Claim Missing Document
Check
Articles

Found 7 Documents
Search

Detection of Mycobacterium tuberculosis by Microscopic Technique of Sputum AFB and ICT (Cocktail Antigen) TB Retno Martini Widhyasih; Annisa Husnun Hanifah; Chairlan Chairlan; Dewi Inderiati
Medical Laboratory Technology Journal Vol. 5 No. 2 (2019): December
Publisher : Poltekkes Kemenkes Banjarmasin Jurusan Analis Kesehatan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (1723.421 KB) | DOI: 10.31964/mltj.v5i2.246

Abstract

Tuberculosis is an infectious disease caused by Mycobacterium tuberculosis. The diagnosis of pulmonary TB in general still relies on microscopic examination with a sputum smear for Acid Fast Basil (AFB). Microscopic examination to detect M. tuberculosis has high specificity, but the sensitivity is 35-70%. The sputum culture method is the gold standard for the diagnosis of pulmonary TB but requires a long time, which is 6-8 weeks. In recent years ICT (Immuno Chromatography Test) has been introduced to identify potential and useful TB antigens to help diagnose pulmonary TB. Antigens detected were ESAT-6, CFP-10, CFP-21, and MPT-64. This study aims to compare the results of the examination of specimens of suspect TB sputum with the ICT method and AFB. This study based on observational with analytic design cross-sectional on 56 samples of Stored Biological Material suspects TB that were examined by the AFB method and the ICT method (Cocktail Antigen). Statistical test results Fisher Exact (α = 0.05) showed no difference between microscopic examination of smear sputum and ICT (Cocktail Antigen) TB (p = 1,000). Nevertheless, the use of ICT reagents for the diagnosis of pulmonary TB still needs to be further investigated, especially to find out the exact causes of false positive and false negative reactions.
TRACER STUDY AND LABOUR MARKET SIGNAL UNTUK LULUSAN DIII ANALIS KESEHATAN POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES JAKARTA III Estu Lestari Lestari; Retno Martini Widhyasih; Warida Warida Warida
Jurnal Ilmu dan Teknologi Kesehatan Vol 2 No 1 (2014): September
Publisher : Poltekkes Kemenkes Jakarta III

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (75.443 KB)

Abstract

Public demands into a high quality of health examination with right, accurate and appropriate are increased. Hence, it is responsibility of health professional to provide better service. However, the number of health analyst workers called laboratorian have various diverse of educational background. In respon to providing high quality analysts, Polytechnic of Health Ministry of Health Jakarta III intends to identify its graduation who work in health services in Jakarta and surrounding areas. This study aims to evaluate the progress of Program D III at Health Analyst department as well as its development; to assess the need of user about health analysts education level; and to improve the performance of Health Analyst department. The study is designed as cross-sectional with the use of descriptive research / survey type. The target of population were the entire graduated of Health Analyst department. Data collection was conducted in the area of Jakarta, Bogor, Depok, Tangerang and Bekasi (Jabodetabek) among alumni who work in hospital laboratories and 9 (nine) Clinics and Health Centers. Total number samples participated is 94 alumni. All data collected then was analyzed using SPSS. Learning experience in laboratory is the most important for alumni competence in the workplace, followed by learning experience in a community and hospital internships. It means there is association between education and the job attained. Professional certification is more important than academic achievement (IP), and participant expecting DIII program development into Bachelor level. " Tracer Study and labor Market Signal " encourage Health Analyst DIII Programme to improve Teaching Learning Process according to stakeholders needs
Carcinoembryonic Antigen (CEA) dan Neutrofil-to-Limfosit Ratio (NLR) sebagai Faktor Prediktif Kanker Kolorektal Retno Martini Widhyasih; Suci Dwi Rahmadhanti; Rizana Fajrunni'mah
Jurnal Ilmu dan Teknologi Kesehatan Vol 7 No 1 (2019): September 2019
Publisher : Poltekkes Kemenkes Jakarta III

