Claim Missing Document
Check
Articles

Found 4 Documents
Search

PERTUMBUHAN JATI (Tectona grandis Linn. f.) ASAL KULTUR JARINGAN PADA BEBERAPA UKURAN LUBANG TANAM DAN DOSIS PUPUK KANDANG DI PARUNG PANJANG, BOGOR, JAWA BARAT Dede J. Sudrajat; Yulianti Bramasto
Jurnal Penelitian Hutan Tanaman Vol 6, No 4 (2009): JURNAL PENELITIAN HUTAN TANAMAN
Publisher : Pusat Penelitian dan Pengembangan Hutan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (342.827 KB) | DOI: 10.20886/jpht.2009.6.4.227-234

Abstract

Perbaikan kondisi tapak penanaman merupakan upaya penting untuk mengimbangi penurunan kualitas lahan hutan tanaman. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh ukuran lubang tanam dan dosis pupuk kandang terhadap pertumbuhan tanaman jati (Tectona grandis) asal kultur jaringan hingga umur 3 tahun di Hutan Penelitian Parungpanjang, Bogor. Penanaman dilakukan pada tahun 2001 dengan jarak tanam 3 x 3 m. Racangan yang digunakan adalah rancangan acak berblok dengan 4 blok. Setiap blok terdiri dari 5 petak perlakuan yang masing-masing berisi 49 pohon. Perlakuan yang digunakan terdiri dari: tanpa pupuk ukuran lubang 25 x 25 x 25 cm (F1), 1 kg pupuk ukuran lubang 50 x 50 x 50 cm (F2), 2 kg pupuk ukuran lubang 50 x 50 x 50 cm (F3), 3 kg pupuk dengan ukuran lubang 75 x 75 x 75 cm (F4), dan 4 kg pupuk dengan ukuran lubang 75 x 75 x 75 cm (F5). Pengukuran dilakukan dengan cara sensus pada umur 1, 2, dan 3 tahun. Parameter yang diukur meliputi persen hidup, tinggi, diameter, dan volume pohon. Hasil penelitian menunjukkan kecenderungan bahwa makin besar lubang tanam dan makin banyak pupuk kandang memberikan pertumbuhan yang makin baik. Pemberian pupuk kandang dengan dosis F4 dan F5 memberikan hasil yang terbaik terhadap persentase hidup dan pertumbuhan tanaman jati. Untuk aplikasinya pada tanah-tanah yang padat dan miskin hara seperti di Parung panjang, perlakuan F4 dapat dipertimbangkan untuk diterapkan dalam meningkatkan keberhasilan penanaman jati. Perlakuan tersebut menghasilkan persen hidup 92%, tinggi 5,4 m, diameter 7,1 cm, dan volume pohon 0,0023 m3 pada umur tanaman 3 tahun.
PENGARUH PERIODE KONSERVASI DAN PERLAKUAN PRIMING TERHADAP PERKECAMBAHAN BENIH KESAMBI (Sleichera oleosa) M. Zanzibar M. Zanzibar; Yulianti Bramasto; Safrudin Mokodompit
Jurnal Penelitian Hutan Tanaman Vol 6, No 5 (2009): JURNAL PENELITIAN HUTAN TANAMAN
Publisher : Pusat Penelitian dan Pengembangan Hutan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (136.216 KB) | DOI: 10.20886/jpht.2009.6.5.281-288

