Claim Missing Document
Check
Articles

Found 8 Documents
Search

PENGARUH PERBEDAAN WAKTU PANEN TERHADAP KARAKTERISTIK KIMIA BIJI KECIPIR Rizki Dwi Setiawan; Fransiska Rungkat Zakaria; Azis Boing Sitanggang; Endang Prangdimurti; Dede Robiatul Adawiyah; Erniati Erniati
Jurnal Teknologi dan Industri Pangan Vol. 30 No. 2 (2019): Jurnal Teknologi dan Industri Pangan
Publisher : Departemen Ilmu dan Teknologi Pangan, IPB Indonesia bekerjasama dengan PATPI

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (559.897 KB) | DOI: 10.6066/jtip.2019.30.2.133

Abstract

In Indonesia, the utilization of winged bean seeds as a food source is very limited. Currently there is inadequate information on the characteristics of the seeds, especially the chemical properties associated with its maturity. This research aimed to analyze the chemical properties of winged bean obtained from different harvesting time. Three different harvesting times were investigated, i.e. eight (K1), twelve (K2), and as six (6) weeks after the first flowering stage as a control. K1 and K2 were dried at 40°C (24 h) to mimic the conventional preparation of beans practiced in Indonesia, while K3 was unripe seeds commonly consumed fresh thus it is analyzed as fresh seeds. K1 and K2 have water content between 12.3-13.0% (wb), ash content 4.7-4.8% (db), lipid content 13.4-15.4% (db), protein content 38.9-40.7% (db), carbo-hydrate content 40.8-41.0% (db), total phenolic content 7.6 and 5.3 mg GAE/g (db), antioxidant activity (IC50) 558.3 and 511.1 µg/mL, starch content 25.6-29.1%, reducing sugar content 1.3-1.7 mg/g. Mean-while, the unripe winged bean seeds (K3) has water content of 75.5% (wb), ash content 5.0% (db), protein content 19.6% (db), carbohydrate content 68.4% (db), total phenolic content of 59.4 mg GAE/g (db), anti-oxidant activity (IC50) 485.6 µg/mL, starch content 7.2% and reducing sugar 5.4 mg/g. Based on these che-mical properties and time efficiency, harvesting winged bean at 8 weeks (K1) was sufficient to produce winged bean potential as protein source, as well as a potential functional foods with good antioxidant acti-vity, total phenolic content, low starch and reducing sugar.
Penurunan Logam Berat dan Pigmen pada Pengolahan Geluring Rumput Laut Gelidium Sp. dan Ulva Lactuca Erniati Erniati; Fransiska Rungkat Zakaria; Endang Prangdimurti; Dede Robiatul Adawiyah; Bambang Pontjo Priosoeryanto
Jurnal Pengolahan Hasil Perikanan Indonesia Vol 21 No 2 (2018): Jurnal Pengolahan Hasil Perikanan Indonesia 21(2)
Publisher : Department of Aquatic Product Technology IPB University in collaboration with Masyarakat Pengolahan Hasil Perikanan Indonesia (MPHPI)

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (124.63 KB) | DOI: 10.17844/jphpi.v21i2.23043

Abstract

Rumput laut merupakan komoditi penting sebagai bahan pangan sehat. Geluring adalah produk pangan berbentuk lembaran kering, tipis dan berwarna hijau kecoklatan, dibuat dari campuran rumput laut Gelidium sp. dan Ulva lactuca. Tujuan penelitian ini adalah menentukan pengaruh proses pengolahan geluring terhadap kadar klorofil, karotenoid dan logam berat. Tahapan proses pengolahan geluring terdiri dari perendaman rumput laut kering, pengecilan ukuran, penghalusan, pembuatan bubur, penambahan bumbu, pencetakan dan pemanggangan. Pembutaan produk geluring terdiri dari P1: geluring tanpa bumbu, P2: geluring berbumbu dan P3: geluring berbumbu dan dipanggang, analisis bahan baku juga dilakukan pada rumput laut Gelidium sp. segar (GS) dan kering (GK), Ulva lactuca segar (US) dan kering (UK). Analisis terdiri dari analisis kadar klorofil, karotenoid dan residu logam berat pada produk geluring. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pengolahan geluring berpengaruh nyata (P<0,05) terhadap penurunan jumlah klorofil a, klorofil b, klrorofil total, karotenoid dan pengurangan residu logam berat. Kadar klorofila, klorofil total dan karotenoid tertinggi terdapat pada geluring P1 dengan nilai 0,60 mg/g, 1,06 mg/g dan 0,23 mg/g, sedangkan kadar klorofil b geluring P1 dan P2 mempunyai nilai yang sama (0,46 mg/g). Residulogam berat Pb dan Cd geluring P1, P2 dan P3 yaitu Pb<0,001 mg/kg dan Cd<0,02 mg/kg. Nilai ini jauh lebih rendah dibandingkan residu Pb dan Cd pada bahan baku Ulva lactuca kering dan Gelidium sp. kering yaitu pada kisaran 1,18-5,71 mg/kg. Proses pengolahan geluring mengurangi kadar klorofil dan karotenoid, akan tetapi bermanfaat untuk menurunkan residu logam berat pada produk olahan rumput laut.
Penilaian Sumber Pencemar Non Logam di Waduk Asin Pusong Kota Lhokseumawe Berdasarkan Analisis Multivariat Riri Ezraneti; Syahrial Syahrial; Erniati Erniati
Jurnal Kelautan Tropis Vol 24, No 1 (2021): JURNAL KELAUTAN TROPIS
Publisher : Universitas Diponegoro

