Claim Missing Document
Check
Articles

Found 4 Documents
Search

STRATEGI REBRANDING C RADIO SEMARANG naiza rosalia
Jurnal Komunikasi dan Bisnis Vol 5, No 1 (2019): Jurnal Ilmu Komunikasi dan Bisnis
Publisher : STARKI

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.36914/jikb.v5i1.263

Abstract

Perusahaan media perlu membuat perubahan secara berkala, tidak terkecuali radio sehingga mereka tidak ditinggalkan oleh pendengar mereka, terutama ketika bisnis dan branding sudah tidak menguntungkan. Radio C Semarang melakukan rebranding setelah 4 tahun bertahan dengan konsep dewasa muda, banyak perubahan yang dilakukan oleh Radio C Semarang, mulai dari konsep penyiaran hingga nafas dari setiap output produknya. Rrranding ini dilakukan setelah C Radio Semarang merasakan tumpang tindih dengan perusahaan saudaranya, yaitu Radio Idola, mulai dari segmentasi pendengar yang dibuat dan juga program yang diberikan kepada pendengarnya, dan ini tidak memiliki dampak positif pada C Radio Semarang Oleh karena itu, peneliti akan mengeksplorasi strategi apa yang sedang dilakukan oleh C Radio Semarang dalam kegiatan rebrandingnya. Hasil penelitian ini adalah bahwa ada beberapa hal yang dilakukan oleh C Radio Semarang, yaitu spesifikasi pangsa pasar, kreativitas produk, penguatan promosi. ketiga hal ini menjadi kekuatan dari strategi rebranding C Radio Semarang. Penelitian ini adalah penelitian kualitatif dengan menggunakan metodologi studi kasus dan menggunakan wawancara mendalam sebagai cara untuk mendapatkan data.
Pemberdayaan Karang Taruna dalam Pembuatan E-Katalog Kampung Tematik Kota Semarang Muhamad Hasan Basori; Choirul Ulil Albab; Naiza Rosalia; Fibriyani Nur Aliya
Jurnal Pemberdayaan Masyarakat Universitas Al Azhar Indonesia Vol 3, No 1 (2021)
Publisher : Universitas Al Azhar Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.36722/jpm.v3i1.502

Abstract

Kampung Tematik Kota Semarang merupakan program pemerintah untuk memajukan perekonomian masyarakat, melalui penamaan kampung berdasar potensi yang dimiliki. Hal ini membuat kampung tematik dipandang sebagai sebuah produk, sehingga memaksa dilakukannya kegiatan promosi. Di sisi lain promosi untuk kampung tematik dinilai sangat kurang. Kemajuan teknologi digital menuntut transformasi alat promosi, salah satunya promosi melalui E-Katalog. Generasi muda dinilai sebagai generasi yang paling adaptif menghadapi digitalisasi. Karang Taruna sebagai generasi muda dianggap sebagai ujung tombak keberhasilan kota. Berdasar hal tersebut, pengabdian masyarakat ini berupaya menggerakkan Karang Taruna untuk berkontribusi secara nyata dalam mendukung program Kampung Tematik di Kota Semarang. Berangkat dari kebutuhan promosi digital untuk Kampung Tematik, pengabdian ini bertujuan memberikan pengetahuan dan kemampuan membuat E-Katalog. Metode pengabdian, dilakukan secara daring, kegiatan diisi dengan memberikan materi desain grafis dan copywriting baik teoritis maupun praktis dan implementatif untuk E-Katalog. Berdasarkan hasil pre test dan post test diketahui rata-rata peningkatan pengetahuan sebesar 23%, pemahaman sebesar 28,5%, dan kemampuan implementasi sebesar 41,5%. Berdasar hasil tersebut, dapat dilihat bahwa kegiatan pemberdayaan ini memiliki kebermanfaatan baik pada tataran kognisi maupun praktis untuk anggota Karang Taruna Kota Semarang.Kata kunci: Desain Grafis, Copywriting, E-Katalog, Kampung Tematik
PENGEMBANGAN KEMAMPUAN KOMUNIKASI KELUARGAUNTUK KADER JPPA KELURAHAN SADENG DALAM MEWUJUDKAN KOTA LAYAK ANAK Naiza Rosalia; Mutia Rahmi Pratiwi; Fibriyani Nuraliya
Jurnal Pemberdayaan Masyarakat Universitas Al Azhar Indonesia Vol 2, No 2 (2020)
Publisher : Universitas Al Azhar Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.36722/jpm.v2i2.368

