Fenty Agustini
Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Respati

Published : 9 Documents Claim Missing Document
Claim Missing Document
Check
Articles

Found 9 Documents
Search

FAKTOR FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGANANEMIA PADA IBU HAMIL DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS SINGAPARNA KABUPATEN TASIKMALAYA TAHUN 2014 Santi Susanti, SST,M.Kes; Tupriliany Danefi, SST,M.Kes; Fenty Agustini, SST, M.Kes
JURNAL KESEHATAN BIDKEMAS RESPATI Vol. 6 No. 2 (2015): Agustus 2015
Publisher : STIKes Respati

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.48186/bidkes.v6i2.3

Abstract

Angka kematian ibu merupakan indikator kesehatan suatu bangsa. Berdasarkan Survei Demografi Kesehatan Indonesia(SDKI) tahun 2007 AKI Indonesia sebesar 228 per 100.000 Kelahiran Hidup, angka tersebut masih tertinggi di Asia. Demikian juga hasil SDKI tahun 2012 ditemukan AKI semakin tinggi yaitu 359/100.000 Kelahiran Hidup. Pendarahan menempati persentase tertinggi penyebab kematian ibu yaitu 28 persen(28%). Anemia pada ibu hamil menjadi penyebab utama terjadinya pendarahan dan infeksi yang merupakan faktor kematian utama ibu. Di Wilayah Puskesmas Singaparna ditemukan masih tingginya ibu hamil dengan anemia yaitu 255 orang atau sebanyak 20,76%. Tujuan penelitian adalah untuk mengetahui faktor-faktor yang berhubungan dengan anemia pada ibu hamil di wilayah Puskesmas Singaparna Kabupaten Tasikmalaya tahun 2015. Metode penelitian menggunakan jenis penelitian kuantitatif dengan pendekatanCross sectional. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh ibu hamil di wilayah Puskesmas Singaparna Tahun 2014. Tekhnik pengambilan sampel menggunakan purposive sampling. Jenis data adalah data sekunder. Waktu penelitian dilaksanakan dalam waktu 6 bulan. Hasil penelitian. Terdapat hubungan antara Umur dan Status Gizi dengan anemia dalam kehamilan. Tidak terdapat hubungan antara paritas dan usia kehamilan dengan anemia dalam kehamilan. Ibu dengan KEK memiliki resiko anemia 2 x lebih besar dibandingkan ibu yang tidak anemia. Ibu yang hamil di periode usia resiko tinggi memiliki resiko anemia 1 x lebih tinggi dibandingkaan ibu yang hamil diusia reproduksi sehat. Simpulan dan saran. Status gizi ibu merupakan faktor dominan risiko anemia kehamilan. Saran ibu dianjurkan hamil di usia reproduksi sehat dan mempersipakan kehamilan melalui asuhan prakonsepsi untuk mendapatkan status kesehatan yang baik sebelum kehamilan
FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PEMBERIAN ASI EKSKLUSIF DI DESA CIKUNIR WILAYAH KERJA PUSKESMAS SINGAPARNA KECAMATAN SINGAPARNA KABUPATEN TASIKMALAYA TAHUN 2014 Fenty Agustini, S.ST.,M.Kes
JURNAL KESEHATAN BIDKEMAS RESPATI Vol. 6 No. 1 (2015): Februari 2015
Publisher : STIKes Respati