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (575.225 KB) | DOI: 10.32668/jitek.v7i1.223

Abstract

Colorectal cancer is a cancer that attacks the colon to the rectum. This cancer is the fourth most cancer in the world, and the second most cancer in western countries, and the third most common cause of cancer that occurs in men and women in 2012 in Indonesia. 72.4% of colorectal cancer patients have increased preoperative CEA levels, and increased NLR has been reported as a valuable predictive indicator of various types of cancer, including colorectal cancer. This study aims to analyze the correlation between CEA examination and NLR in colorectal cancer using secondary data with cross-sectional design. The sample of this study was all colorectal cancer patients in Tarakan Hospital, Central Jakarta, who examined CEA and complete hematology in 2014 - 2018. Based on the results of the study, it could be concluded that there was a correlation between CEA with NLR in colorectal cancer with a value of p = 0.000 smaller than alpha = 0.05, and the value of r = 0.78, meaning a strong correlation between CEA and NLR in colorectal cancer, so if there is an increase in CEA, it is accompanied by an increase in NLR.
Gambaran Hasil Pemeriksaan Skrining RPR- TP rapid, Anti-HIV dan HBsAg Pada Ibu Hamil Di Puskesmas Kecamatan Ciracas Retno Martini Widhyasih; Lenggo Geni; Prima Nanda Fauziah; Vira Amalia
Anakes : Jurnal Ilmiah Analis Kesehatan Vol 6, No 1 (2020): Anakes :Jurnal Ilmiah Analis Kesehatan
Publisher : Universitas Mohammad Husni Thamrin

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.37012/anakes.v6i1.359

Abstract

Infeksi menular seperti HIV (Human Immunodeficiency Virus), Sifilis dan Hepatitis B merupakan penyakit menular langsung yang dapat menginfeksi ibu dan ditularkan ke bayi sejak dalam kandungan, persalinan maupun menyusui memiliki cara penularan yang hampir sama, infeksi ini akan menimbulkan resiko penularan yang akan terjadi pada bayi lahirdengan infeksi kongenital, premature, keguguran (abortus)bahkan kematian. Sehingga menurut permenkes no. 52 tahun 2017 perlu dilakukan pemeriksaan skrining menggunakan HIV rapid test, RPR (Rapid Plasma Reagin)-Tp rapid(Treponema pallidum rapid)dan HBsAg (Hepatitis B surfaceAntigen) rapid test pada ibu hamil. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui gambaran hasil pemeriksaan skrining RPR-Treponema pallidumrapid, anti-HIV dan HBsAg pada ibu hamil di Puskesmas Kecamatan Ciracas periode Januari-April 2019 dengan menggunakan metode deskriptif. Setelah dilakukan penelitian terhadap 951 ibu hamil, didapatkan data ibu hamil yang melakukan pemeriksaan skrining terbanyak pada trimester ke 2 sebanyak 427 orang ibu hamil (44,90%) dengan hasil reaktif sebanyak 3 orang ibu hamil (0,32%) pada pemeriksaan RPR-TP rapid, pada pemeriksaan anti-HIV didapata hasil reaktif 1 orang ibu hamil (0,11%) serta hasil reaktif 5 orang ibu hamil (0,53%) pada pemeriksaan HBsAg.Pemeriksaan skrining bagi ibu hamil sangat penting untuk membantu menekan angka prevalensi bayi lahir dengan terinfeksi sifilis, HIV dan hepatitis B. Semakin cepat diketahui maka semakin baik pengobatan yang diberikan untuk ibu dan janin. Sehingga program tripleeliminasi HIV(Human Immunodeficiency Virus), Sifilis dan Hepatitis B dapat tercapai. Kata Kunci         : Anti-HIV, HBsAg, RPR-Tp rapid, Ibu Hamil
Pengaruh Penambahan Saffron (Crocus sativus) Pada Yoghurt Terhadap Pertumbuhan Pseudomonas aeruginosa Retno Martini Widhyasih; Nunu Suminar; Diah Lestari
Anakes : Jurnal Ilmiah Analis Kesehatan Vol 8, No 1 (2022): Anakes: Jurnal Ilmiah Analis Kesehatan
Publisher : Universitas Mohammad Husni Thamrin

