Claim Missing Document
Check
Articles

Found 16 Documents
Search

Rumput Laut yang Tumbuh Alami di Pantai Barat Pulau Simeulue, Aceh Indonesia: Faktor Lingkungan dan Variasi Geografik Erniati Erniati; Syahrial Syahrial; Imanullah Imanullah; Erlangga Erlangga; Cut Meurah Nurul ‘Akla; Wilman Shobara; Jihad Nasuha; Gara Hasonangan Ritonga; Anggi Mayulina Daulay; Hamdi Romansah; Ibnu Amni; Tambah Lambok Berutu
Jurnal Kelautan Tropis Vol 25, No 1 (2022): JURNAL KELAUTAN TROPIS
Publisher : Universitas Diponegoro

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.14710/jkt.v25i1.12645

Abstract

Environmental factors and geographical variations in an ecosystem are important steps in explaining the dynamics of marine communities, a study of seaweed that grows naturally on the west coast of Simeulue Island was conducted with the purpose of learning about the environmental characteristics, geographical variations, and environmental parameters that affect their distribution. The study was conducted in October 2021, and it included 5 observation stations with environmental factors measured in situ and geographic variation data using line transects along 50 m perpendicular to the shoreline and sample plots measuring 1 x 1 m every 10 m. Environmental factors that influence vegetation conditions and geographic variations of seaweed were analyzed using PCA. The study's findings revealed that conditions in the Indian Ocean with a high pH (average 07.72 ± 00.20) with moderate salinity and current velocity (average 32.47‰± 01.72 and 00.32 m/s ± 00.11, respectively) influenced the seaweed vegetation habitat. Then 21 seaweed species were identified, all of which have not been evaluated on the IUCN Red List, and their distribution is relatively rare, with a frequency of only 20%, and the seaweed zoning found at a depth of 0 - 150 cm at the lowest tide and a distance of up to 40 m inland from the edge. Furthermore, the distribution of seaweed on Simeulue Island's west coast is largely determined by DO conditions, salinity, and current velocity, whereas pH and temperature have less influence on seaweed distribution.  Faktor lingkungan dan variasi geografik di suatu ekosistem merupakan langkah penting dalam menjelaskan dinamika komunitas laut, sehingga kajian rumput laut yang tumbuh alami di Pantai Barat Pulau Simeulue dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui karakteristik lingkungan, variasi geografik dan parameter lingkungan yang mempengaruhi distribusinya. Kajian dilaksanakan pada bulan Oktober 2021 yang terdiri dari 5 stasiun pengamatan dengan faktor lingkungannya diukur secara in situ dan data variasi geografiknya menggunakan transek garis sepanjang 50 m tegak lurus garis pantai serta dibuat petak contoh berukuran 1 x 1 m disetiap 10 m dan faktor lingkungan yang mempengaruhi kondisi vegetasi maupun variasi geografik rumput lautnya dianalisis menggunakan PCA. Hasil kajian memperlihatkan bahwa habitat vegetasi rumput lautnya dipengaruhi oleh kondisi Samudera Hindia dengan konsentrasi pH perairannya tergolong tinggi (rata-rata 07.72 ± 00.20) dan konsentrasi salinitas maupun kecepatan arusnya tergolong sedang (rata-rata 32.47‰ ± 01.72 dan rata-rata 00.32 m/s ± 00.11), kemudian rumput lautnya teridentifikasi sebanyak 21 spesies yang keseluruhannya belum terevaluasi di IUCN Red List dan distribusinya tergolong jarang dengan frekuensi relatifnya kecil dari 20% serta zonasi rumput lautnya ditemukan pada kedalaman ± 0 – 150 cm saat surut terendah dan berjarak hingga ± 40 m ke arah daratan dari tubir. Selanjutnya, untuk distribusi rumput laut di pantai Barat Pulau Simeulue sangat ditentukan oleh kondisi DO, salinitas dan kecepatan arus, sedangkan parameter pH dan suhu kurang memberikan pengaruh yang baik terhadap distribusi rumput lautnya. 
Profil Kawasan Reboisasi Mangrove Kepulauan Seribu Berdasarkan Karakteristik Lingkungan dan Fauna Makrobentik Terkait Febrianti Lestari; Syahrial Syahrial; Rika Anggraini; Yudho Andika; Cut Meurah Nurul 'Akla; Agus Putra Abdul Samad
Jurnal Sumberdaya Akuatik Indopasifik Vol 5 No 3 (2021): Agustus
Publisher : Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Universitas Papua