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.48186/bidkes.v6i1.4

Abstract

Program peningkatan Penggunaan Air Susu Ibu, khususnya ASI Eksklusif merupakan program prioritas, karena dampaknya yang luas terhadap status gizi dan kesehatan balita. Program prioritas ini berkaitan juga dengan kesepakatan global antara lain : Deklarasi innocenti (Italia) tahun 1990 tentang perlindungan, promosi dan dukungan terhadap penggunaan ASI, disepakati pula untuk pencapaian pemberian ASI Eksklusif sebesar 80% pada tahun 2010 (Roesli, 2000). Berdasarkan data Susenas (2007-2008) cakupan pemberian ASI eksklusif pada bayi 0–6 bulan di Indonesia menunjukkan penurunan dari 62,2% (2007) menjadi 56,2% (2008). Cakupan pemberian ASI eksklusif dipengaruhi beberapa hal diantaranya belum optimalnya penerapan 10 Langkah Menuju Keberhasilan Menyusui (LMKM), pemahaman masyarakat serta gencarnya pemberian susu formula (Kementrian Kesehatan RI, Pekan ASI Sedunia). Dari data Dinas kesehatan Provinsi Jawa Barat pada tahun 2007 cakupan pemberian ASI Eksklusif sebanyak 502.172 (53,75%) dari jumlah 934.297 bayi. (Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Barat, 2008). Berdasarkan laporan desa Cikunir jumlah bayi periode bulan Desember 2013 sebanyak 125 bayi. Dari jumlah bayi di desa cikunir sebesar 58,4% diberikan ASI Ekslusif dan sebesar 41,6% tidak diberikan ASI Eksklusif. Desa Cikunir menempati urutan terbesar dimana bayi tidak diberikan ASI secara ekslusif di wilayah kerja Puskesmas Singaparna. Jenis penelitian ini merupakan jenis penelitian kuantitatif dengan metode deskriptif, yaitu suatu metode penelitian yang bertujuan untuk melihat gambaran faktor-faktor yang mempengaruhi pemberian ASI eksklusif. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh ibu yang mempunyai bayi usia 7-12 bulan yang tidak memberikan ASI eksklusif dan berada di Desa Cikunir Wilayah Kerja Puskesmas Singaparna Kabupaten Tasikmalaya sebanyak 87 orang. Teknik pengambilan sampel yang digunakan dalam penelitian ini yaitu Accidental Sampling, artinya sampel diambil pada saat dilaksanakan posyandu yaitu sebanyak 47 orang. Penelitian ini menggunakan satu variabel yaitu gambaran faktor-faktor yang mempengaruhi rendahnya pemberian ASI eksklusif, dengan variable yang diteliti yaitu umur, pendidikan, pekerjaan, pengetahuan, dan paritas. Penelitian ini dilaksanakan di Desa Cikunir Wilayah Kerja Puskesmas Singaparna Kabupaten Tasikmalaya. Penelitian di lakukan pada bulan April-Mei 2014. Simpulan berdasarkan penelitian yang sudah dilakukan dapat disimpulkan bahwa terdapat beberapa faktor yang mempengaruhi pemberian ASI Eksklusif diantaranya : umur, pendidikan, paritas dan pengetahuan. Sedangkan faktor pekerjaan tidak terlalu mempengaruhi pemberian ASI Eksklusif.
GAMBARAN FAKTOR-FAKTOR PENYEBAB RENDAHNYA PENGETAHUAN AKSEPTOR SUNTIK TENTANG KONTRASEPSI SUNTIK DI DESA KURNIABAKTI KECAMATAN CIAWI TASIKMALAYA TAHUN 2012 Fenty Agustini, SST.,M.Kes
JURNAL KESEHATAN BIDKEMAS RESPATI Vol. 4 No. 1 (2013): Februari 2013
Publisher : STIKes Respati