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.14710/jkt.v24i1.9617

Abstract

Human anthropogenic activities have resulted in an important transformation in the aquatic environment for decades, so the study of the assessment of non-metallic pollutant sources in the salty reservoir Pusong in Lhokseumawe City was conducted in October 2020 which was reviewed based on multivariate analysis. The study aims to find out the source of non-metallic pollutants in the salt reservoir waters of Pusong Kota Lhokseumawe with the collection of primary data conducted by observation at five observation stations, where water samples are taken using van dorn water sampler at a depth of ± 0 – 1 m with three repetitions per station. The results showed that non-metallic contaminants of total ammonia nitrogen, nitrate, and phosphate had exceeded the established quality standards (>5.00 mg/L, >0.30 mg/L, >0.008 mg/L and >0.015 mg/L), then based on PCA analysis, eigenvalues of each variable indicate the formation of two new components namely Component 1 consisting of non-metallic nitrate contaminants and total nitrogen ammonia (3.05), while Component 2 consists of non-metallic contaminants total coliform and BOD5 (1.93) with a data diversity of 82.99%. Besides, non-metallic contaminants of total nitrogen ammonia, as well as phosphates, have a significant relationship to temperature parameters, while non-metal nitrate contaminants have significant links to pH parameters, turbidity, and salinity. Furthermore, the complexity of the study area between observation stations based on CA analysis was divided into two groups, the first group consisted of Stations 2, 4, and 5 with non-metallic contaminants source nitrate, BOD5 as well as total coliform, while the second group consisted of Stations 1 and 3 with non-metallic contaminants of total ammonia nitrogen, phosphate, and surfactants. Kegiatan antropogenik manusia telah menghasilkan transformasi penting dalam lingkungan akuatik selama beberapa dekade, sehingga kajian penilaian sumber pencemar non logam di waduk asin Pusong Kota Lhokseumawe dilakukan pada bulan Oktober 2020 yang ditinjau berdasarkan analisis multivariat. Kajian bertujuan untuk mengetahui sumber pencemar non logam di perairan waduk asin Pusong Kota Lhokseumawe dengan pengumpulan data primernya dilakukan secara observasi di lima stasiun pengamatan, dimana sampel air diambil menggunakan van dorn water sampler pada kedalaman ± 0–1 m dengan tiga kali pengulangan setiap stasiunnya. Hasil kajian memperlihatkan bahwa sumber pencemar non logam total amonia nitrogen, nitrat maupun fosfat sudah melebihi baku mutu yang telah ditetapkan (>5.00 mg/L, >0.30 mg/L, >0.008 mg/L dan >0.015 mg/L), kemudian berdasarkan analisis PCA, nilai eigen dari masing-masing variabel mengindikasikan adanya pembentukan dua komponen baru yaitu Component 1 terdiri dari sumber pencemar non logam nitrat dan total amonia nitrogen (3.05), sedangkan Component 2 terdiri dari sumber pencemar non logam total coliform dan BOD5 (1.93) dengan keragaman datanya sebesar 82.99%. Selain itu, sumber pencemar non logam total amonia nitrogen maupun fosfat memiliki hubungan yang signifikan terhadap parameter suhu, sedangkan sumber pencemar non logam nitrat memiliki hubungan yang signifikan terhadap parameter pH, kekeruhan dan salinitas. Selanjutnya, kompleksitas wilayah studi antar stasiun pengamatan berdasarkan analisis CA terbagi atas dua kelompok, kelompok pertama terdiri dari Stasiun 2, 4 dan 5 dengan sumber pencemar non logam nitrat, BOD5 serta total coliform, sedangkan kelompok kedua terdiri dari Stasiun 1 dan 3 dengan sumber pencemar non logam total amonia nitrogen, fosfat serta surfaktan.
Rumput Laut yang Tumbuh Alami di Pantai Barat Pulau Simeulue, Aceh Indonesia: Faktor Lingkungan dan Variasi Geografik Erniati Erniati; Syahrial Syahrial; Imanullah Imanullah; Erlangga Erlangga; Cut Meurah Nurul ‘Akla; Wilman Shobara; Jihad Nasuha; Gara Hasonangan Ritonga; Anggi Mayulina Daulay; Hamdi Romansah; Ibnu Amni; Tambah Lambok Berutu
Jurnal Kelautan Tropis Vol 25, No 1 (2022): JURNAL KELAUTAN TROPIS
Publisher : Universitas Diponegoro

