Findy Renggono
Unknown Affiliation

Published : 12 Documents Claim Missing Document
Claim Missing Document
Check
Articles

Found 12 Documents
Search

AWAN HUJAN DI SERPONG : PENGAMATAN DENGAN BOUNDARY LAYER RADAR Findy Renggono
Jurnal Sains & Teknologi Modifikasi Cuaca Vol. 1 No. 1 (2000): June 2000
Publisher : BPPT

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.29122/jstmc.v1i1.2105

Abstract

Kebanyakan kejadian hujan di Serpong, Indonesia (6.4°S, 106.7°E) terjadi setelah lewat tengah hari, walaupun demikian hasil pengamatan dengan penakar hujan otomatis selama 6 tahun menunjukkan adanya puncak hujan di pagi hari. Dari struktur awannyayang dipantau oleh BLR menunjukkan bahwa awan di pagi hari yang muncul adalahkebanyakan dari jenis awan Stratiform. Pada tulisan ini akan disajikan kajian statistik dari jenis awan yang muncul di wilayah ini.Most of the precipitation in Serpong (6.4°S, 106.7°E), Indonesia were occurred in the afternoon, however from the 6 years observation by using automatic rain gauge shows another peak of precipitation in the morning. In this paper, the vertical structure of theprecipitating cloud appeared in this area will be analyzed statistically using the data from Boundary Layer Radar (BLR) observation. The result shows that for the morning precipitation, the occurrence of the stratiform-type clouds were dominant.
APLIKASI TEKNOLOGI MODIFIKASI CUACA UNTUK MENINGKATKAN CURAH HUJAN DI DAS CITARUM - JAWA BARAT 12 MARET S.D. 10 APRIL 2001 Mimin Karmini; Sutopo Purwo Nugroho; Sunu Tikno; Satyo Nuryanto; Baginda Patar Sitorus; Samsul Bahri; Florentinus Heru Widodo; Jon Arifian; Mahally Kudsy; R Djoko Goenawan; Rino Bahtiar Yahya; Findy Renggono
Jurnal Sains & Teknologi Modifikasi Cuaca Vol. 2 No. 1 (2001): June 2001
Publisher : BPPT

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.29122/jstmc.v2i1.2141

Abstract

Teknologi modifikasi cuaca sudah sering diaplikasikan di Indonesia terutama untukmeningkatkan jumlah curah hujan. Teknologi modifikasi cuaca diterapkan bila terjadiindikasi penurunan jumlah curah hujan dan kemungkinan akan munculnya fenomena ElNiño sebagai tindakan preventif. Aplikasi teknologi modifikasi cuaca yang dilaksanakan diDAS Citarum, Jawa Barat mulai tanggal 12 Maret s.d. 10 April 2001 adalah berdasarkan kenyataan bahwa inflow DAS Citarum menurun dengan drastis pada bulan Desember 2000 dan sebagai tindakan preventif akan munculnya fenomena El Niño pada akhir tahun 2001 atau 2002. Pada awal tahun 2001, tiga kaskade waduk di DAS Citarum mengalami defisit cadangan air sebanyak 486,36 juta m . Waduk Ir. Juanda yang merupakan waduk multi fungsi harus menyediakan pasokan air untuk: irigasi teknis pada lahan sawah seluas 296.000 ha (2 kali tanam), yang memberikan kontribusi sebesar ± 40 % ke Jabar atau setara dengan ± 10 % Nasional; air baku permukiman dan industri; serta penyediaan tenaga listrik (± 4,5 milyar kWh). Data akhir setelah dilaksanakan penerapan teknologi modifikasi cuaca dengan menggunakan konsep sistim dan lingkungan adalah nilai rata-rata aliran total Citarum sebesar 326,81 m /det dan volume total aliran Citarum sejak mulai kegiatan hingga tanggal 10 April 2001 adalah sebesar 847,1 juta m3.Weather modification technology has been applied in Indonesia especially to enhancerainfall. Weather modification technology has been employed whenever there has beenan indication of rainfall shortage and the possibility of El Niño occurrence asprecautionary action. Weather modification technology that was applied in Citarumcatchment area – West Java on 12 March – 10 April 2001 was based on the fact thatCitarum inflow decreased drastically in December 2000 and also as a preventiveendeavor to the possibility of warm episode in 2001/2002. In the early of 2001, threecascade dams had water storage deficit as much as 486.36 million m3. Ir. Juanda dam,which has multi purposes, has to supply water for: technical irrigation for 296,000 ha ofrice field (2 planting seasons) that contributes ± 40 % to West Java or about ± 10 % ofnational production; fresh water for community and industry; as well as electricity of about 4.5 billion kWh. After the application of weather modification technology by employing system and environment concept, it was recorded that the average inflow of Citarum catchment area was 326.81 m /sec and total volume during the activity was 847.1million m3.
ANALISIS HUJAN DENGAN BOUNDARY LAYER RADAR Findy Renggono
Jurnal Sains & Teknologi Modifikasi Cuaca Vol. 3 No. 1 (2002): June 2002
Publisher : BPPT