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.48186/bidkes.v4i1.13

Abstract

Pertumbuhan penduduk (Growth Rate) di Indonesia dewasa ini tidak menggembirakan. Karena angka kelahiran masih cukup tinggi. Tanpa adanya pengendalian laju pertumbuhan penduduk maka usaha-usaha dibidang pembangunan ekonomi dan sosial yang telah dilaksanakan dengan maksimal, kurang berfaedah. Tujuan umum penulisan adalah untuk mengetahui Gambaran Pengetahuan Akseptor Suntik Tentang Kontrasepsi Suntik Di Desa Kurniabakti Kecamatan Ciawi Tasikmalaya Tahun 2012. Manfaat dari hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat bagi perkembangan, pengetahuan dibidang kesehatan dan dapat menambah informasi bagi pembangunan ilmu kebidanan khususnya pelayanan Keluarga Berencana. Jenis penelitian yang digunakan adalah kuantitatif dengan metode deskriptif. Dalam penelitian ini yang dijadikan populasi adalah seluruh akseptor KB suntik di Desa Kurniabakti Kecamatan Ciawi Tasikmalaya Tahun 2012 dengan jumlah 45 orang. Pengambilan sampel dalam penelitian ini menggunakan teknik Accidental Sampling dan menggunakan kriteria. Analisa data dengan menggunakan persentasi dengan distribusi frekuensi. Hasil penelitian diperoleh bahwa pengetahuan akseptor KB suntik di Desa Kurniabakti Kecamatan Ciawi Kabupaten Tasikmalaya tahun 2012 termasuk kategori kurang yaitu sebanyak 45 orang atau 66,3 persen dan faktor-faktor yang menyebabkan rendahnya pengetahuan akseptor KB suntik yaitu umur, pendidikan, pekerjaan dan paritas. Kesimpulan dalam penelitian ini adalah penyebab rendahnya pengetahuan akseptor KB suntik yaitu umur, pendidikan, pekerjaan dan paritas. Penelitian ini diharapkan dapat dijadikan untuk dijadikan tambahan dokumentasi penelitian mahasiswa sebagai acuan pengetahuan ilmu kebidanan tentang alat kontrasepsi Suntik.
HUBUNGAN DUKUNGAN SUAMI DENGAN PEMILIHAN KONTRASEPSI JANGKA PANJANG DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS TAMANSARI KOTA TASIKMALAYA TAHUN 2013 Fenty Agustini, SST, M.Kes
JURNAL KESEHATAN BIDKEMAS RESPATI Vol. 5 No. 1 (2014): Februari 2014
Publisher : STIKes Respati

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.48186/bidkes.v5i1.29

Abstract

Pemilihan jenis kontrasepsi pada setiap wanita bergantung pada beberapa faktor diantaranya umur, jumlah keluarga yang diinginkan, paritas, pengalaman metode yang lalu, status kesehatan, efektifitas, pertimbangan efek samping dan biaya. Laporan Puskesmas Tamansari tahun 2012 cakupan AKDR sebanyak 5,70%, Implan sebanyak 4,32%, cakupan MOW sebanyak 0,47%. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan dukungan suami dengan penggunaan kontrasepsi jangka panjang di Wilayah Kerja Puskesmas Tamansari Kota Tasikmalaya Tahun 2013. Metode penelitian ini adalah analitik dan pendekatan cross sectional. Pengambilan sampel menggunakan teknik proportional random sampling, setelah dilakukan penelitian jumlah sampel sebanyak 372 orang. Data diperoleh menggunakan instrumen dan dianalisis dengan menggunakan univariat dan bivariat Hasil penelitian ini diketahui terdapat hubungan antara dukungan suami dengan pemilihan kontrasepsi jangka panjang dengan (p value 0,002) Kesimpulan dari penelitian ini adalah terdapat hubungan antara dukungan suami dengan pemilihan kontrasepsi jangka panjang. Pasangan usia subur agar meningkatkan pengetahuan program KB yang akhirnya dapat memilih kontrasepsi sesuai dengan tujuannya.
GAMBARAN PELAKSANAAN SISTEM LIMA LANGKAH POSYANDU DI POSYANDU DESA CIKUNIR KECAMATAN SINGAPARNA KABUPATEN TASIKMALAYA TAHUN 2015 Fenty Agustini, SST, M.Kes
JURNAL KESEHATAN BIDKEMAS RESPATI Vol. 7 No. 1 (2016): Februari 2016
Publisher : STIKes Respati