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.14710/jkt.v25i1.12645

Abstract

Environmental factors and geographical variations in an ecosystem are important steps in explaining the dynamics of marine communities, a study of seaweed that grows naturally on the west coast of Simeulue Island was conducted with the purpose of learning about the environmental characteristics, geographical variations, and environmental parameters that affect their distribution. The study was conducted in October 2021, and it included 5 observation stations with environmental factors measured in situ and geographic variation data using line transects along 50 m perpendicular to the shoreline and sample plots measuring 1 x 1 m every 10 m. Environmental factors that influence vegetation conditions and geographic variations of seaweed were analyzed using PCA. The study's findings revealed that conditions in the Indian Ocean with a high pH (average 07.72 ± 00.20) with moderate salinity and current velocity (average 32.47‰± 01.72 and 00.32 m/s ± 00.11, respectively) influenced the seaweed vegetation habitat. Then 21 seaweed species were identified, all of which have not been evaluated on the IUCN Red List, and their distribution is relatively rare, with a frequency of only 20%, and the seaweed zoning found at a depth of 0 - 150 cm at the lowest tide and a distance of up to 40 m inland from the edge. Furthermore, the distribution of seaweed on Simeulue Island's west coast is largely determined by DO conditions, salinity, and current velocity, whereas pH and temperature have less influence on seaweed distribution.  Faktor lingkungan dan variasi geografik di suatu ekosistem merupakan langkah penting dalam menjelaskan dinamika komunitas laut, sehingga kajian rumput laut yang tumbuh alami di Pantai Barat Pulau Simeulue dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui karakteristik lingkungan, variasi geografik dan parameter lingkungan yang mempengaruhi distribusinya. Kajian dilaksanakan pada bulan Oktober 2021 yang terdiri dari 5 stasiun pengamatan dengan faktor lingkungannya diukur secara in situ dan data variasi geografiknya menggunakan transek garis sepanjang 50 m tegak lurus garis pantai serta dibuat petak contoh berukuran 1 x 1 m disetiap 10 m dan faktor lingkungan yang mempengaruhi kondisi vegetasi maupun variasi geografik rumput lautnya dianalisis menggunakan PCA. Hasil kajian memperlihatkan bahwa habitat vegetasi rumput lautnya dipengaruhi oleh kondisi Samudera Hindia dengan konsentrasi pH perairannya tergolong tinggi (rata-rata 07.72 ± 00.20) dan konsentrasi salinitas maupun kecepatan arusnya tergolong sedang (rata-rata 32.47‰ ± 01.72 dan rata-rata 00.32 m/s ± 00.11), kemudian rumput lautnya teridentifikasi sebanyak 21 spesies yang keseluruhannya belum terevaluasi di IUCN Red List dan distribusinya tergolong jarang dengan frekuensi relatifnya kecil dari 20% serta zonasi rumput lautnya ditemukan pada kedalaman ± 0 – 150 cm saat surut terendah dan berjarak hingga ± 40 m ke arah daratan dari tubir. Selanjutnya, untuk distribusi rumput laut di pantai Barat Pulau Simeulue sangat ditentukan oleh kondisi DO, salinitas dan kecepatan arus, sedangkan parameter pH dan suhu kurang memberikan pengaruh yang baik terhadap distribusi rumput lautnya. 
Karakteristik Nori dari Campuran Rumput Laut Ulva lactuca dan Eucheuma cottonii Fransiska Rungkat Zakaria; Bambang Pontjo Priosoeryanto; Erniati Erniati; Sajida Sajida
Jurnal Pascapanen dan Bioteknologi Kelautan dan Perikanan Vol 12, No 1 (2017): Juni 2017
Publisher : Balai Besar Riset Pengolahan Produk dan Bioteknologi Kelautan dan Perikanan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.15578/jpbkp.v12i1.336

