Claim Missing Document
Check
Articles

Found 6 Documents
Search

Faktor Pendukung dan Penghambat Penderita Diabetes Melitus dalam Melakukan Pemeriksaan Glukosa Darah Rizana Fajrunni'mah; Diah Lestari; Angki Purwanti
Global Medical & Health Communication (GMHC) Vol 5, No 3 (2017)
Publisher : Universitas Islam Bandung

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (149.683 KB) | DOI: 10.29313/gmhc.v5i3.2181

Abstract

Diabetes melitus (DM) adalah sekelompok gangguan metabolisme bersifat kronik yang ditandai peningkatan kadar glukosa darah serta gangguan metabolisme karbohidrat, lemak, dan protein. Setiap tahun lebih dari empat juta orang meninggal akibat DM, dan jutaan orang mengalami efek buruk atau kondisi yang mengancam jiwa seperti serangan jantung, strok, gagal ginjal, kebutaan, dan amputasi. Kemampuan individu mengelola kehidupan sehari-hari serta mengendalikan dan mengurangi dampak penyakit yang dideritanya dikenal dengan self-management, yaitu mengikuti pola makan sehat, meningkatkan kegiatan jasmani, menggunakan obat DM dan obat pada keadaan khusus secara aman dan teratur, melakukan pemantauan kadar gula darah, serta perawatan kaki secara berkala. Beberapa penelitian melaporkan bahwa masih sedikit penderita DM melakukan pemantauan gula darah dengan baik. Penelitian ini bertujuan memperoleh pemahaman mendalam tentang pengalaman penderita DM dalam pemeriksaan kadar glukosa darah dengan menggunakan metode penelitian kualitatif pendekatan fenomenologi. Penelitian dilaksanakan pada bulan Juli–September 2016 di wilayah kerja Puskesmas Jatiwarna, Bekasi. Hasil analisis data teridentifikasi faktor pendukung pemeriksaan glukosa darah adalah faktor psikologis, sosial, edukasi, ekonomi, dan akses. Faktor penghambatnya adalah faktor psikologis, sosial, edukasi, penggunaan obat, sikap terhadap penyakit, dan persepsi terhadap jaminan kesehatan. Hasil penelitian diharapkan dapat menjadi masukan dalam meningkatkan kualitas edukasi dan pendampingan tenaga kesehatan kepada pasien sehingga pasien terbantu meningkatkan adaptasi dan kemampuannya memantau glukosa darah secara mandiri.SUPPORTING AND INHIBITING FACTORS OF DIABETES MELLITUS PATIENTS IN PERFORMING BLOOD GLUCOSE EXAMINATIONDiabetes mellitus (DM) is a chronic metabolic disorder marked by an increase in blood glucose levels and impaired metabolism of carbohydrates, fats, and proteins. Every year more than four million people die because diabetes and millions of people experience the ill effects of diabetes or life-threatening conditions such as heart attack, stroke, kidney failure, blindness, and amputation. The individual's ability to manage life, control and reduce the impact of the disease known as self-management is to follow a healthy diet, increasing physical activity, using the drug safely and regularly, monitoring blood sugar levels as well as maintenance feet regularly. Several studies reported only small number of DM patients examined blood glucose levels routinely. This study aim to gain a thorough understanding of individual experience with DM in examining blood glucose levels. This study used qualitative research with a phenomenological approach from July to September 2016 at Jatiwarna, Bekasi. The results identified factors supporting blood glucose examination were: psychological factors, social, educational, economic, and access to health care. The inhibiting factors were psychological factors, social, educational, drug use, attitudes toward the disease, and perceptions of health insurance. The results expected to improve the quality of education and mentoring for health workers. It will help patients improving the adaptability and the ability to blood glucose self-monitoring.
HUBUNGAN HIGIENITAS PERSONAL SISWA DENGAN KEJADIAN KECACINGAN NEMATODE USUS Diah Lestari Lestari
Jurnal Ilmu dan Teknologi Kesehatan Vol 4 No 1 (2016): september
Publisher : Poltekkes Kemenkes Jakarta III

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (49.782 KB)