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.48186/bidkes.v7i1.65

Abstract

Posyandu memiliki peran strategis dalam menurunkan angka kematian balita baik melalui upaya peningkatan status gizi balita maupun dengan peningkatan pengetahuan ibu balita. Berdasarkan survey yang dilakukan tercatat beberapa permasalahan tentang Posyandu antara lain: a) Posyandu yang ada belum berjalan sesuai fungsinya dengan baik. b) Sebgian Besar Posyandu tidak memiliki peralatan yang memadai. c) Sebagian besar Posyandu belum memiliki tempat yang layak dan belum memiliki kader yang cukup. d) Cakupan pelayanan Posyandu masih rendah. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui gambaran pelaksanaan sistem lima langkah posyandu di Desa Cikunir Kecamatan Singaparna Kabupaten Tasikmalaya. Jenis penelitian ini termasuk kuantitatif dengan menggunakan metode deskriptif yang bertujuan untuk mengkaji gambaran pelaksanaan sistem lima langkah posyandu. Penelitian ini menggunakan pendekatan observasional dimana data diambil dengan melakukan observasi secara langsung Berdasarkan hasil penelitian didapatkan hasil bahwa sebagian besar atau sebanyak 90,9 % Posyandu di Desa Cikunir melaksanakan sistem lima langkah posyandu. Perlu ditingkatkan pelaksanaan sistem lima langkah posyandu dengan terlebih dahulu dilakukan upaya peningkatan pengetahuan kader mengenai pelaksanaan sistem lima langkah posyandu di Desa Cikunir Kecamatan Singaparna Kabupaten Tasikmalaya
ANALISIS FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KEKURANGAN GIZI PADA BALITA DI DESA CIKUNIR KECAMATAN SINGAPARNA KABUPATEN TASIKMALAYA TAHUN 2015 Hariyani Sulistyoningsih, S.KM,M.KM; Sinta Fitriani, S.KM,MKM; Fenty Agustini, SST, M.Kes
JURNAL KESEHATAN BIDKEMAS RESPATI Vol. 7 No. 2 (2016): Agustus 2016
Publisher : STIKes Respati

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.48186/bidkes.v7i2.75

Abstract

Tujuan jangka panjang dari penelitian ini adalah diketahuinya faktor yang mempengaruhi timbulnya kekurangan gizi pada balita di Desa Cikunir Kecamatan Singaparna Kabupaten Tasikmalaya sehingga kemudian dapat dibuat program yang dapat mencegah dan menanggulangi masalah kekurangan gizi dengan menghilangkan faktor penybab yang bisa menimbulkannya. Target khusus dari penelitian ini adalah diketahuinya faktor penyebab langsung dan tidak langsung yang menyebabkan balita di Desa Cikunir Kecamatan Singaparna Kabupaten Tasikmalaya mengalami kekurangan gizi. Balita yang dijadikan sampel diukur kembali status gizinya dengan membandingkan berat badan balita berdasarkan tinggi badannya (indeks yang digunakan adalah BB/TB). Responden dalam penelitian ini adalah seluruh keluarga yang memiliki Balita yang mengalami kekurangan gizi. Variabel yang diukur terdiri dari variabel-variabel yang menjadi faktor penyebab timbulnya kekurangan gizi, baik faktor langsung maupun tidak langsung. Faktor yang diteliti meliputi pola makan, penyakit infeksi yang diderita balita, pola asuh balita, pola pemberian ASI, ketersediaan makanan di Rumah Tangga, pelayanan kesehatan, keadaan lingkungan rumah,dan tingkat ekonomi keluarga. Alat ukur (instrumen) yang digunakan untuk mengumpulkan data pada masing-masing variabel adalah kuesioner yang diwawancarakan. Data masing masing variabel kemudian diolah dan disajikan dalam bentuk distribusi frekuensi untuk kemudian dianalisis sehingga dapat memberikan informasi yang lebih jelas tentang faktor yang mempengaruhi kekurangan gizi. Informasi yang diperoleh diharapkan dapat menjadi sumber informasi untuk melakukan upaya pencegahan dan penanggulangan balita yang mengalami kekurangan gizi di Desa Cikunir Kecamatan Singaparna Kabupaten Tasikmalaya. Hasil penelitian menyatakan bahwa sebanyak 75,0% balita penderita gizi kurang di Desa Cikunir Kecamatan Singaparna Kabupaten Tasikmalaya dalam kesehariannya berada dalam kepengasuhan ibunya secara langsung, Hanya 56,2% balita penderita gizi kurang yang mendapatkan ASI secara eksklusif, Sebanyak 43,8% balita penderita gizi kurang dibawa ke bidan apabila menderita sakit, Kondisi lingkungan rumah balita penderita gizi kurang di masih belum memenuhi syarat kesehatan serta Rata-rata pendapatan keluarga balita penderita gizi kurang di Desa Cikunir Kecamatan Singaparna Kabupaten Tasikmalaya sebesar Rp 850.000. Puskesmas hendaknya membuat program yang lebih spesifik untuk dalam hal promosi kesehatan terkait pemenuhan kebutuhan gizi balita dengan memanfaatkan sarana yang telah ada di masyarakat.
ANALISIS PENGETAHUAN KADER TENTANG PERAN DAN FUNGSI KADER DI DESA CIKUNIR KECAMATAN SINGAPARNA KABUPATEN TASIKMALAYA TAHUN 2016 Fenty Agustini
JURNAL KESEHATAN BIDKEMAS RESPATI Vol. 8 No. 2 (2017): Agustus 2017
Publisher : STIKes Respati

