan Depresi Hamidah Hamidah; Marlina S. Mahajudin
JIP (Jurnal Intervensi Psikologi) Vol. 4 No. 1 (2012)
Publisher : Universitas Islam Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.20885/intervensipsikologi.vol4.iss1.art2

Abstract

Penelitian ini bertujuan untuk mengurangi depresi di kalangan remaja dengan terapi kelompok berbasis sekolah dan keluarga. Para peserta penelitian ini adalah 30 remaja kelas 2 dari SMA negeri dan swasta di kota X, dibagi menjadi kelompok eksperimen dan kelompok kontrol. Penelitian ini meliputi 25 orang tua dan guru. Penelitian menunjukkan bahwa ada penurunan tingkat depresi di kalangan anak laki-laki dan kelompok perempuan eksperimen, pemahaman juga lebih tinggi tentang masalah kesehatan mental di kalangan orang tua dan guru, yang gejala, identifikasi, perilaku membantu, membalikkan dan intervensi. Berdasarkan pada sekolah ini, dan keluarga diharapkan dapat memberikan dukungan sosial bagi remaja.
Disfungsi Seksual Berhubungan dengan Keharmonisan Rumah Tangga pada Lansia Afrina Zulaikha; Marlina S. Mahajudin
Jurnal Psikiatri Surabaya Vol. 6 No. 1 (2017): Juni
Publisher : Faculty of Medicine, Universitas Airlangga

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (435.012 KB) | DOI: 10.20473/jps.v6i1.19104

Abstract

Peningkatan usia harapan hidup menyebabkan peningkatan jumlah lansia dengan segala permasalahannya. Perubahan bentuk tubuh, penurunan fungsi organ, gejala-gejala menopause, penyakit degeneratif dan lainnya menimbulkan stress tersendiri dan memerlukan adaptasi dan penanganan yang baik. Salah satu masalah utama yang dihadapi oleh pasangan lansia adalah disfungsi seksual akibat terjadinya perubahan dan penurunan fungsi organ seksual. Aktifitas seksual merupakan merupakan hal yang fundamental dalam membentuk kedekatan antara suami dan istri dan sangat erat kaitannya dengan kualitas dan stabilitas perkawinan. Berbagai perubahan yang dialami, disadari dan saling dimengerti diantara pasangan lansia dalam melewati fase-fase pernikahan akan menimbulkan suatu kepuasan yang holistik tidak hanya kepuasaan seksual. Namun hal ini juga dipengaruhi oleh latar belakang pendidikan dan kebudayaan seseorang. Kelekatan, intimasi, aktifitas seksual, dan komunikasi yang baik menciptakan kualitas pernikahan yang baik Disfungsi seksual pada lansia tidak mempengaruhi keharmonisan rumah tangga karena proses adaptasi yang baik, kemampuan pemecahan masalah, intimasi dan kelekatan serta komunikasi yang baik. Disamping itu pada lansia juga telah terjadi pergeseran dari cinta eros menjadi agape, sehingga cinta eros yang dipengaruhi oleh struktur biologispun tertutupi oleh cinta filia dan agape yang akhirnya meningkatkan ketiga cinta tersebut. Pasangan lansia yang memiliki kendala dalam hal seksualitas dapat meminta bantuan kepada tenaga kesehatan profesional. Penanganan yang bisa diberikan berupa konseling dan edukasi, farmakoterapi, terapi non famakologi seperti terapi perilaku kognitif, terapi pasangan dan terapi seksual yang melibatkan pasangannya.
Couple Therapy pada Pasangan Infertil yang Melakukan In Vitro Fertilization (IVF) Dina Elizabeth Sinaga; Marlina Setiawati Mahajudin
Jurnal Psikiatri Surabaya Vol. 6 No. 1 (2017): Juni
Publisher : Faculty of Medicine, Universitas Airlangga

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (304.282 KB) | DOI: 10.20473/jps.v6i1.19105

Abstract

Infertilitas adalah suatu kondisi dimana perempuan dan laki-laki berhubungan seksual secara rutin minimal 1 tahun atau lebih tanpa menjadi hamil.Kondisi ini dapat menimbulkan berbagai reaksi emosi yang dapat mempengaruhi hubungan suami istri.Ada beberapa penanganan yang dapat dilakukan, baik secara fisik maupun psikologis.Secara fisik dapat dilakukan In Vitro Fertilization (IVF).Prosedur IVF ternyata menimbulkan beban psikologis pada pasangan, sehingga diperlukan intervensi psikologis, yang salah satunya dengan couple therapy.Couple therapy bertujuan untuk membantu pasangan memperoleh pengertian yang lebih baik tentang diri mereka sendiri dan pasangannya, serta menolong pasangan untuk mengungkapkan reaksi emosi mereka dengan komunikasi yang baik dan penerimaan terhadap kondisi pasangannya.Ada beberapa pendekatan couple therapy yang dapat dilakukan, diantaranya Emotionally Focused Therapy (EFT) dan Solution Focused Therapy (SFT).Diharapkan dengan dilakukannya intervensi couple therapy sebelum, selama dan setelah prosedur IVF ini, dapat meningkatkan keberhasilan kehamilan sekaligus mencegah kekecewaan dan masalah psikologis akibat kegagalan prosedur IVF.
Intimacy dan Marital Satisfaction Pasangan Suami–Istri Pasien Kanker Serviks yang Belum Histerektomi : Suatu Studi Kualitatif Kamila Adam; Marlina Setiawati Mahajudin; dr. Suhatno
Jurnal Psikiatri Surabaya Vol. 6 No. 1 (2017): Juni
Publisher : Faculty of Medicine, Universitas Airlangga

