Claim Missing Document
Check
Articles

Found 4 Documents
Search

TEKNIK PENABURAN BENIH MERBAU (Intsia bijuga) SECARA LANGSUNG DI HUTAN PENELITIAN PARUNG PANJANG, BOGOR Nurhasybi Nurhasybi; Dede J. Sudrajat
Jurnal Penelitian Hutan Tanaman Vol 6, No 4 (2009): JURNAL PENELITIAN HUTAN TANAMAN
Publisher : Pusat Penelitian dan Pengembangan Hutan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (148.493 KB) | DOI: 10.20886/jpht.2009.6.4.209-217

Abstract

Luas kerusakan  hutan di Indonesia mencapai 59,7 juta hektar dengan laju kerusakan kurang lebih 3 juta hektar per tahun. Adanya keterbatasan regenerasi alami dan kendala biaya yang besar untuk penanaman membutuhkan metode lain yang dapat dijadikan alternatif rehabilitasi hutan dan lahan, yaitu dengan penaburan benih secara langsung (direct seeding) untuk menumbuhkan jenis-jenis pionir yang akan menciptakan kondisi untuk tumbuhnya jenis-jenis lokal.  Penelitian ini menggunakan jenis merbau (Intsia bijuga) dengan  rancangan faktorial.  Benih ditabur dibawah tegakan dan ditempat terbuka, dengan cara : (1) Benih tanpa perlakuan ditabur di atas permukaan tapak yang tidak dibersihkan, (2) Benih tanpa perlakuan kemudian ditabur dengan cara ditugal sedalam 2 – 3 cm pada tapak yang sudah dibersihkan dan digemburkan, (3) Benih tanpa perlakuan ditabur di atas permukaan tapak yang sudah dibersihkan dan digemburkan, (4) Benih dikikir dan direndam air selama 30 menit kemudian ditabur diatas permukaan pada tapak yang sudah dibersihkan dan digemburkan dan (5) Benih dikikir dan direndam air selama 30 menit kemudian ditabur dengan cara ditugal sedalam 2 – 3 cm pada tapak yang sudah dibersihkan dan digemburkan.  Parameter yang diukur meliputi daya tumbuh benih dalam bentuk kecambah dan pertumbuhan semai. Hasil penelitian menunjukkan penaburan benih merbau (I. bijuga) lebih baik dilakukan di bawah tegakan dengan intensitas naungan 50 – 65 %. Pertumbuhan diameter semai merbau menunjukkan nilai terbaik pada perlakuan benih dikikir untuk memudahkan benih tumbuh karena kulit benihnya tebal dan direndam air selama 30 menit kemudian ditabur di atas permukaan atau ditabur dengan cara ditugal sedalam 2 – 3 cm pada tapak yang sudah dibersihkan dan digemburkan. Penerapan penaburan benih secara langsung untuk jenis merbau dapat dilakukan pada hutan sekunder atau semak belukar berupa cemplongan atau jalur, karena benih masih mendapat cukup kelembaban untuk tumbuh.
PERKECAMBAHAN BENIH KEMENYAN (Styrax benzoin Dryander) PADA BEBERAPA MEDIA TABUR DAN PERLAKUAN PENDAHULUAN Dede J. Sudrajat; Megawati Megawati
Jurnal Penelitian Hutan Tanaman Vol 6, No 3 (2009): JURNAL PENELITIAN HUTAN TANAMAN
Publisher : Pusat Penelitian dan Pengembangan Hutan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (324.295 KB) | DOI: 10.20886/jpht.2009.6.3.135-144

Abstract

Budidaya kemenyan (Styrax benzoin Dryander) masih terkendala dengan penyediaan bibit dalam jumlah yang mencukupi karena masih rendahnya keberhasilan perkecambahan dan tidak serempaknya perkembangan benih. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui media tabur dan perlakuan pendahuluan yang mampu meningkatkan perkecambahan benih kemenyan.  Rancangan penelitian yang digunakan adalah rancangan acak lengkap dengan 4 ulangan dan setiap ulangan terdiri dari 50 benih.  Media tabur yang digunakan adalah pasir, campuran pasir dan tanah (1 : 1 v/v), serbuk sabut kelapa, campuran pasir dan serbuk sabut kelapa (1 : 1 v/v), abu sekam padi, dan campuran pasir dan abu sekam padi (1 : 1 v/v). Media terbaik dari hasil pengujian tersebut digunakan sebagai media untuk pengujian perlakuan pendahuluan.  Metode perlakuan pendahuluan yang digunakan adalah tanpa perlakuan, perlakuan jemur-rendam selama 1 hari, perlakuan jemur-rendam selama 2 hari, perlakuan jemur-rendam selama 3 hari, peretakan, perendaman dalam asam cuka selama 24 jam, dan perendaman dalam air accu selama 24 jam. Hasil penelitian menunjukkan bahwa media perkecambahan terbaik untuk benih kemenyan adalah media pasir (daya berkecambah 63%, kecepatan berkecambah 0,78%/etmal dan nilai perkecambahan 0,22). Pada media pasir tersebut, perlakuan jemur-rendam selama 3 hari mampu meningkatkan dan mempercepat perkecambahan benih (daya berkecambah 88%, kecepatan berkecambah 2,06%/etmal, dan nilai perkecambahan 1,53). Perlakuan tersebut dapat meningkatkan daya berkecambah sebesar 17%, kecepatan berkecambah 83%, dan nilai perkecamabahan 195% terhadap kontrol (tanpa perlakuan pendahuluan).
PENENTUAN KRITERIA KECAMBAH NORMAL YANG BERKORELASI DENGAN VIGOR BIBIT TUSAM (Pinus merkusii Jungh et de Vriese) Nurhaysbi Nurhaysbi; Dede J. Sudrajat; Pipit S. Aisyah
Jurnal Penelitian Hutan Tanaman Vol 5, No 1 (2008): JURNAL PENELITIAN HUTAN TANAMAN
Publisher : Pusat Penelitian dan Pengembangan Hutan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (2265.745 KB) | DOI: 10.20886/jpht.2008.5.1.1-11