Abstract

AbstrakRumput laut jenis Ulva lactuca dan Eucheuma cottonii merupakan rumput laut yang dapat dijumpai di perairan Indonesia, akan tetapi pemanfaatannya sebagai produk nori belum dilakukan. Penelitian ini bertujuan untuk memproduksi nori dari rumput laut U. lactuca dan E. cottonii dan menguji karakteristik mutu fisik, kimia dan sensori. Dari hasil penelitian didapatkan bahwa campuran rumput laut U. lactuta dan E. cottonii dapat menghasilkan produk nori yang berkualitas. Hasil uji organoleptik menunjukkan produk nori yang dipanggang lebih dapat diterima dibandingkan nori tidak dipanggang. Karakteristik kimia dan fisik produk berbeda nyata pada taraf 5%. Hasil analisis karakteristik kimia menunjukkan bahwa produk nori rumput laut U. lactuca dan E. cottonii mempunyai kandungan protein yang lebih rendah (18.84%), kandungan karbohidrat yang lebih tinggi (62.31%), kandungan serat pangan yang lebih tinggi (36.76%) dan kapasitas antioksidan yang lebih rendah (43.01%) dibandingkan nori komersial (karbohidrat 41.8%, protein 40%, serat 21.3%, kapasitas antioksidan 51%). Characteristics of the Nori from Mixture of  Ulva  lactuca and Eucheuma cottonii SeaweedsAbstractUlva  lactuca and  Eucheuma  cottonii are seaweed that are available in Indonesia, but their utilization as food product is very limited. This study aimed to produce nori processed from mixture of  U.  lactuca and  E.  cottonii seaweed and evaluate the quality characteristics of the physical, chemical and sensory of the product. The results showed that a mixture of U. lactuca and E.  cottonii seaweed could be processed into the nori. Organoleptic tests showed that roasted nori product were more acceptable than unroasted nori. The chemical and physical characteristics of the product significantly different at the level of 5%. Chemical characteristics showed that the nori product from  U.  lactuca and  E.  cottoniiseaweed contained higher carbohydrate (62.31%), lower protein (18.84%), higher fiber content (36.76%) and slightly lower antioxidant capacity (43.01%) compared to commercial nori (carbohydrate 41.8%, protein 40%, fiber 21.3%, and antioxidant capacity 51%).
Hubungan Tutupan Karang Terhadap Kelimpahan Ikan Karang Menggunakan Metode LIT (Line Intercept Transect) di Keude Bungkaih, Aceh Utara Cut MeurahNur &#039;Akla; Erlangga Erlangga; rini tri lestari sembiring; erniati erniati; imanullah imanullah
Jurnal Kelautan Nasional Vol 17, No 3 (2022): DESEMBER
Publisher : Pusat Riset Kelautan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.15578/jkn.v17i3.10985

Abstract

Ekosistem terumbu karang merupakan ekosistem yang sangat penting bagi wilayah pesisir. Ekosistem terumbu karang memiliki peran sebagai tempat tinggal, tempat mencari makan, tempat berlindung dan tempat berkembangbiak bagi biota ikan karang. Ikan karang pada umumnya lebih banyak ditemukan pada ekosistem terumbu karang yang masih dalam kondisi baik. Keude Bungkaih merupakan salah satu wilayah di pesisir Aceh Utara yang memiliki ekosistem terumbu karang di perairan lautnya. Berdasarkan informasi yang peneliti dapatkan dari nelayan yang sering menangkap ikan dan penyelam yang sering menyelam di Perairan Keude Bungkaih, bahwasanya terdapat ekosistem terumbu karang yang cukup luas, namun belum ada data secara akurat perihal persentase tutupan karang di wilayah tersebut. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan tutupan karang hidup terhadap kelimpahan ikan karang yang meliputi tutupan karang dan struktur komunitas ikan karang di perairan Keude Bungkaih, Aceh Utara pada bulan Desember 2021. Metode yang digunakan untuk pengambilan data tutupan karang yaitu LIT (Line Intercept Transect) dan data ikan karang yaitu visual sensus pada kedalaman 3 m dan 6 m. Untuk mengetahui hubungan tutupan karang terhadap kelimpahan ikan karang menggunakan persamaan regresi linear sederhana. Berdasarkan hasil pengamatan tutupan karang hidup yang paling baik berada pada stasiun II yaitu 44.68% dengan kategori sedang. Kelimpahan ikan karang paling banyak terdapat pada stasiun II dengan nilai 14320 Ind/ha. Nilai indeks keanekaragaman (H’) tertinggi 2.58, Keseragaman (E) 0.81 dan Dominansi 0.25. Hasil analisis regresi linear diperoleh nilai sebesar 0.34 pada stasiun I dan 0.43 pada stasiun menunjukkan kategori hubungan yang cukup.
Identifikasi Dan Kepadatan Sampah Anorganik Di Pantai Ujong Blang Desa Ujong Blang Kecamatan Banda Sakti Kota Lhokseumawe Yudho Andika; Bengi Pratiwi; Erniati Erniati; Erlangga Erlangga; Imanullah Imanullah
Jurnal Laot Ilmu Kelautan Vol 5, No 1 (2023): Jurnal Laot Ilmu Kelautan
Publisher : Universitas Teuku Umar