Abstract

Intestinal worm infection by nematode worms also referred to as the stomach, is a group of worms that are transmitted through the soil (soil-transmitted Helminths). Worm infection in children in Indonesia prevalence reached 60-80% . Many studies worm disease in children occur during primary school age. Important species that commonly infects humans are kind of Ascaris lumbricoides, Trichuris trichiura, Strongyloides stercoralis and hookworm (Ancillostoma duodenale and Necator americanus). Genesis worm disease on Primary School Children can occur by factors such as students' personal hygiene habits play on the ground, hand washing, use of footwear, sucking fingers, and the physical condition of the students. The research objective was to determine the relationship between personal hygiene students with the incidence of intestinal nematode worm infection. Design studies using cross-sectional study with a sample of 160 through primary data through interview, observation and the eggs and larvae of intestinal nematode worms in the stool with Kato- Katz method.The results showed significant relationship between hand washing habits in students with the incidence of worm infection (p value 0.033). The prevalens of infection in students of 57.5%, by worms A.lumbricoides 74.8% and 25.2% by T.trichiura, infection does not occur by hookworm.
Pengaruh Penambahan Saffron (Crocus sativus) Pada Yoghurt Terhadap Pertumbuhan Pseudomonas aeruginosa Retno Martini Widhyasih; Nunu Suminar; Diah Lestari
Anakes : Jurnal Ilmiah Analis Kesehatan Vol 8, No 1 (2022): Anakes: Jurnal Ilmiah Analis Kesehatan
Publisher : Universitas Mohammad Husni Thamrin

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.37012/anakes.v8i1.800

Abstract

Saffron (Crocus sativus) merupakan tumbuhan yang dapat digunakan sebagai obat tradisional dan juga digunakan dalam produk olahan makanan. Bahan aktif saffron, seperti flavonoid, saponin, dan tanin, diketahui merupakan senyawa antibakteri. Saffron dapat digunakan dalam produk fermentasi seperti yoghurt yang berperan sebagai prebiotik untuk zat aktif yang terkandung dalam yoghurt, yaitu bakteri asam laktat (BAL). Bakteri patogen dapat menyebabkan beberapa penyakit, diantaranya Pseudomonas aeruginosa. Bakteri ini diketahui menyebabkan infeksi pneumonia nosokomial yang ditularkan melalui pernapasan. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui nilai zona hambat, volume hambat minimum dan pengaruh penambahan saffron yoghurt terhadap Pseudomonas aeruginosa. Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan metode true experimen dengan desain post test only control group. Uji daya hambat dilakukan dengan metode difusi sumur dengan lima kelompok perlakuan yaitu 5 helai dan 10 helai saffron dalam yoghurt dengan volume 25 µl, 50 µl, 100 µl, 150 µl, dan 200 µl. Setiap perlakuan diulangi lima kali. Sebagai kontrol positif larutan ciprofloxacin 0,25% dan akuades sebagai kontrol negatif. Pengujian dilakukan di Laboratorium Bakteriologi Politeknik Kemenkes Jakarta III pada bulan Juni 2020. Data yang diperoleh dianalisis secara statistik dengan uji Kruskal-Wallis dan dilanjutkan dengan uji Mann-Whitney pada tingkat kepercayaan 95% dengan α = 0,05 (5%). Hasil statistik diperoleh nilai p 0,05 (p = 0,000). Maka dapat disimpulkan penambahan saffron pada yoghurt berpengaruh terhadap pertumbuhan bakteri Pseudomonas aeruginosa.Kata kunci: Crocus sativus, Pseudomonas aeruginosa, Saffron, Yoghurt.
PENINGKATAN KADAR AMINOTRANSFERASE SERUM PEROKOK AKTIF AKIBAT AKTIVITAS MEROKOK (Suatu Studi Kepustakaan) Diah - Lestari; Tri - Prasetyorini; Ghefira - Widayanti
Jurnal Kesehatan Saintika Meditory Vol 4, No 2 (2021): November 2021
Publisher : Stikes Syedza Saintika

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.30633/jsm.v4i2.1199

Abstract

Merokok menimbulkan dampak negatif bagi kesehatan tubuh salah satunya menyebabkan kerusakan pada struktur sel hati, ditandai dengan keluarnya enzim yang paling baik dalam menilai fungsi hati yaitu kelompok aminotransferase serum yang meliputi AST dan ALT, dan kadarnya meningkat pada peredaran darah. Aktivitas merokok dapat dilihat dari usia perokok, jenis rokok, jumlah rokok dalam sehari, lama merokok, dan derajat merokok. Tujuan penelitian ini untuk melihat hubungan antara aktivitas merokok dengan kadar aminotransferase serum pada perokok aktif. Metode penelitian  menggunakan metode studi kepustakaan (library research). Data yang digunakan adalah data skunder berasal dari penelitian yang telah dipublikasi pada jurnal ilmiah. Hasil penelitian diperoleh  usia perokok termuda pada usia 21 tahun, jenis rokok terbanyak rokok filter dan kretek, jumlah rokok dikonsumsi sebanyak 1-10 batang/hari, lama merokok terbanyak  lebih dari 5 tahun, dan derajat merokok terbanyak dalam kelompok ringan-sedang. Kadar aminotransferase serum sebagian besar mengalami peningkatan, baik kadar AST maupun ALT. Kesimpulan ada hubungan aktivitas merokok dengan kadar aminotransferase serum, dan tidak ada hubungan usia perokok dengan kadar aminotransferase serum. Peningkatan kadar aminotransferase serum pada perokok terjadi < 2x nilai normal, peningkatan yang terjadi hanya dalam batas 2-70 % dari normal.Kata kunci : Aktivitas merokok; aminotransferase serum; AST dan ALT
PROFILE KEBERADAAN EXTENDED SPECTRUM BETA LACTAMASE BERDASARKAN JENIS BAKTERI, JENIS SPESIMEN DAN SUMBER RUANGAN Diah - Lestari
Jurnal Kesehatan Saintika Meditory Vol 5, No 1 (2022): Mei 2022
Publisher : STIKES Syedza Saintika Padang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.30633/jsm.v5i1.1341