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.29122/jstmc.v3i1.2156

Abstract

Boundary Layer Radar (BLR) merupakan sebuah L-band Doppler radar. BLR yang terletak di Serpong, merupakan program kerjasama pengamatan antara RASC Kyoto University, Jepang, BPPT dan LAPAN. Pada dasarnya BLR digunakan untuk mengamati dinamika atmosfir pada kondisi udara cerah dari permukaan sampai ketinggian 3 km. Pada tulisan ini akan ditunjukkan bahwa BLR dapat juga digunakan untuk mengamati hujan.Boundary Layer Radar is an L-band Doppler radar. BLR that located at Serpong, Indonesia (6°S, 107°E) is a collaborative program between RASC, Kyoto University, Japan, BPPT and LAPAN. Although this radar is basically designed to measure winds in clear-air. This study, however, shows that BLR can also be used to detect the rain drops.
ANALISIS KARAKTERISTIK HUJAN DENGAN DISDROMETER Findy Renggono
Jurnal Sains & Teknologi Modifikasi Cuaca Vol. 3 No. 2 (2002): December 2002
Publisher : BPPT

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.29122/jstmc.v3i2.2172

Abstract

Penelitian dengan menggunakan disdrometer untuk mengamati karakteristik hujan diwilayah Bukittinggi telah dilakukan pada bulan Agustus 2001 sampai dengan November2001. Perbandingan hasil pengukuran curah hujan dengan penakar hujan dan distribusibutir hujan menunjukkan korelasi yang kuat. Dalam penelitian ini, distribusi butir hujan dianalisis berdasarkan jenis awan hasil analisis boundary layer radar yang ada dilokasiyang sama. Perbedaan distribusi butir hujan terlihat dengan jelas antara hujan yangterjadi dari awan convective dan awan stratiform.Study on rainfall characteristic in Bukitttinggi using disdrometer has been done duringrainy season 2001. Comparison of rain gauge measurement and disdrometer is wellassociated. In this research, dropsize distribution has also been analized based on cloudtype which is analyzed by using boundary layer radar. The difference between drop sizedistribution of each cloud type can easily be seen, especially between stratiform type andconvective type of cloud.
POLA SEBARAN HUJAN DI DAS LARONA Findy Renggono
Jurnal Sains & Teknologi Modifikasi Cuaca Vol. 12 No. 1 (2011): June 2011
Publisher : BPPT

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.29122/jstmc.v12i1.2186

Abstract

Teknologi modifikasi cuaca dengan cara penyemaian awan sering dilakukan di DASLarona, guna memenuhi kebutuhan air bagi pembangkit tenaga listrik di wilayahtersebut. Informasi mengenai pola distribusi awan hujan di dalam DAS sangat pentingdalam menentukan strategi penyemaian awan. Pengamatan dengan menggunakanradar cuaca menunjukkan pola distribusi awan di wilayah tersebut mengikuti kondisisinoptik. Akan tetapi pada saat sinoptik lemah, pengaruh local juga sangat dominant.Topografi yang berbukit-bukit dan tiga buah danau yang cukup luas dan dalam jugamemberikan pengaruh yang besar pada pertumbuhan awan di dalam DAS.Weather modification technology by means of cloud seeding is often done in the Laronawatershed, in order to meet the water needs for electric power generation in the region.Information on the distribution pattern of rain clouds in the watershed is very importantin determining the strategy of cloud seeding. Observations using the weather radarshowed the distribution pattern of clouds in the region following the synoptic conditions.But during weak synoptic condition, local effect is also dominant as it has deep and widelakes inside the watershed.
MENGINTIP KONDISI CUACA PENYEBAB BANJIR BESAR DI DKI JAKARTA TANGGAL 25 OKTOBER 2010 Mimin Karmini; Findy Renggono
Jurnal Sains & Teknologi Modifikasi Cuaca Vol. 12 No. 2 (2011): December 2011
Publisher : BPPT