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.37012/anakes.v8i1.800

Abstract

Saffron (Crocus sativus) merupakan tumbuhan yang dapat digunakan sebagai obat tradisional dan juga digunakan dalam produk olahan makanan. Bahan aktif saffron, seperti flavonoid, saponin, dan tanin, diketahui merupakan senyawa antibakteri. Saffron dapat digunakan dalam produk fermentasi seperti yoghurt yang berperan sebagai prebiotik untuk zat aktif yang terkandung dalam yoghurt, yaitu bakteri asam laktat (BAL). Bakteri patogen dapat menyebabkan beberapa penyakit, diantaranya Pseudomonas aeruginosa. Bakteri ini diketahui menyebabkan infeksi pneumonia nosokomial yang ditularkan melalui pernapasan. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui nilai zona hambat, volume hambat minimum dan pengaruh penambahan saffron yoghurt terhadap Pseudomonas aeruginosa. Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan metode true experimen dengan desain post test only control group. Uji daya hambat dilakukan dengan metode difusi sumur dengan lima kelompok perlakuan yaitu 5 helai dan 10 helai saffron dalam yoghurt dengan volume 25 µl, 50 µl, 100 µl, 150 µl, dan 200 µl. Setiap perlakuan diulangi lima kali. Sebagai kontrol positif larutan ciprofloxacin 0,25% dan akuades sebagai kontrol negatif. Pengujian dilakukan di Laboratorium Bakteriologi Politeknik Kemenkes Jakarta III pada bulan Juni 2020. Data yang diperoleh dianalisis secara statistik dengan uji Kruskal-Wallis dan dilanjutkan dengan uji Mann-Whitney pada tingkat kepercayaan 95% dengan α = 0,05 (5%). Hasil statistik diperoleh nilai p 0,05 (p = 0,000). Maka dapat disimpulkan penambahan saffron pada yoghurt berpengaruh terhadap pertumbuhan bakteri Pseudomonas aeruginosa.Kata kunci: Crocus sativus, Pseudomonas aeruginosa, Saffron, Yoghurt.
Gambaran Kadar CEA dan CA 19-9 Sebagai Skrining Kanker Pankreas Di Rumah Sakit X Jakarta Utara Tahun 2021 Retno Martini Widhyasih; Zuraida Zuraida; Septiana Widya Mukti; Atna Permana; Prima Nanda Fauziah; Catu Umirestu Nurdiani
Anakes : Jurnal Ilmiah Analis Kesehatan Vol 8, No 2 (2022): Anakes: Jurnal Ilmiah Analis Kesehatan
Publisher : Universitas Mohammad Husni Thamrin