Abstract

Pengobatan penyakit infeksi umumnya dengan pemberian antibiotik. Antibiotik yang dijual bebas dan penggunaan secara tidak tepat menimbulkan resistensi antibiotik. Golongan β-laktam adalah antibiotik yang sering digunakan dan adanya resistensi menyebabkan bakteri terus berkembang biak dan mengakibatkan munculnya enzim Extended spectrum beta-lactamase (ESBL) yang dihasilkan oleh kuman famili Enterobacteriaceae, terutama Klebsiella pneumoniae dan Escherichia coli. Tujuan penelitian untuk mengetahui profile keberadaan extended spectrum beta lactamase (ESBL) berdasarkan jenis bakteri, jenis specimen dan sumber ruangan di RSUD dr. Chasbullah Abdulmadjid Kota Bekasi. Metode penelitian dilakukan berdasarkan analitik deskriptif cross sectional menggunakan data sekunder hasil pemeriksaan kultur mikroorganisme dan resistensi antibiotik. Sampel penelitian adalah spesimen sputum, urin, pus, darah dan cairan tubuh lain berjumlah 98 isolat E. coli dan K. pneumoniae. Hasil penelitian dari 98 isolat E. coli dan K. pneumoniae  ditemukan ESBL positif sebanyak 56,1%. Spesies E. coli  ESBL positif ditemukan pada spesimen pus dan urin sebanyak 33,3% dan K. pneumoniae ESBL positif pada spesimen pus sebanyak 48,0%. Isolat E. coli  ESBL positif banyak berasal dari ruang ICU dan ruang inap bedah (Tulip) 20,0% dan isolat K. pneumoniae ESBL positif sebanyak 12,0% berasal dari rujukan luar. Isolat E. coli  ESBL menunjukkan sensitifitas tinggi terhadap antibiotik ertapenem, meropenem, amikacin dan tigecycline (100%). Isolat K. pneumoniae ESBL menunjukkan sensitifitas yang baik terhadap meropenem (96%), ertapenem (88%), amikacin (88%) dan tigecycline (84%).     Kata kunci : ESBL, resistensi antibiotik, β-laktam, isolat E. coli, isolat K. pneumoniae.
SIGNIFICANT CORRELATION BETWEEN LACK OF VITAMIN D LEVELS 25 OH IN PREGNANT WOMEN WITH LOW BIRTH WEIGHT Diah Lestari; Dwi Rahmawati; Yosanti Elsa
Jurnal Delima Harapan Vol 10 No 1 (2023): Maret
Publisher : AKADEMI KEBIDANAN HARAPAN MULYA PONOROGO

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.31935/delima.v10i1.208

Abstract

Pregnant women who lack in vitamin D will increase the risk of fetal growth and development, one of which is births with low birth weight (LBW). Vitamin D functions for calcium absorption up to 60% during pregnancy for fetal bone growth. This study aims to determine the correlation between vitamin D levels in pregnant women and low birth weight babies at RSAB Harapan Kita. The research method uses a cross-sectional design. The population was pregnant women who checked levels of Vitamin D (Vit D 25 (OH)) in the first trimester and third trimester with sample size of 80. The data analysis used is the Chi-Square test. Examination of vitamin D levels with the ELISA method. The results showed that the average level of vitamin D content was abnormal (Insufficient and Deficient) 73.8%, and normal vitamin D content (Sufficient) 26.2%. The mean of extremely low birth weight (ELBW) was 13.8%, very low birth weight (VLBW) was 26.2% and low birth weight (LBW) was 60.0%. There was a significant correlation between vitamin D levels in pregnant women and low birth weight (Sig = 0.025), (p < 0.05). Conclusions vitamin D intake in pregnant women is needed for fetal development to reduce the risk of low birth weight (LBW).