Abstract

Setelah pemanenan, umumnya benih mengalami penyimpanan sementara (periode konservasi). Periode konservasi bertujuan untuk mengkondisikan benih mencapai potensi optimum sebelum mendapatkan penanganan lanjutan, misalnya memberikan perlakuan priming. Prinsip priming adalah mengaktifkan sumber daya internal dan sumber daya eksternal dalam memaksimumkan pertumbuhan kecambah melalui laju pengaturan penyerapan air oleh embrio. Penelitian ini bertujuan mengetahui pengaruh periode konservasi dan perlakuan priming terhadap kemampuan perkecambahan benih kesambi. Penelitian dianalisis dengan rancangan acak lengkap faktorial, faktor utama adalah periode konservasi (A) dan priming (B). Periode konservasi terdiri dari : 0, 4, 8 dan 12 minggu pada suhu kamar (t = 25o - 27oC, RH = 80 - 90%), sedangkan taraf priming adalah : tanpa priming (kontrol), hidrasi - dehidrasi dengan H2O, PEG 6000 (- 5 dan - 10 bar), KNO3 (- 5 dan - 10 bar) dan abu gosok. Hasil penelitian menunjukkan bahwa priming-matriconditioning dengan abu gosok merupakan perlakuan terbaik meningkatkan kapasitas perkecambahan, sedangkan penggunaan PEG dan KNO3 berakibat buruk. Benih kesambi memiliki sifat pemasakan lanjutan (after ripening) sehingga membutuhkan penyimpanan sementara sebelum dikecambahkan.
PENGARUH CENDAWAN Aspergillus sp. DAN Fusarium sp. TERHADAP VIABILITAS BENIH DAN PERTUMBUHAN BIBIT Swietenia macrophylla Yulianti Bramasto; Kurniawati P. Putri; Tati Suharti
Jurnal Penelitian Hutan Tanaman Vol 6, No 5 (2009): JURNAL PENELITIAN HUTAN TANAMAN
Publisher : Pusat Penelitian dan Pengembangan Hutan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (121.186 KB) | DOI: 10.20886/jpht.2009.6.5.289-295

Abstract

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh infeksi cendawan Fusarium sp. dan Aspergillus sp. terhadap viabilitas benih, pertumbuhan tinggi dan diameter bibit S. macrophylla umur 1 bulan. Rancangan yang digunakan adalah Rancangan Acak Lengkap (RAL) dengan perlakuan: kontrol, inokulasi Aspergillus sp. dan inokulasi Fusarium sp. Setiap perlakuan diulang 3 kali. Parameter yang diukur meliputi daya kecambah, pertumbuhan tinggi dan diameter bibit umur 1 bulan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa inokulasi Fusarium sp. dan Aspergillus sp. menurunkan viabilitas benih S. macrophylla hingga mencapai 36,75% untuk Fusarium sp. dan 15,75% untuk Aspergillus sp. Inokulasi cendawan Fusarium sp. dan Aspergillus sp. berpengaruh nyata terhadap pertumbuhan tinggi dan diameter bibit S. macrophylla umur 1 bulan.
PENGARUH TEKNIK PENGENDALIAN PENYAKIT BENIH TERHADAP VIABILITAS BENIH TEMBESU (Fagraea fagrans Roxb) Effect of Seed Disease Control Techniques to Seed Viability of Tembesu (Fagraea fagrans Roxb) Tati Suharti; Yulianti Bramasto; Naning Yuniarti
Jurnal Hutan Tropis Vol 2, No 1 (2014): Jurnal Hutan Tropis Volume 2 Nomer 1 Edisi Maret 2014
Publisher : Lambung Mangkurat University-Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (804.691 KB) | DOI: 10.20527/jht.v2i1.1617

Abstract

Salah satu kendala dalam penyediaan benih bermutu yaitu adanya penyakit benih. Patogen dapat menginfeksi baik pada biji pada saat di lapangan maupun pada saat penyimpanan. Serangan patogen benih dapat menyebabkan menurunnya kualitas dan persentase perkecambahan benih. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui teknik pengendalian penyakit benih terhadap viabilitas benih tembesu (Fagraea fragrans Roxb).Teknik pengendalian dapat secara fisik seperti direndam dalam air dingin, secara kimia seperti direndam dalam larutan mankozeb 1% atau larutan NaOCl 1 % dan secara biologi seperti direndam dalam larutan cuka kayu 1 % atau larutan sirih 1 %. Rata-rata jumlah berkecambah/0,1 gram pada kontrol, air, larutan NaOCl 1 %, larutan sirih 1 %, larutan cuka kayu 1 %, larutan mankozeb 1 % masing-masing sebesar 1,5; 119,75; 97,75; 133,25; 201,25 dan 152,5.Kata kunci : : tembesu (Fagraea fagrans), benih, patogen, teknik pengendalian