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.29122/jstmc.v12i2.2189

Abstract

DKI Jakarta dikejutkan dengan hujan deras pada jam 16:00 WIB. Genangan airlangsung terjadi akibat derasnya hujan. Hujan berlangsung sampai sekitar jam 20:00WIB. Dari data AWS di Jatiwaringin, curah hujan tertinggi sebesar 230 mm tercatatpada jam 16:00 WIB. Curah hujan sampai jam 19:00 WIB tercatat sebesar 650.60 mmatau intensitas 216.87 mm/jam untuk periode jam 16:00 s.d. 19:00 WIB. Beberapaindeks stabilitas, yang dihitung dari data rawinsonde jam 07:00 WIB, menunjukanpotensi terjadinya aktivitas konvektif yang bisa menghasilkan hujan deras. Beberapaindeks stabilitas yang menunjukan potensi terjadinya proses konvektif kuat adalah: LI(Lifted Index) = - 06; SI (Showalter Index) = - 0.7; K Index = 36.7; TT (Total Totals) =43.9. Kejadian hujan paling deras di kawasan barat DKI Jakarta sampai Tangerang.Genangan air hampir merata di DKI Jakarta dan Tangerang dengan ketinggian yangbervariasi antara 20 cm – 100 cm.Jakarta was struck by torrential rain at 16:00 pm. Standing water caused by heavy rainoccured immediately. The rain lasted until around 20:00 pm. From the AWS measurement at Jatiwaringin, highest rainfall of 230 mm was recorded at 16:00 pm. Rainfall amount until 19:00 pm was recorded of about 650.60 mm, in other words rainfall intensity was about 216.87 mm/hour for the period of 16:00 – 19:00 pm. Some stability indices, which is calculated from rawinsonde at 07:00 am showed the potential for convective activity which could produce heavy rain. Some stability indices that show strong potential for convective process are: LI (Lifted Index) = - 06; SI (Showalter Index) = - 0.7; K Index = 36.7; TT (Total Totals) = 43.9. The heaviest rainfall occured in the western region of Jakarta until Tangerang. Stagnant water is almost evenly in Jakarta and Tangerang with varying heights between 20 cm - 100 cm.
PENGARUH ENSO TERHADAP POLA ANGIN DAN CURAH HUJAN DI DAS LARONA, SULAWESI SELATAN Findy Renggono
Jurnal Sains & Teknologi Modifikasi Cuaca Vol. 12 No. 2 (2011): December 2011
Publisher : BPPT

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.29122/jstmc.v12i2.2192

Abstract

Ketersediaan air di danau-danau yang berada di DAS Larona sangat penting karenaair yang mengalir keluar dari danau digunakan untuk menggerakkan turbin pembangkitlistrik. Kajian pola cuaca dan iklim di wilayah ini sangat dibutuhkan untuk mengetahuiwaktu yang tepat dalam melakukan tindakan antisipasi kekurangan air, termasuk mengadakan kegiatan teknologi modifikasi cuaca untuk menambah curah hujan. Hasilanalisis dengan data angin permukaan NCEP menunjukkan bahwa pola pergerakanangin di wilayah ini dipengaruhi oleh kondisi ENSO. Pada saat El Nino Angin Timuranbertambah kuat, dan angin dari selatan melemah. Curah hujan pada saat El Nino dapatberkurang sampai 22% dari normalnya, namun pada saat La Nina dapat bertambahsebesar 50%.Water availability in Larona watershed is very important as it is used to drive turbinesof Hydro electric power. Study of weather and climate patterns is needed to anticipatedwater shortages, as well as to conduct the weather modification technology for rainenhancement. NCEP surface wind data analysis indicate that the pattern of windmovement in the region is affected by ENSO. During El Nino, easterly wind is gettingstronger, and the southerly wind is weaker. during El Nino rainfall reduced to 22% ofnormal, but during La Nina it increased by 50%.
THE USE OF WRF MODEL TO SUPPORT CLOUD SEEDING OPERATION: A STUDY IN THE CITARUM CATCHMENT AREA Mahally Kudsy; Ridwan Ridwan; Findy Renggono; Faisal Sunarto
Jurnal Sains & Teknologi Modifikasi Cuaca Vol. 13 No. 1 (2012): June 2012
Publisher : BPPT