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.48186/bidkes.v8i2.317

Abstract

Kader merupakan tenaga masyarakat yang dianggap paling dekat denganmasyarakat. Departemen kesehatan membuat kebijakan mengenai pelatihan untukkader yang dimaksudkan untuk meningkatkan pengetahuan, menurunkan angkakematian ibu dan angka kematian bayi. Keaktifan kader dalam kegiatan akanmeningkatkan keterampilan karena selalu hadir dalam kegiatan posyandu.Berdasarkan hasil studi pendahuluan sebagian besar kader tidak menjalankan tugaspokok dan fungsi sebagai seorang kader. Hal ini menunjukkan masih kurangnyapengetahuan kader tentang peran dan fungsi kader. Tujuan penelitian adalah untukmengetahui tingkat pengetahuan kader tentang peran dan fungsi kader di DesaCikunir Kecamatan Singaparna Kabupaten Tasikmalaya Tahun 2016.Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif kuantitatif dilaksanakan di DesaCikunir Kecamatan Singaparna Kabupaten Tasikmalaya dengan jumlah sampel 45responden dan tehnik pengambilan sampel menggunakan teknik accidental sampling.Instrumen yang digunakan dalam pengumpulan data penelitian ini adalah kuesionerdan menggunakan Analisis data univariat.Hasil penelitian tersebut yaitu tingkat pengetahuan kader tentang peran danfungsi kader di Desa Cikunir Kecamatan Singaparna Kabupaten Tasikmalaya Hasilyang diperoleh dari penelitian ini bahwa tingkat pengetahuan kader tentang perandan fungsi kader yaitu di kategori baik ada 17 responden (37,8%), dan kategorikurang 28 responden (62,2%).Berdasarkan hasil penelitian tersebut dapat disimpulkan tingkat pengetahuankader tentang peran dan fungsi kader di Desa Cikunir Kecamatan Singaparnasebagian besar pada kategori kurang yaitu 28 responden (62,2%).
GAMBARAN PERAN SUAMI DALAM PARTISIPASI K1 DAN K4 IBU HAMIL DI DESA CIKUNIR TAHUN 2017 Fenty Agustini; Gitri Andeyani
JURNAL KESEHATAN BIDKEMAS RESPATI Vol. 8 No. 2 (2017): Agustus 2017
Publisher : STIKes Respati

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.48186/bidkes.v8i2.326

Abstract

Akses pelayanan ibu hamil pada kunjungan pemeriksaan kehamilan dari 36.168 orang ibu hamil yang ada di Kabupaten Tasikmalaya pada tahun 2015, telah melakukan pemeriksaan kehamilan pada kunjungan pertama (K1) sebesar 101,03% dan kunjungan berikutnya (K4) sebesar 87,4%. terjadi kenaikan yang signifikan apabila dibandingkan dengan tahun 2014 dari 90,9 menjadi 101,03% untuk K1 sedangkan untuk K4 sebesar 9,5% (77,9% menjadi 87,4%). Berdasarkan data pendahuluan di Puskesmas Singaparna Tahun 2016 data tentang kunjungan K1 yaitu sebesar 92,76% dan kunjungan K4 sebesar 80,30% data ini masih rendah dari cakupan Kabupaten Tasikmalaya. Tujuan Penelitian ini adalah untuk mengetahui gambaran dukungan suami dalam partisipasi kunjungan K1 dan K4 pada ibu hamil di Desa Cikunir Tahun 2017. Jenis penelitian ini adalah deskriptif. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh ibu hamil yang melakukan kunjungan Antenatal Care di Desa Cikunir pada saat penelitian sebesar 26 orang dengan sampel total populasi yaitu sebanyak 26 orang. Penelitian dengan analisa univariat didapatkan hasil sebanyak 18 responden (69,23%) yang kurang mendapatkan dukungan dari suami dan terdapat 8 (30,77%) yang mendapat dukungan dari suami. Saran bagi petugas kesehatan di Desa Cikunir untuk lebih meningkatkan promosi kesehatan tentang pentingnya kunjungan antenatal care bagi ibu hamil dan memberikan informasi kepada keluarga tentang bentuk dukungan yang harus diberikan kepada ibu hamil melalui komunikasi interpersonal saat suami mengantar ibu melakukan Antenatal Care ataupun memanfaatkan kader yang memiliki ikatan psikologis lebih dekat dengan masyarakat untuk melakukan kunjungan rumah dalam rangka mensosialisasikan peran suami dalam mendukung keberhasilan Antenatal Care pada ibu hamil.
SOSIALISASI PERMAINAN ULAR TANGGA UNTUK MENINGKATKAN PERILAKU HIDUP BERSIH DAN SEHAT DI SDN MARGAMULYA KECAMATAN SINGAPARNA KABUPATEN TASIKMALAYA TAHUN 2018 sinta Fitriani; Fenty Agustini
JURNAL ABDIMAS KESEHATAN TASIKMALAYA Vol. 1 No. 2 (2019): Oktober 2019
Publisher : STIKes Respati