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.46252/jsai-fpik-unipa.2021.Vol.5.No.3.166

Abstract

Macrobenthic fauna is often used as a bioindicator of environmental quality. However, information about the environmental characteristics and the existence of macrobenthic fauna in the mangrove reforestation area is still very limited. The study of the profile of the Seribu Island mangrove reforestation area based on the characteristics of the macrobenthic environment and fauna was carried out in March 2014. The aim of this study is to determine the ecological conditions of the waters around the Seribu Island mangrove reforestation area. To find out the relationship between environmental characteristics and macrobenthic fauna with observation stations carried out by statistics on Correspondence Analysis (CA), while the environmental characteristics that determine macrobenthic fauna and their relationships are carried out with Principal Component Analysis (PCA) statistics and simple linear regression. The results of the study show that the concentration of measured environmental characteristics is not very different between stations and does not exceed the quality standard threshold for marine life. Then the macrobenthic fauna found consisted of 6 species with the highest density at Station 3 (05.00 ind/m2) and the lowest at Station 1 (02.00 ind/m2). At Station 1 the pH and temperature concentration is very high, while Station 2 and 3 have high salinity concentrations. Macrobenthic fauna Atilia (Columbella) scripta, Metopograpsus latifrons, Littoraria scabra, Saccostrea cucculata, and Cardisoma carnifex can be associated with mangroves at all stations. In addition, the environmental characteristics that determine the presence of C. carnifex macrobenthic fauna are pH parameters, where the higher the pH concentration, the lower the density of C. carnifex. Then the environmental characteristics that determine the presence of the macrobenthic fauna of S. cucculata, M. latifrons and A. scripta are determined by DO (Dissolved Oxygen) and salinity parameters namely the lower DO (Dissolved Oxygen) concentration and salinity, the higher the density of S. cucculata, M. latifrons and A. scripta.
Pengaruh Tingkat Kerapatan dan Kedewasaan Hutan Mangrove dalam Memerangkap Sedimen di Muara Sungai Langsa Kota Langsa Erlangga Erlangga; Helmi Gusnita; Syahrial Syahrial; Cut Meurah Nur Akla; imamshadiqin imamshadiqin; Riri Ezraneti; Rian Firdaus
Jurnal Kelautan Tropis Vol 25, No 3 (2022): JURNAL KELAUTAN TROPIS
Publisher : Universitas Diponegoro

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.14710/jkt.v25i3.14009

Abstract

In November 2021, a study on the effect of mangrove density and maturity level on sediment trapping in the Langsa River estuary, Langsa City, was conducted with the objective of determining the density, maturity, and rate of sediment deposition around the mangrove forest, as well as the relationship between mangrove density and maturity level and sediment deposition rate. Mangrove vegetation was collected using a 40 m line transect parallel to the river flow and a 10 x 10 m plot, while sediment samples were collected using a sediment trap. The study's findings indicated that mangrove density varied between 675.00 and 1541.67 ind/ha, that mangrove maturity was uneven, with trunk diameters ranging between 4.14 and 9.83 cm and basal areas ranging between 30.45 and 72.93 m2/ha. Meanwhile, sediment deposition rates ranged between 26.94 and 277.73 mg/cm2/day, with a strong correlation between density and maturity of mangrove vegetation (98% and 99%, respectively).   Penelitian terhadap pengaruh tingkat kerapatan dan kedewasaan hutan mangrove dalam memerangkap sedimen di muara Sungai Langsa Kota Langsa dilakukan pada bulan November 2021 dengan tujuan untuk mengetahui tingkat kerapatan, kedewasaan dan laju pengendapan sedimen di sekitar hutan mangrovenya serta untuk mengetahui keterkaitan antara tingkat kerapatan dan kedewasaan hutan mangrove terhadap laju pengendapan sedimennya. Vegetasi mangrove dikumpulkan dengan menarik transek garis sepanjang 40 m yang sejajar dengan aliran sungai dan dibuat plot berukuran 10 x 10 m, sedangkan sampel sedimennya diambil menggunakan sediment trap. Hasil penelitian memperlihatkan bahwa kerapatan mangrovenya berkisar antara 675.00 – 1541.67 ind/ha, kedewasaan mangrovenya tidak merata dengan diameter batangnya berkisar antara 4.14 – 9.83 cm dan basal areanya berkisar antara 30.45 – 72.93 m2/ha. Sementara untuk laju pengendapan sedimennya berkisar antara 26.94 – 277.73 mg/cm2/hari, dimana keterkaitan antara kerapatan dan kedewasaan vegetasi mangrovenya memiliki hubungan yang kuat (masing-masing 98% dan 99%).
Gastropoda Laut dan Chiton di Mikrohabitat Bangunan Pelindung Pantai Pelabuhan Krueng Geukueh Provinsi Aceh Cut M. N. ‘Akla; Fitra Wira Hadinata; Nur Ikhsan; Welmar Olfan Basten Barat; Hendrik V. Ayhuan; Muhammad Hatta; Riri Ezraneti; Syahrial Syahrial
Jurnal Kelautan Tropis Vol 25, No 3 (2022): JURNAL KELAUTAN TROPIS
Publisher : Universitas Diponegoro