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.35308/jlik.v5i1.7024

Abstract

The phenomenon of marine debris can cause unrest among the community because it can cause marine pollution that affects the activities of coastal communities. This research was conducted with the aim of knowing the type, density and rate of increase of inorganic waste. The research location is at Ujong Blang Beach, Ujong Blang Village, Banda Sakti District, Lhokseumawe City on November 1-13 2021. The method used is purvosive sampling. The waste sampling technique uses a line transect method drawn from the shoreline along the 50 meters in the direction of the coastline and 10 meters towards the sea, in which there are 3 plots measuring 10x10 m2, the distance between the plots is 10 meters. The waste that is taken is waste that is on the substrate, the observed waste is macro-sized inorganic waste. The results showed that the garbage collected at Ujong Blang Beach, Ujong Blang Village, Banda Sakti District, Lhokseumawe City consisted of 5 types, namely plastic, metal, glass, rubber and clothing. Plastic waste has the highest density value, namely 1.59 items/m2 with a relative density value of 95.22%. The highest density value based on the mass of waste is also found in the type of plastic waste, which is 4.64 gr/m2 and a relative density of 78.64 %. The value of the highest rate of increase in waste was on Sunday with a total of 90.5 pieces of waste and a mass of 437.5 g of waste.
PERBANDINGAN HASIL BELAJAR IPS TERPADU BERDASARKAN TINGKAT PENDIDIKAN ORANG TUA SISWA KELAS VIII MTSN 4 RUKOH BANDA ACEH Erniati, .; Abdi, Abdul Wahab; Azis, Daska
Jurnal Ilmiah Mahasiswa Pendidikan Geografi Vol 5, No 3 (2020): Agustus 2020
Publisher : Universitas Syiah Kuala

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24815/jimpgeo.v5i3.15951

Abstract

Hasil belajar merupakan tingkat pengetahuan, sikap positif dan keterampilan yang diperoleh siswa setelah mengikuti kegiatan pembelajaran. Tingkat pendidikan orang cukup mempengaruhi prestasi dan hasil belajar seorang siswa. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui terdapat tidaknya perbedaan hasil belajar IPS Terpadu berdasarkan tingkat pendidikan orang tua siswa kelas VIII. Subjek dalam penelitian ini adalah seluruh siswa kelas VIII MTsN Rukoh Banda Aceh berjumlah 233 siswa dari 7 kelas. Penelitian ini menggunakan teknik pengambilan sampel berupa Simple Random Sampling, yaitu siswa kelas VIII berjumlah 70 siswa dari 7 kelas sebagai objek. Hasil penelitian yang dilakukan menggunakan statistik uji t, sehingga memperoleh hasil thitung = 2. Kemudian hipotesis tersebut dapat dibandingkan dengan hasil ttabel pada taraf signifikan 5% dengan ketentukan dk sebanyak 68 dari tabel distribusi t, sehingga diperoleh nilai ttabel = 1,66. Hal ini sesuai dengan kriteria pengujian terima ha jika thitung ttabel selain dari pada itu terima ho. Hasil pengolahan memperlihatkan bahwa, thitung ttabel(thitung= 2 ttabel = 1,66) sehingga ha diterima. Dapat disimpulkan bahwa, hasil belajar siswa IPS Terpadu siswa kelas VIII MTsN Banda Aceh dengan latar belakang tingkat pendidikan orang tua tinggi lebih baik dibandingkan siswa dengan tingkat pendidikan orang tua menengah