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.48186/abdimas.v2i1.148

Abstract

Anak usia sekolah merupakan kelompok usia yang kritis karena pada usia tersebut seorang anak rentan terhadap masalah kesehatan. Masalah kesehatan yang dihadapi oleh anak usia sekolah pada dasarnya cukup kompleks dan bervariasi. Peserta didik pada tingkat Sekolah Dasar (SD) misalnya, masalah kesehatan yang muncul biasanya berkaitan dengan kebersihan perorangan dan lingkungan, sehingga isu yang lebih menonjol adalah perilaku hidup bersih dan sehat, seperti cara menggosok gigi yang benar, mencuci tangan pakai sabun, dan kebersihan diri lainnya (Depkes RI : 2004) Perilaku hidup bersih dan sehat adalah perilaku kesehatan yang dilakukan atas kesadaran sehingga setiap orang dapat menolong dirinya sendiri di bidang kesehatan dan berperan aktif dalam kegiatan – kegiatan kesehatan di masyarakat. Pada tatanan sekolah terdapat 8 indikator untuk perilaku hidup bersih dan sehat yaitu : jajan di kantin sekolah, mencuci tangan dengan air bersih yang mengalir dan sabun, menggunakan jamban sehat, mengikuti kegiatan olahraga dan aktivitas fisik di sekolah, memberantas jentik nyamuk, tidak merokok di sekolah, menimbang berat badan dan mengukur tinggi badan setiap bulan, serta membuang sampah pada tempatnya (Depkes RI, 04. Pada era globalisasi ini banyak tantangan bagi peserta didik yang dapat mengancam kesehatan fisik dan jiwanya. Tidak sedikit anak yang menunjukkan perilaku tidak sehat, seperti lebih suka mengkonsumsi makanan tidak sehat yang tinggi lemak, gula, garam, rendah serat, meningkatkan resiko hipertensi, diabetes, obesitas dan sebagainya. Siswa sebelum makan tidak mencuci tangan terlebih dahulu, sehingga memungkinkan masuknya bibit penyakit kedalam tubuh. Hal ini mengacu pada pemikiran Hamiyah dan Jauhar (2015) bahwa perilaku tidak sehat ini juga disebabkan oleh lingkungan yang tidak sehat, seperti kurang bersihnya rumah, sekolah, atau lingkungan masyarakatnya. Hasil penelitian yang dilakukan oleh Hermiyanti (2016:14) bahwa Sekolah Dasar Bersih Sehat (SDBS) adalah Sekolah Dasar yang warganya secara terus-menerus membudayakan PHBS, dan memiliki lingkungan sekolah yang bersih, indah, sejuk, segar, rapih, tertib, dan aman. Menurut Panduan Pengembangan Model Sekolah Sehat di Indonesia (2009: 4), manfaat yang didapat dari program Sekolah Sehat antara lain: 1) bagi masyarakat yaitu sebagai tempat menghasilkan siswa yang mempunyai budaya hidup sehat dan aktif, 2) bagi pemerintah yaitu sebagai tempat pembelajaran yang dapat dijadikan percontohan bagi sekolah-sekolah lain karena diharapkan sekolah tersebut dapat menghasilkan sumber daya yang berkualitas, dan 3) bagi swasta atau dunia kerja yaitu dapat memberi peluang pada swasta untuk berperan dalam pengembangan Sekolah Sehat.