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.14710/jkt.v25i3.14950

Abstract

The study was carried out in March 2022 at 8 observation stations in the Krueng Geukueh Harbor coastal protection facility in Aceh Province, using the visual encounter method for 120 minutes. The Shannon-Weaver diversity index, Simpson dominance, and Shannon-Weaver uniformity were used to generate the gastropod ecology index, while PCA was used to examine dominance by specific species and CA was used to analyze similarities in species composition. The study's findings included 20 species, 7 families, and a group of chitons. Gastropods Littorina angulifera, Echinolittorina puncatata, Nerita chamaeleon, Mauritia arabica, Thais mancinella, Morula musiva and Herba corticata are classified as rare (relative frequency < 20%); Littorina undulata, Nerita planospira, Cypraea mauritiana and Chiton sp. classified as occasional (relative frequency 21 – 40%); Littorina brevicula and Echinolittorina placida are relatively common (relative frequency 41 – 60%); Nerita albicilla, Nerita costata, Tylothais virgata and Tenguella granulata are relatively common (relative frequency 61 – 80%); and Thais (Thalesa) aculeata, Trochus radiatus and Cellana radiata were found to be relatively abundant (relative frequency > 80%). The gastropod diversity and uniformity indices were both low (1.49 and 0.48, respectively), where as the dominance index was moderate (0.52). The PCA analysis revealed that the dominant gastropod species were C. mauritiana, M. arabica, and M. musiva, and the CA analysis revealed the establishment of three groups based on the species composition discovered as a result of human activities near the study site.  Kajian dilakukan pada bulan Maret 2022 di 8 stasiun pengamatan pada bangunan pelindung pantai Pelabuhan Krueng Geukueh Provinsi Aceh menggunakan metode visual encounter selama 120 menit. Indeks ekologi gastropoda dihitung dengan indeks keanekaragaman Shannon-Weaver, dominansi Simpson dan keseragaman Shannon-Weaver, sedangkan dominansi oleh spesies tertentu dianalisis menggunakan PCA dan kesamaan komposisi spesiesnya dianalisis menggunakan CA. Hasil kajian mendapatkan 20 spesies dan 7 famili serta ditemukan juga kelompok chiton. Gastropoda Littorina angulifera, Echinolittorina puncatata, Nerita chamaeleon, Mauritia arabica, Thais mancinella, Morula musiva dan Herba corticata tergolong langka ditemukan (frekuensi relatif < 20%); Littorina undulata, Nerita planospira, Cypraea mauritiana dan Chiton sp. tergolong sesekali ditemukan (frekuensi relatif 21–40%); Littorina brevicula dan Echinolittorina placida tergolong sering ditemukan (frekuensi relatif 41–60%); Nerita albicilla, Nerita costata, Tylothais virgata dan Tenguella granulata tergolong umum ditemukan (frekuensi relatif 61–80%); serta Thais (Thalessa) aculeata, Trochus radiatus dan Cellana radiata tergolong melimpah ditemukan (frekuensi relatif >80%). Indeks keanekaragaman dan keseragaman gastropodanya tergolong rendah (1.49 dan 0.48), sedangkan indeks dominansinya tergolong sedang (0.52). Dari analisis PCA didapatkan spesies gastropoda yang mendominasi adalah C. mauritiana, M. arabica dan M. Musiva, kemudian hasil analisis CA memperlihatkan adanya pembentukan tiga kelompok berdasarkan
Condition Of Coral Reef Cover in Bungkaih Waters, Muara Batu District, North Aceh Regency, Aceh Province Imanullah Imanullah; Erlangga Erlangga; Cut Meurah Nurul Akla; Intan Mutia
Berkala Perikanan Terubuk Vol 50, No 3 (2022): November 2022
Publisher : Fakultas Perikanan dan Kelautan, Universitas Riau