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.29122/jstmc.v13i1.2203

Abstract

This paper presents about the use of WRF modelling to assist weather analysis for cloud seeding operation in the Citarum Catchment Area, West Java, Indonesia. In this study, WRF parameterization was carried out . The parameterized values were used to forecast precipitation during cloud seeding operation. To study the effect of variational run, WRF 3DVAR was run using GDAS data set and doppler weather radar data. The result of this study shows that precipitation can be better predicted by ingesting radar data into 3DVAR run.Makalah ini menyajikan tentang penggunaan pemodelan dengan WRF untuk membantu analisis cuaca yang dipakai dalam operasi penyemaian awan di DAS Citarum, Jawa Barat, Indonesia. Dalam kajian ini telah dilakukan parameterisasi WRF, kemudian nilaiparameter yang diperoleh dipakai untuk mendapatkan prakiraan presipitasi selama operasi penyemaian awan. Untuk mempelajari pengaruh dari run variasional, WRF 3DVAR dijalankan dengan menggunakan data GDAS dan data radar doppler. Hasil dari studi ini menunjukkan bahwa prakiraan presipitasi yang lebih baik dapat diperoleh dengan mengasimilasikan data radar ke dalam run 3DVAR.
ANALISIS ANGIN DANAU DI DAS LARONA, SULAWESI SELATAN Findy Renggono
Jurnal Sains & Teknologi Modifikasi Cuaca Vol. 13 No. 1 (2012): June 2012
Publisher : BPPT

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.29122/jstmc.v13i1.2205

Abstract

Karakteristik cuaca di DAS Larona sangat penting untuk diketahui karena terkait dengan ketersediaan air danau sebagai sumber utama penggerak turbin pembangkit listrik di wilayah tersebut. Keberadaan tiga danau yang berada di dalam DAS sangat memengaruhi kondisi cuaca lokal. Data permukaan tahun 2009-2010 dari 9 lokasi di sekitar danau digunakan untuk melihat kemunculan angin danau. Hasil analisis menunjukkan adanya perubahan arah angin pada siang hari di lokasi- okasi yang terletak dekat dengan tepi danau. Kejadian hujan yang muncul pun berkorelasi dengan angin yang berhembus dari arah danau.Study of climate characteristic around Larona watershed is very important as it is associated with water availability on the lakes which is used to drive turbines of Hydro electric power. The three large lakes inside the watershed are a great contributor for affecting local climate. Surface data from nine locations near the lakes were  nalyzed to reveal the existence of lake-land wind. The result shows that the effects of lakeland breeze were found on the location near the lake beach. The lake-land breeze occurrence was also correlated with rain fall over the area.
ANALISIS AWAN HUJAN PADA SAAT BANJIR DKI DENGAN C-BAND RADAR Findy Renggono
Jurnal Sains & Teknologi Modifikasi Cuaca Vol. 14 No. 1 (2013): June 2013
Publisher : BPPT

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.29122/jstmc.v14i1.2682

Abstract

IntisariBanjir besar kembali melanda ibukota Jakarta pada tanggal 17 Januari 2013. Hujan yang deras sejak tanggal 12 Januari 2013 di wilayah Jabodetabek menyebabkan banjir kembali melanda wilayah Jakarta. Banyaknya genangan juga menimbulkan kemacetan yang luar biasa yang kemudian menyebabkan lumpuhnya aktifitas ekonomi. Banjir ini disebut-sebut sebagai yang terburuk setelah banjir tahun 2007. BMKG melaporkan bahwa hujan ekstrim terjadi pada tanggal 17 dan 18 Januari, dan hal ini juga terpantau oleh TRMM yang mencatat bahwa hujan terjadi terus-menerus dengan curah hujan yang tinggi sejak tanggal 12. Analisis data radar menunjukkan bahwa pada tanggal 17, hampir seluruh wilayah Jakarta ditutupi oleh awan hujan yang tebal.   Awan-awan hujan yang muncul mencapai ketinggian lebih dari 7 km dan masuk ke Jakarta dari arah Barat Laut. Pada tanggal 17, hampir seluruh awan hujan yang muncul mempunyai ketebalan lebih dari 7 km.  AbstractHeavy flood has been hit Jakarta on January 17 , 2013. Heavy rains from January 12, 2013 in the Greater Jakarta area causing floods, which is said as the worst since 2007. BMKG reported that extreme rainfall occurred on 17 and 18 January, and it is also observed by TRMM which noted that rain occurs continuously with high rainfall since the Jan 12th. Radar data analysis showed that on the 17th, almost the entire area of Jakarta covered by thick towering precipitation clouds. These clouds appeared more than 7km height and move Westward - Northwestward . On the 17th, almost all the rain clouds that appear to have a thickness of more than 7km . Â