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.37012/anakes.v8i2.1201

Abstract

Kanker pankreas merupakan salah satu penyebab utama kematian yang disebabkan karena kanker. Pada umumnya, kanker pankreas dikaitkan dengan prognosis yang sangat buruk dikarenakan beberapa alasan, salah satunya karena didiagnosis pada stadium lanjut dan beberapa kasus tidak ada gejala. Dalam penegakan diagnosis kanker pankreas dapat digunakan kombinasi pemeriksaan pencitraan seperti USG/CT Scan dan pemeriksaan laboratorium penanda tumor seperti CEA dan CA 19-9 sebagai pilihan pertama untuk skrining awal. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui gambaran kadar CEA dan CA 19-9 pada suspek kanker pankreas di Rumah Sakit X Jakarta Utara periode Januari – Desember 2021. Penelitian ini menggunakan metode deskriptif analitik dengan data sekunder dari pemeriksaan kadar CEA dan CA 19-9 pada 100 pasien suspek kanker pankreas. Kanker pankreas pada umumnya diderita laki-laki dan usia lanjut dan pada penelitian ini didapatkan laki-laki 66% dan lansia sebanyak 35%. Hasil pemeriksaan CEA dan CA 19-9 yang dilakukan bersamaan didapatkan hasil CEA abnormal dan CA 19-9 abnormal sebanyak 40%. Kombinasi serum CA 19-9 dan CEA dapat meningkatkan spesifisitas. Pada penelitian ini, kenaikan CEA didapatkan pada 41% kasus suspek kanker pankreas. Penanda tumor CA 19-9 dianggap yang paling baik untuk diagnosis kanker pankreas, karena mempunyai sensitivitas dan spesitivitas tinggi dan pada penelitian ini didapatkan 68% didapatkan kadar abnormal. Kadar CA 19-9 dan CEA serum yang abnormal berkorelasi erat dengan prognosis pasien kanker pankreas. Selain itu, dibandingkan dengan pasien dengan kadar CA 19- 9 dan CEA yang normal, pasien dengan peningkatan kadar CA 19-9 atau CEA seringkali memiliki prognosis yang lebih buruk yang menunjukkan bahwa tumor sudah dalam stadium lanjut.. Simpulan, Pemeriksaan CEA dan CA 19-9 dapat digunakan sebagai penanda tumor yang sensitive dan spesifik sebagai pemeriksaan skrining kanker pankreas, namun tetap perlu dilakukan penunjang diagnostik seperti pencitraan untuk mengetahui stadium kanker pankreasKata kunci : CEA, CA 19-9, Skrining Kanker Pankreas
Gambaran Hasil Pemeriksaan Anti–HIV dan HBsAg Metode Immunochromatography Tes Pada Ibu Hamil Di RSAB Harapan Kita Jakarta Retno Martini Widhyasih; Maharani Kurnia Nengsih; Zuraida Zuraida
Anakes : Jurnal Ilmiah Analis Kesehatan Vol 9, No 2 (2023): Anakes: Jurnal Ilmiah Analis Kesehatan
Publisher : Universitas Mohammad Husni Thamrin

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.37012/anakes.v9i2.1856

Abstract

Isu kesehatan ibu dan anak tetap menjadi fokus perhatian berbagai pihak di tingkat global, regional dan Indonesia. Dalam upaya menurunkan kematian ibu serta melahirkan generasi yang sehat dan berkualitas yang merupakan tujuan pelayanan kesehatan ibu sebagaimana diamanatkan dalam UU Kesehatan, maka pelayanan antenatal yang berkualitas merupakan bagian yang sangat penting dan akan memberikan kontribusi yang sangat besar dalam mencapai tujuan tersebut, Salah satu penyakit yang harus dideteksi selama kehamilan adalah infeksi HIV dan Hepatitis B pada ibu hamil. Lebih dari 90% bayi terinfeksi HIV tertular dari ibu HIV selama kehamilan, saat persalinan dan menyusui. Tujuan penelitian adalah mengetahui gambaran hasil pemeriksaan Anti-HIV dan HBsAg pada ibu hamil di RSAB Harapan Kita. Metode penelitian ini adalah deskriptif menggunakan data sekunder berdasarkan Rekam Medis RSAB Harapan Kita periode Januari – Juni 2022 dengan responden sebanyak 495 pasien ibu hamil yang melakukan pemeriksaan Anti-HIV dan HBsAg. Simpulan hasil penelitian ini menunjukkan gambaran hasil pemeriksaan Anti-HIV pada ibu hamil dengan hasil Reaktif sebanyak 1 orang (0,2 %) dan HBsAg Reaktif sebanyak 8 orang (1,6 %). Ibu hamil hendaknya agar lebih meningkatkan kewaspadaan dan menghindari faktor-faktor risiko yang bisa menyebabkan penularan penyakit HIV dan Hepatitis B untuk mencegah terjadinya penularan secara kongenital kepada janinnya.Kata kunci : HIV, Hepatitis B, Ibu hamil