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.31258/terubuk.50.3.1665-1671

Abstract

This research aims to know the percentage of life coral reef cover and death coral reef cover and knowing condition of coral reef cover In Bungkaih Waters, Muara Batu District, North Aceh Regency, Aceh Province. This research was carried out in August 2021. Data collection was carried out at two stations in Bungkaih waters, each station depth 3 and 6 m. Station determined was carried with purposive sampling method base on condition coral reef cover, to know condition of coral reef cover in this research used Point Intercept Transect (PIT) method that 25 m long using marked ropes every 0,5 m or roll meter scale base on Manuputty & Djuwariah (2009). Base on observation life coral reef cover at each station is Acropora, Non-Acropora and Soft Coral. Station I percentage of coral reef cover is 14,12 % belong to category bad, station II percentage of coral reef cover is 45,08 % belong to category medium. Observation result death coral reef cover at each stations Death Coral Reef Algae higher than percentage coral reef anymore. Station I and II percentage death coral reef cover (Death Coral Algae) is 85,88 % and 54,35 %.
Hubungan Tutupan Karang Terhadap Kelimpahan Ikan Karang Menggunakan Metode LIT (Line Intercept Transect) di Keude Bungkaih, Aceh Utara Cut MeurahNur &#039;Akla; Erlangga Erlangga; rini tri lestari sembiring; erniati erniati; imanullah imanullah
Jurnal Kelautan Nasional Vol 17, No 3 (2022): DESEMBER
Publisher : Pusat Riset Kelautan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.15578/jkn.v17i3.10985

Abstract

Ekosistem terumbu karang merupakan ekosistem yang sangat penting bagi wilayah pesisir. Ekosistem terumbu karang memiliki peran sebagai tempat tinggal, tempat mencari makan, tempat berlindung dan tempat berkembangbiak bagi biota ikan karang. Ikan karang pada umumnya lebih banyak ditemukan pada ekosistem terumbu karang yang masih dalam kondisi baik. Keude Bungkaih merupakan salah satu wilayah di pesisir Aceh Utara yang memiliki ekosistem terumbu karang di perairan lautnya. Berdasarkan informasi yang peneliti dapatkan dari nelayan yang sering menangkap ikan dan penyelam yang sering menyelam di Perairan Keude Bungkaih, bahwasanya terdapat ekosistem terumbu karang yang cukup luas, namun belum ada data secara akurat perihal persentase tutupan karang di wilayah tersebut. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan tutupan karang hidup terhadap kelimpahan ikan karang yang meliputi tutupan karang dan struktur komunitas ikan karang di perairan Keude Bungkaih, Aceh Utara pada bulan Desember 2021. Metode yang digunakan untuk pengambilan data tutupan karang yaitu LIT (Line Intercept Transect) dan data ikan karang yaitu visual sensus pada kedalaman 3 m dan 6 m. Untuk mengetahui hubungan tutupan karang terhadap kelimpahan ikan karang menggunakan persamaan regresi linear sederhana. Berdasarkan hasil pengamatan tutupan karang hidup yang paling baik berada pada stasiun II yaitu 44.68% dengan kategori sedang. Kelimpahan ikan karang paling banyak terdapat pada stasiun II dengan nilai 14320 Ind/ha. Nilai indeks keanekaragaman (H’) tertinggi 2.58, Keseragaman (E) 0.81 dan Dominansi 0.25. Hasil analisis regresi linear diperoleh nilai sebesar 0.34 pada stasiun I dan 0.43 pada stasiun menunjukkan kategori hubungan yang cukup.
Senyawa Bioaktif dan Antioksidan Buah Mangrove Sonneratia alba J.E. Smith dari Desa Lhok Bubon Kecamatan Samatoga Kabupaten Aceh Barat Hayatun Nufus; Mohamad Gazali; Alaudin Alaudin; Asri Mursawal; Sri Wahyuni; Cut M.N. ‘Akla; Syahrial Syahrial; Neneng Marlian
Jurnal Kelautan Tropis Vol 26, No 1 (2023): JURNAL KELAUTAN TROPIS
Publisher : Universitas Diponegoro