( Proverawati dan E. Rahmawati : 2011) Kemendiknas Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar (2009: 9) menjelaskan bahwa standar Sekolah Sehat meliputi: 1) Standar fisik sekolah yang meliputi: Bangunan sekolah yang memenuhi pembakuan standar minimal Depdiknas, sekolah memiliki akreditasi dari pemerintah, minimal B, sekolah yang memenuhi persyaratan kesehatan (fisik, mental, lingkungan), sekolah yang memiliki pagar, sekolah yang memiliki ruang terbuka yang memadai untuk pembelajaran pedidikan jasmani, dan sekolah memiliki sertifikat hak milik (SHM). 2) Standar sarana prasarana meliputi: memiliki sarana prasarana untuk pendidikan kesehatan yang memadai, memiliki sarana prasarana untuk pendidikan jasmani, memiliki sarana prasarana penunjang kegiatan UKS, 3) Standar ketenagaan yang meliputi: memiliki guru pendidikan jasmani, olahraga dan kesehatan, memiliki guru pembina UKS, memiliki kader kesehatan sekolah (dokterkecil, kader kesehatan remaja), 4) Standar peserta didik yang meliputi: memiliki derajat kesehatan yang optimal, tumbuh kembang secara optimal, dan memiliki tingkat kebugaran jasmani yang optimal. Program Sekolah Sehat perlu disosialisasikan dan dilakukan dengan baik melalui pelayanan kesehatan yang didukung secara mantap dan memadai oleh sektor terkait lainnya, seperti partisipasi masyarakat, dunia usaha, dan media massa. Hal tersebut sesuai dengan pemikiran Hamiyah dan Jauhar (2015:267) yang menyatakan bahwa sekolah sebagai tempat berlangsungnya proses pembelajaran harus menjadi ”Sekolah Sehat”, yaitu sekolah yang dapat meningkatkan derajat kesehatan warga sekolahnya. Upaya ini dilakukan karena sekolah memiliki lingkungan kehidupan yang mencerminkan hidup sehat. Mengupayakan pelayanan kesehatan yang optimal, sehingga terjamin berlangsungnya proses pembelajaran dengan baik dan terciptanya kondisi yang mendukung tercapainya kemampuan peserta didik untuk berperilaku hidup sehat. Pendapat diatas sejalan dengan penelitian Irwandi (2016:492- 495) bahwa program sekolah berupa operasi semut, Sabtu bersih, upacara bendera, senam pagi, doa bersama, aubade dan UKS, merupakan kegiatan yang efektif untuk menumbuhkembangkan perilaku hidup sehat, yang melibatkan peran kepala sekolah, guru dan personil sekolah. (Hijjang, P : 2009) SD Negeri Margamulya merupakan salah satu sekolah dasar yang berada di wilayah Kecamatan Singaparna. Sekolah dengan jumlah siswa 225 orang. Kondisi lingkungan di sekolah tersebut adalah sebagai berikut : Sumber air bersih yang digunakan bersumber dari PDAM, akan tetapi kecukupan jumlah air tidak mencukupi kebutuhan pengguna. Jamban yang dimiliki di SDN Margamulya adalah 6 buah jamban untuk siswa tidak sesuai rasio dan tidak ada pemisahan antara jamban siswa laki laki dan perempuan. Selain itu terdapat 2 jamban untuk guru. Saluran pembuangan air limbah di sekolah tersebut langsung ke selokan belakang sekolah. Berdasarkan wawancara dengan salah satu guru sekolah menyatakan bahwa di SDN Margamulya terdapat 1 buah ruang UKS akan tetapi program UKS tidak berjalan maksimal. Sekolah ini tidak memiliki kantin. Anak anak jajan diluar sekolah pada PJAS. Menurut guru belum ada aturan terkait jajan di sekolah tersebut. (Supriyani : 2017)