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (738.014 KB) | DOI: 10.20473/jps.v6i1.19106

Abstract

Objektif : Penelitian ini mengamati intimacy dan kepuasan pernikahan pasien kanker serviks beserta suaminya untuk menekankan pentingnya perspektif psikososial pada pasien kanker. Metode : Observasional kualitatif, serial kasus, total dan purposive sampling pada pasien kanker serviks stadium 0 sampai 3 berusia 20-50 tahun dan belum diterapi. Dilakukan wawancara mendalam, penilaian dengan kuesioner skala Personal Assessment of Intimacy, adaptasi Revised Dyadic Adjustment Scale dan follow up 3-6 bulan. Sample dari Klinik Onkologi Kandungan RSUD Dr. Soetomo tahun 2016. Analisis data kualitatif disajikan dalam narasi dan tabel. Hasil : 5 pasangan subyek, usia 39 – 58 tahun. Satu pasien stadium 3B menyalahkan kanker sebagai penyebab ketidakpuasan pernikahannya. Disrupsi intimacy ditemukan pada 4 pasangan terutama aspek seksual dan rekreasional. Satu pasangan mampu mempertahankan wellbeing sebagai individu maupun pasangan meskipun aktivitas intim aspek tertentu berubah. Faktor-faktor lain yang didiskusikan mencakup aspek budaya, lingkungan, kepribadian, stigma serta persepsi akan kanker dan pernikahan.Simpulan : Intimacy yang dimaknai sebagai kedekatan, dalam perkembangannya selama menikah dapat makin memperkuat komitmen, mempengaruhi kepuasan serta pertahanan relasi terutama selama masa sulit,termasuk adanya kanker. Kualitas intimacy berperan pada manajemen stres diantaranya membantu kenyamanan pasien selama adaptasi. Kanker mempengaruhi pasien dan pasangan sehingga lebih baik dikelola sebagai "penyakit pasangan".
Terapi Kelompok Berbasis Sekolah dan Keluarga pada Remaja yang Mengalami Gangguan Depresi Hamidah Hamidah; Marlina S. Mahajudin
JIP (Jurnal Intervensi Psikologi) Vol. 4 No. 1 (2012)
Publisher : Universitas Islam Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.20885/intervensipsikologi.vol4.iss1.art2

Abstract

Penelitian ini bertujuan untuk mengurangi depresi di kalangan remaja dengan terapi kelompok berbasis sekolah dan keluarga. Para peserta penelitian ini adalah 30 remaja kelas 2 dari SMA negeri dan swasta di kota X, dibagi menjadi kelompok eksperimen dan kelompok kontrol. Penelitian ini meliputi 25 orang tua dan guru. Penelitian menunjukkan bahwa ada penurunan tingkat depresi di kalangan anak laki-laki dan kelompok perempuan eksperimen, pemahaman juga lebih tinggi tentang masalah kesehatan mental di kalangan orang tua dan guru, yang gejala, identifikasi, perilaku membantu, membalikkan dan intervensi. Berdasarkan pada sekolah ini, dan keluarga diharapkan dapat memberikan dukungan sosial bagi remaja.
Cultural Influence on Clinical Features of Depression Gani, Rina Krismiati; Mahajudin, Marlina Setiawati; Budi Kristianto
Jurnal Psikiatri Surabaya Vol. 11 No. 2 (2022): November
Publisher : Faculty of Medicine, Universitas Airlangga

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.20473/jps.v11i2.24933

Abstract

Introduction: Depression is a common cause of poor health throughout the world. Genotype factors and cultural environment will interact to influence the psychodynamics of a person's behavior in expressing depression. Objective: This paper aims to describe the influence of cultural factors on a person's psychodynamics and clinical features of depression. Methods: PubMed and Google Scholar were searched using the following keyword (depression) AND (clinical features OR clinical appearance) AND (psychodynamic) AND (cultural influences) using the journal publication filter for the 2014-2020 issues. We also used textbooks published in the last 10 years and were related to writing themes. Results: Every individual has "internal” and "external” views within him, which are influenced by the culture in which he grows and develops. These views, along with beliefs, religions, and gender differences can influence the type and severity of depression as well as variations in clinical appearance. In addition, most of the existing psychometrics developed in Europe and the United States, so some items are not appropriate when applied in different cultures. In Indonesia, there is an Indonesian Depression Checklist that has been adapted to Indonesian culture to detect depression. Physicians must avoid stereotyping members of certain cultural groups while respecting the importance of cultural influences. Conclusions: Psychodynamics and culture will influence behavior in response to the distress, resulting in clinical vary features of depression across cultures. Healthcare workers must have the cultural competence to sharpen their analytical power and avoid misdiagnosis of depression.