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.14710/jkt.v26i1.16211

Abstract

The mangrove species Sonneratia alba is one of the plants that has good bioactive compounds and very easy to find. However, the content of bioactive compounds and nutrients from a plant is strongly influenced by internal and external factors. The study was conducted with the aim to know the proximate content, yield and antioxidant activity of S. alba fruit from Lhok Bubon Village, Samatoga District, West Aceh Regency. The extraction method used methanol, ethyl acetate and n-hexane as solvent with antioxidant test using DPPH solution (2,2-Diphenil-2-picryl hydrazil). The results of the study showed the proximate content consisted of water 30.71%, ash 5.06%, fat 8.59%, protein 3.48% and carbohydrate 52.16%. Meanwhile, the yield showed ethyl acetate solvent had the highest yield (69.11 ± 13.27%), then followed by n-hexane (68.38 ± 13.21%) and methanol (64.44 ± 14.78%). Furthermore, for the antioxidant activity of S. alba fruit from Lhok Bubon Village, Samatoga District, West Aceh Regency, overall it was classified as very strong IC50 < 50 ppm).   Spesies mangrove Sonneratia alba merupakan salah satu tanaman yang memiliki senyawa bioaktif yang baik dan sangat mudah ditemukan. Namun kandungan senyawa bioaktif dan nutrisi dari suatu tanaman sangat dipengaruhi oleh faktor internal dan eksternalnya. Penelitian dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui kandungan proksimat, rendemen dan aktivitas antioksidan buah S. alba dari Desa Lhok Bubon Kecamatan Samatoga Kabupaten Aceh Barat. Metode ekstraksinya menggunakan pelarut methanol, etil asetat dan n-heksana dengan uji antioksidannya menggunakan larutan DPPH (2,2-Diphenil-2-picryl hydrazil). Hasil penelitian mendapatkan bahwa kandungan proksimatnya terdiri dari kadar air 30.71%, kadar abu 5.06%, kadar lemak 8.59%, kadar protein 3.48% dan kadar karbohidrat 52.16%. Sementara untuk rendemen menunjukkan bahwa pelarut etil asetat memiliki rendemen tertingginya (69.11 ± 13.27%), kemudian diikuti oleh n-heksana (68.38 ± 13.21%) dan methanol (64.44 ± 14.78%). Selanjutnya untuk aktivitas antioksidan buah S. alba dari Desa Lhok Bubon Kecamatan Samatoga Kabupaten Aceh Barat secara keseluruhannya tergolong sangat kuat (IC50 < 50 ppm).
Proximate Composition of Shell (Bivalves) in North Aceh District, Aceh Province Based on Differences in Species and Environmental Characteristics Erniati Erniati; Yudho Andika; Imanullah Imanullah; Imamshadiqin Imamshadiqin; Salmarika Salmarika; Cut Meurah Nurul ‘Akla; Elva Dwi Yulistia; Sanja Maulana; Rafly Lazuardy
International Journal of Engineering, Science and Information Technology Vol 3, No 1 (2023)
Publisher : Master Program of Information Technology, Universitas Malikussaleh, Aceh Utara, Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.52088/ijesty.v3i1.424

Abstract

Shellfish (bivalves) are potential biodiversity of waters with an important significant value used by the community as a food source of highly nutritious animal protein. Based on survey results, several coastal areas in North Aceh District have the potential for shellfish. Still, there have not been any scientific reports on this region's proximate composition of bivalves. This study aims to determine the relative arrangement of the dominant bivalves in the North Aceh District based on species differences and environmental characteristics. The results showed varying proximate bivalve proximate compositions of 4 chief types of shellfish in North Aceh waters. Bivalvia water ranged from 6.9-14.2%, ash ranged from 5.87-8.29%, protein ranged from 32.84-35.87%, fat ranged from 3.04-10.83%, and carbohydrate ranged from 38.11-42.71%. The highest protein and fat content were found in the Crassostrea sp1 type clams. In addition, the differences in the environmental characteristics of the shell sampling locations also resulted in different proximate compositions. The PCA test results showed that the critical variablarrangemente composition was ash and fat content. The environmental parameters, which were the key parameters of the relative arrangement of the shells were the substrate and pH.
Pengaruh Perbedaan pH Perairan terhadap Laju Pertumbuhan Lamun Jenis Cymodocea rotundata Yudho Andika; Mujizat Kawaroe; Hefni Effendi; Neviaty Putri Zamani; Erniati; Erlangga; Saiful Adhar; Imanullah; Imamshadiqin; Cut Meurah Nurul 'Akla; Ayub Sugara; Bq Tri Khairani Ilhami
Jurnal Ilmu dan Teknologi Kelautan Tropis Vol. 15 No. 1 (2023): Jurnal Ilmu dan Teknologi Kelautan Tropis
Publisher : Department of Marine Science and Technology, Faculty of Fisheries and Marine Science, IPB University