Abstract

Perbanyakan tanaman secara generatif memegang peranan penting dalam penanaman. Keberhasilan pengadaan bibit untuk penanaman  sangat bergantung pada proses perkecambahan. Penelitian ini bertujuan untuk menentukan kriteria kecambah normal Pinus merkusii  yang diperlukan untuk menentukan daya berkecambah yang berkorelasi dengan daya tumbuh dan vigor bibit di persemaian. Penelitian ini terdiri dari tiga percobaan, meliputi : (1) pengujian perkecambahan di laboratorium untuk memperoleh kriteria kecambah normal yang akan digunakan, (2) pengujian perkecambahan beberapa lot benih menggunakan kriteria kecambah normal yang diperoleh pada percobaan 1, dan (3) pengujian benih  di persemaian yaitu uji korelasi dengan hasil pengujian di laboratoriurn menggunakan  kriteria kecambah normal yang terpilih. Pengamatan di laboratorium dilakukan terhadap beberapa parameter, yaitu struktur kecambah (panjang  hipokotil, epikotil dan radikula), persentase   kecambah normal, diameter batang bibit, tinggi bibit, jumlah daun, rasio pucuk akar, panjang akar dan tunas, jumlah kotiledon, daya tumbuh di persemaian, dan bobot basah dan bobot kering bibit yang dilakukan  pada akhir penelitian. Rancangan acak lengkap digunakan untuk menentukan kriteria kecambah normal dalam menghitung  daya berkecambah. Rancangan ini mengunakan faktor sumber benih dan perlakuan pendahuluan yang terdiri 6 kelompok benih yaitu (1) benih dari kebun benih tanpa perlakuan (kontrol), (2) benih dari kebun benih dengan pengusangan 30 jam, (3) benih dari kebun benih dengan pengusangan 60 jam, (4) benih dari tegakan benih tanpa perlakuan (kontrol), (5) benih dari tegakan benih pengusangan 30 jam, dan(6) benih dari tegakan benih pengusangan 60 jam. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa kriteria kecambah normal A (kulit benih terbuka dan radikula muncul berwarna merah kecoklatan)  merupakan kriteria yang dapat digunakan untuk menentukan daya berkecambah benih Pinus merkusii di laboratorium. Daya berkecambah yang ditentukan oleh kriteria kecambah normal A tersebut berkorelasi dengan beberapa tolok ukur vigor bibit (tinggi bibit, jumlah  daun, panjang akar, serta rasio pucuk dan akar) di persemaian.
PERTUMBUHAN JATI (Tectona grandis Linn. f.) ASAL KULTUR JARINGAN PADA BEBERAPA UKURAN LUBANG TANAM DAN DOSIS PUPUK KANDANG DI PARUNG PANJANG, BOGOR, JAWA BARAT Dede J. Sudrajat; Yulianti Bramasto
Jurnal Penelitian Hutan Tanaman Vol 6, No 4 (2009): JURNAL PENELITIAN HUTAN TANAMAN
Publisher : Pusat Penelitian dan Pengembangan Hutan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (342.827 KB) | DOI: 10.20886/jpht.2009.6.4.227-234

Abstract

Perbaikan kondisi tapak penanaman merupakan upaya penting untuk mengimbangi penurunan kualitas lahan hutan tanaman. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh ukuran lubang tanam dan dosis pupuk kandang terhadap pertumbuhan tanaman jati (Tectona grandis) asal kultur jaringan hingga umur 3 tahun di Hutan Penelitian Parungpanjang, Bogor. Penanaman dilakukan pada tahun 2001 dengan jarak tanam 3 x 3 m. Racangan yang digunakan adalah rancangan acak berblok dengan 4 blok. Setiap blok terdiri dari 5 petak perlakuan yang masing-masing berisi 49 pohon. Perlakuan yang digunakan terdiri dari: tanpa pupuk ukuran lubang 25 x 25 x 25 cm (F1), 1 kg pupuk ukuran lubang 50 x 50 x 50 cm (F2), 2 kg pupuk ukuran lubang 50 x 50 x 50 cm (F3), 3 kg pupuk dengan ukuran lubang 75 x 75 x 75 cm (F4), dan 4 kg pupuk dengan ukuran lubang 75 x 75 x 75 cm (F5). Pengukuran dilakukan dengan cara sensus pada umur 1, 2, dan 3 tahun. Parameter yang diukur meliputi persen hidup, tinggi, diameter, dan volume pohon. Hasil penelitian menunjukkan kecenderungan bahwa makin besar lubang tanam dan makin banyak pupuk kandang memberikan pertumbuhan yang makin baik. Pemberian pupuk kandang dengan dosis F4 dan F5 memberikan hasil yang terbaik terhadap persentase hidup dan pertumbuhan tanaman jati. Untuk aplikasinya pada tanah-tanah yang padat dan miskin hara seperti di Parung panjang, perlakuan F4 dapat dipertimbangkan untuk diterapkan dalam meningkatkan keberhasilan penanaman jati. Perlakuan tersebut menghasilkan persen hidup 92%, tinggi 5,4 m, diameter 7,1 cm, dan volume pohon 0,0023 m3 pada umur tanaman 3 tahun.