Abstract

AbstrakTingginya angka kekerasan pada anak di kota Semarang yang mencapai 195 kasus di tahun 2018 perlu menjadi perhatian bagi pemerintah maupun masyarakat. Hal ini harus segera diatasi karena kota Semarang menargetkan menjadi Kota Layak Anak pada tahun 2020. Upaya telah dilakukan Pemkot Semarang namun belum berdampak signifikan pada penurunan angka kekerasan pada anak.Indikator Kota Layak Anak tidak hanya daritertanganinya anak korban kekerasan, namun juga bagaimana langkah preventif yang dilakukan. Komunikasi keluarga yang baik dapat menjadi benteng pertahanan awal pencegahan kekerasan pada anak.Hal ini menjadi dasar dilakukannyapengabdian masyarakat berupaworkshop mengenai pengembangan komunikasi keluarga untuk kader JPPA (Jaringan Perlindungan Perempuan dan Anak) Kelurahan Sadeng, Semarang.Peranan JPPA (Jaringan Perlindungan Perempuan dan Anak) Kelurahan Sadeng sudah menjadi embrio yang baik namun belum maksimal karena mereka hanya bertindak saat ada kasus namun tidak melaksanakan langkah preventif. Metode pelaksanaan dilakukan dengan pemberian materi dan pengukuran pemahaman peserta terkait komunikasi keluarga yang selama ini dipahami dan telah dilakukan.Hasil post test tertulis yang dilakukan menunjukan terjadi peningkatan kemampuan kamunikasi yang dimiliki oleh para peserta selaku Kader JPPA.Kata kunci:Komunikasi Interpersonal, Kota Layak Anak, Semarang AbstractThe high rate of violence against children in Semarang which reached 195 cases in 2018 needs to be a concern of all parties both government and society. This must be addressed immediately because the city of Semarang is targeting to became a city worthy of children by 2020. Semarang City Government has made various efforts but it has not yet had a significant impact on reducing the number of violence against children. The indicator of the City Worth Child is not only how children who are victims of violence can be handled properly, but also how to take action to prevent violence against children as a preventive act. Good communication in a family can certainly be a stronghold early in preventing violence against children. This became the basis of community service in the form of workshops related to the development of family communication for JPPA (Women’s and Child Protection Network) Sadeng Village, Gunungpati District, Semarang. The role of JPPA in Sadeng Village has become a good embryo, but it is not optimal, because they only take action when their area cases but do not carry out preventive measures. The method of implementation was carried out by providing material and measuring the participant's understanding of family communication that had been understood and done. The result of the written post-test showed an increase in the communication skills possessed by the participants as JPPA Cadres.Keywords:Interpersonal Communication, City Worth Child, Semarang 
PELATIHAN PRODUKSI KONTEN KOMUNIKASI KESEHATAN UNTUK MEDIA SOSIAL BAGI PEGAWAI PUSKESMAS SE KOTA SEMARANG Swita Amallia Hapsari; Mutia Rahmi Pratiwi; Choirul Ulil Albab; Naiza Rosalia; Hanif Pandu Suhito; Diah Lestari R
Aptekmas Jurnal Pengabdian pada Masyarakat Vol 6 No 2 (2023): Aptekmas Volume 6 Nomor 2 2023
Publisher : Politeknik Negeri Sriwijaya

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.36257/apts.v6i2.6838

Abstract

Puskesmas as a Regional Technical Implementation Unit (UPTD) which is under Dinas Kesehatan Kota Semarang was responsible for assisting public health in their rural area. There were 37 puskesmas in Semarang that also liable to share the information about public health in digital media such as Instagram. In order to improve the performance in digital media, puskesmas need to acknowledge the social media maintenance skill. By collaborating between Dinas Kesehatan Kota Semarang and Dian Nuswantoro University Communication Studies Program in the field of community service was carried out with teme of producing health communication content in social media. In this activity, we have to materials presented: content production in social media and reportase. Training activity was held on June 25, 2023 and was attended by 37 participant, they were social media managers at Puskesmas in Semarang. The methods in this activity is carried out three steps: Pre Activity, Activity, and Evaluation. Evaluation results were obtained from prepost test and discussion with participants. In the pretest, we have concluded that participants had good skills in understanding the Instagram features but did not knowing management and production of digital content. Participants understanding of reporting needs to be improved because 60% was reporting practices well. The results of this training post test showed that more than 90% of participant felt their understanding had increased about optimizing instagram media for increased content production and competence in public speaking for reporting on the implementation of puskesmas activity.