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.29244/jitkt.v15i1.43331

Abstract

Penggunaan bahan bakar fosil yang terus berlangsung akan meningkatkan konsentrasi karbondioksida (CO2) di atmosfer. Asidifikasi laut terjadi akibat CO2 yang berada di atmosfer berdifusi ke lautan. Lautan mampu menyerap CO2 di atmosfer sebanyak 35 % lebih yang menyebabkan terjadinya penurunan pH laut. Lamun Cymodocea rotundata merupakan salah satu jenis lamun yang banyak ditemukan tumbuh di perairan tropis. Keadaan ini menimbulkan kekhawatiran tentang kemungkinan terjadinya dampak pada pertumbuhan lamun C. rotundata. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis kandungan nitrat, fosfat dan kalium dan pertumbuhan lamun C. rotundata yang meliputi pertumbuhan daun, rhizoma, dan akar C. rotundata terhadap perbedaan pH. Penelitian menggunakan metode eksperimen dengan rancangan acak lengkap menggunakan tabel acak. Sebanycak 15 toples dengan ukuran diameter 20 cm dan tinggi 25 cm digunakan dengan 3 perlakuan, masing-masing perlakuan 5 kali pengulangan. Hasil uji regresi linier menunjukkan pH berpengaruh terhadap konsentrasi nitrat, dan berpengaruh kuat terhadap konsentrasi fosfat dan kalium. Laju pertumbuhan daun lamun C. rotundata tertinggi pada kontrol berkisar antara 0,50–1,29 mm/hari sedangkan yang terendah pada pH rendah berikisar 0,07–0,73 mm/hari. Laju pertumbuhan rizhoma lamun secara horizontal dan vertikal tertinggi pada pH rendah sedangkan yang terendah pada pH kontrol. Laju pertumbuhan akar lamun tertinggi pada pH rendah berkisar antara 0,20–0,90 mm/hari. sedangkan yang terendah pada kontrol berkisar antara 0,13–0,43 mm/hari. pH juga memengaruhi laju pertumbuhan daun, rhizoma dan akar lamun C. rotundata. Semakin rendah pH maka laju pertumbuhan daun juga semakin rendah, berbeda dengan rhizoma dan akar semakin rendah pH maka semakin tinggi laju pertumbuhan.
Pemanfaatan limbah budidaya udang vannamei menjadi pupuk kompos di Gampong Ulee Pulo Kecamatan Dewantara Kabupaten Aceh Utara (The utilization of vannamei shrimp culture waste become compost fertilizer in Ulee Pulo Village, Dewantara Sub District North Aceh District) Erniati Erniati; Syahrial Syahrial; Imamshadiqin Imamshadiqin; Imanullah Imanullah; Erlangga Erlangga; Cut Meurah Nurul &#039;Akla; Yudho Andika; Irmayunita Irmayunita; Meutia Handayani; Azhari Mataniari; Nuriana Dila; Repki Prasetyo
Buletin Pengabdian Vol 2, No 1 (2022): Bull. Community. Serv.
Publisher : The Institute for Research and Community Services (LPPM) Universitas Syiah Kuala (USK)

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24815/bulpengmas.v2i1.23557

Abstract

This community service aims to provide education and improve the skills of the residents of Ulee Pulo Village in making good use of vannamei shrimp waste. Service activities were carried out using the community development approach method through training based on theory and practice with lectures and focused discussion (focus group discussions). The results of the service were carried out well, structured, smoothly, and successfully involving the community directly, especially the wives of the aquaculture farmers of Gampong Ulee Pulo. The target achieved is that the participants already have the skills and practice the process of making compost independently. In conclusion, the community is skilled in making compost independently.