Claim Missing Document
Check
Articles

Found 4 Documents
Search

Deskripsi Komparatif Iuran Pengelolaan Irigasi (IPI) di Saluran Induk Daerah Irigasi Jatiluhur Jawa Barat Heri Rahman; Yusman Syaukat; M. Parulian Hutagaol; Muhammad Firdaus
Agriekonomika Vol 8, No 2: Oktober 2019
Publisher : Department of Agribusiness, Faculty of Agriculture, Universitas Trunojoyo Madura, Indonesi

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.21107/agriekonomika.v8i2.5743

Abstract

Air penting bagi kehidupan termasuk bagi usahatani untuk mmneingkatkan produksi dan pendapatan petani. Namun jika irigasi tidak terpelihara maka usahatani padi sawah mnejadi kurang maksimal. Jaringan irigasi tersier di Saluran Induk (SI)  Daerah Irigasi (DI)  Jatiluhur yang terbagi ke dalam SI Tarum Barat, Utara dan Timur cukup bervariasi tingkat kerusakan dan pemeliharaannya oleh para petani. Untuk itu para petani membayar Iuran Pengelolaan Irigasi (IPI) di tingkat jaringan tersier, IPI ini beragaman di masing-masing saluran induk tergantung pda kesepakatan petani dengan ulu-ulu. Selain saluran induk, IPI pun tergantung musim tanam (rendeng dan gadu) karena besaran IPI sangat ditentukan oleh karakteristik petani di masing-masing SI, luas lahan, produktivitas hasil dan harga jual padi. Karena itu, diduga terdapat keragaman IPI antara saluran induk dan dimasing-masing Saluran Induk pada setiap musim rendeng dan gadu.
Perkembangan Konversi Lahan Pertanian Beririgasi dan Dampaknya terhadap Penguasaan Lahan Petani di Daerah Irigasi Jatiluhur Jawa Barat Heri Rahman; Yusman Syaukat; M Parulian Hutagaol; Muhammad Firdaus
Jurnal Ekonomi Pertanian dan Agribisnis Vol 4, No 2 (2020)
Publisher : Department of Agricultural Social Economics, Faculty of Agriculture, Brawijaya University

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.21776/ub.jepa.2020.004.02.16

Abstract

Lahan pertanian beririgasi di Daerah Irigasi Jatiluhur merupakan penghasil padi tertinggi di Jawa Barat dan penyumbang bagi padi nasional. Namun telah terjadi konversi lahan selama kuran waktu enam tahun sebesar  0,0082 atau terjadi penurunan luas lahan per tahun  rata-rata 1.826,08 hektar dengan hasil rata-rata 5 ton per hektar  maka kehilangan produksi padi sebesar 18.260,80 ton per tahun. Kondisi ini  menjadi ancaman dan sekaligus tantangan bagi peran DI Jatiluhur dalam menghasilkan padi.  Saluran Induk Tarum Barat memiliki konversi lahan yang tinggi dibandingkan dengan kedua Saluran Induk lainnya. Dampak konversi lahan terhadap para petani adalah status petani lebih banyak berubah menjadi petani penggarap karena tidak memiliki lahan dan semakin menyempitnya kepemilikan lahan menjadi < 0,5 hektar.  Petani yang  banyak terjadi  perubahan  akibat dampak konversi lahan berada di Saluran Induk Tarum Barat dengan tingkat konversi lahan yang lebih tinggi dibandingkan dengan kedua Saluran Induk lainnya.Kata kunci: Konversi lahan, Lahan pertanian beririgasi, Jatiluhur, Padi
ANALISIS STATUS KEBERLANJUTAN AGROWISATA BERBASIS PERTANIAN BERKELANJUTAN: STUDI KASUS KEBUN STRAWBERRY UPANG Santi Elvira; Ramadhani Eka Putra; Heri Rahman
JSEP (Journal of Social and Agricultural Economics) Vol 15 No 2 (2022): JURNAL SOSIAL EKONOMI PERTANIAN (J-SEP)
Publisher : University of Jember

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.19184/jsep.v15i2.30767

Abstract

Agrotourism activities that are growing quite rapidly, making the competition for agrotourism in Upang Strawberry Farm quite high. In addition, the high increase in consumer demand make the production process directly proportional to use of the chemical products. This in the long term has the potential to threaten the sustainability of agrotourism. The application of the concept of sustainable agriculture in agrotourism is expected to overcome these sustainability problems. This study aims to determine the sustainability status of agrotourism in Upang Strawberry Farm. The analytical method used is Multidimensional Scaling (MDS) analysis and RAP-Agrotourism analysis tool. The results showed that the multidimensional Upang Strawberry Farm agrotourism had a less sustainable status (49,79%), based on the ecological dimension of 48,38% (less sustainable); economic dimension 53,61% (sufficiently sustainable); socio-cultural dimension 51,21% (sufficiently sustainable); institutional dimensions 49,19% (less sustainable) and facilities and infrastructure dimensions 46,42% (less sustainable).
Nilai Keekonomian Brewer’s Spent Grain sebagai Pakan Konsentrat Ternak Sapi Abryanto Siliwangi; Agus Dana Permana; Heri Rahman
Jurnal Ilmu Ternak Vol 22, No 2 (2022)
Publisher : Fakultas Peternakan, Universitas Padjadjaran

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24198/jit.v22i2.40720

Abstract

Peningkatan kapasitas produksi bir turut mempengaruhi peningkatan penggunaan bahan baku dan peningkatan jumlah limbah yang dihasilkan. Limbah brewer’s spent grain memiliki potensi untuk dimanfaatkan sebagai pakan konsentrat untuk ternak sapi. Hal ini dikarenakan brewer’s spent grain memiliki kandungan protein mencapai 25 persen dan memiliki total digestable nutrient (TDN) untuk ternak sapi yang cukup tinggi mencapai 80 persen. Pemanfaatan brewer’s spent grain sebagai pakan konsentrat ternak sapi merupakan alternatif solusi untuk penyediaan bahan pakan konsentrat dengan harga terjangkau. Brewer’s spent grain dapat dimanfaatkan untuk menambahkan dan mensubstitusi bahan lain sebagai pakan konsentrat ternak sapi. Pemberian brewer’s spent grain sebagai pakan konsentrat diberikan sebanyak 1 – 2 persen dari total bobot sapi per hari. Berdasarkan fatwa MUI Nomor 52 Tahun 2012 pemanfaatan limbah brewer’s spent grain sebagai pakan ternak adalah diperbolehkan dan hewan tersebut hukumnya halal dikonsumsi, baik daging dan susunya. Hasil penelitian diperoleh bahwa penggunaan brewer’s spent grain secara umum memberikan dampak positif terhadap efisiensi pengeluaran biaya penyediaan pakan konsentrat dibandingkan dengan bahan pakan konsentrat lain Efisiensi pengeluaran biaya beturut-turut dari yang terbesar didapatkan pada peternak rakyat TM dengan nilai 55,01 persen, peternakan SB dengan nilai 50 persen, dan peternakan DV dengan nilai 32,57 persen. Namun perbedaan yang cukup terlihat pada ketiga narasumber adalah perbedaan asal pasokan dan harga pembelian brewer’s spent grain sehingga mempengaruhi harga beli di peternak dan meningkatkan biaya pengadaan pakan dan berpengaruh terhadap nilai keekonomian brewer’s spent grain sebagai pakan konsentrat terhadap produk yang dihasilkan oleh ternak sapi.