Claim Missing Document
Check
Articles

Found 10 Documents
Search

ANALISIS RISIKO KEBAKARAN HUTAN DAN LAHAN DI TAMAN NASIONAL RAWA AOPA WATUMOHAI DENGAN PEMANFAATAN PEMODELAN SPASIAL Sugiarto, Dwi Putro; Gandasasmita, Komarsa; Syaufina, Lailan
MAJALAH ILMIAH GLOBE Vol 15, No 1 (2013)
Publisher : Badan Informasi Geospasial

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (952.362 KB) | DOI: 10.24895/MIG.2013.15-1.74

Abstract

ABSTRAKTaman Nasional Rawa Aopa Watumohai (TNRAW) merupakan salah satu kawasan konservasi terpenting diIndonesia. Kawasan ini dihuni oleh spesies-spesies endemik Kawasan Wallacea dan memiliki sebaran rawa gambuttopogen cukup luas yang masih tersisa, dimana kondisi ini cukup langka untuk Pulau Sulawesi. Kawasan ini sejaktahun 2011 telah berstatus sebagai Situs RAMSAR, yaitu situs yang berdasarkan pada Konvensi RAMSARmewajibkan Indonesia sebagai negara anggota untuk mengelola lahan basah penting internasional di dalam cakupanwilayahnya secara bijaksana dan berkelanjutan. TNRAW juga berperan penting dalam perlindungan dan pengawetankeanekaragaman hayati, penyedia jasa lingkungan dan menjaga sistem penyangga kehidupan. Kawasan tersebutsaat ini sedang mengalami beberapa gangguan yang berpotensi mengurangi berbagai fungsinya seperti perambahan,pembalakan, perburuan liar dan kebakaran. Tujuan dari penelitian ini adalah (1) menganalisis variabel-variabel yangberpengaruh terhadap kerawanan kebakaran hutan dan lahan di wilayah studi, (2) memetakan risiko kebakaran hutandan lahan di TNRAW dan desa-desa sekitarnya. Berdasarkan hasil pengujian terhadap masing-masing 14 variabelyang berpengaruh terhadap kebakaran, diketahui bahwa variabel tunggal yang paling berpengaruh terhadapkebakaran di wilayah studi adalah tipe penutupan lahan (R2 = 31%), dimana kelas yang paling rawan adalahpenutupan lahan savana. Model komposit terbaik disusun oleh 8 variabel membentuk model polinomial dengan nilaikoefisien determinasi 65 %. Prioritas pengendalian kebakaran hutan dan lahan perlu dilakukan pada zona inti danzona rimba dengan risiko tinggi (0,34 %) dan risiko sedang (10,30 %) khususnya pada area-area di sekitar GunungWatumohai.Kata Kunci: Taman Nasional Rawa Aopa Watumohai, Model Spasial, Kerawanan Kebakaran.ABSTRACTRawa Aopa Watumohai National Park (TNRAW) is one among the most important conservation areas in Indonesia.This area preserves endemic species in Wallacea region and the only main topogeneouse peat swamp at SulawesiIsland. The area has been designated as RAMSAR Site in 2011. According to the International Convention ofRAMSAR, Indonesia has an obligation to manage the wetland areas wisely in sustainable manner since the areas areconsidered to be internationally important. This national park plays important roles in protecting and preservingbiodiversity, providing environmental services, and supporting life system in surrounding area. Unfortunately, TNRAWhas been disturbed by several threats such as encroachment, illegal logging, illegal hunting and wildfire that couldpotentially degrade the forest’s functions. The objectives of this study were (1) to analyze the appropriate variablesthat influence the vulnerability of forest fires in the study areas, and (2) to develop a fire risk mapping in TNRAW andits surrounding areas. Based on the CMA analysis of the 14 variables associated with biophysical and humanactivities, the most influential variable in the spatial model was individual land cover type (with R2 = 31%) where thehighest one was on the class of savanna. The best composite model derived from CMA method adopted eightvariables with determination coefficient of 65% and formed a polynomial model. The priority of the forest firesmanagement needed to be focused at the core zone and the buffer zone which were grouped to be high risk area(0.34 %) and middle risk area of forest fire (10.30 %), especially at the surrounding of Watumohai Mountains whichhad high vulnerability for wildfires.Keywords: Rawa Aopa Watumohai National Park, Spatial Model, Wildfire Vulnerability.
ARAHAN PEMANFAATAN LAHAN UNTUK UPAYA MENGURANGI BAHAYA LONGSOR DI KABUPATEN AGAM DAN KABUPATEN PADANG PARIAMAN, SUMATERA BARAT Pramita, Viona; Gandasasmita, Komarsa; Munibah, Khursatul
MAJALAH ILMIAH GLOBE Vol 16, No 2 (2014)
Publisher : Badan Informasi Geospasial

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (847.983 KB) | DOI: 10.24895/MIG.2014.16-2.60

Abstract

ABSTRAKSumatera Barat merupakan salah satu dari deretan daerah aktif tektonik dan vulkanik yang terletak pada pertemuan Lempeng Indo-Australia dan Lempeng Eurasia, pergerakan lempeng tersebut memicu banyaknya bencana alam, salah satunya adalah longsor. Kabupaten Agam dan Padang Pariaman merupakan wilayah di Sumatera yang sering mengalami longsor. Kabupaten Agam dan Kabupten Padang Pariaman sering mengalami beberapa kejadian bencana tanah longsor yang mengakibatkan korban jiwa, kerugian, dan kerusakan fasilitas. Metode analisis yang digunakan meliputi analisis spasial, analisis atribut, dan analisis deskriptif, memanfaatkan Sistem Informasi Geografis (SIG) yang menggunakan metode pendugaan Puslittanak yang dikeluarkan pada tahun 2004, skor dan bobot untuk setiap parameter selanjutnya diklasifikasikan ke dalam 5 kelas, yaitu kelas sangat rendah sampai sangat tinggi. Semakin tinggi skor dan bobot, maka pengaruhnya akan semakin tinggi terhadap longsor, dan sebaliknya. Hasil penelitian menunjukkan Kabupaten Agam dan Padang Pariaman memiliki kelas bahaya longsor cukup variatif, mulai dari kelas bahaya longsor rendah sampai dengan sangat tinggi, dengan persentase terbesar berada pada kelas bahaya sedang ±114.387,58 ha atau 31,85% dari luas keseluruhan wilayahnya (±359.036,35 ha). Kata Kunci: longsor, SIG, Agam, Padang Pariaman, skorABSTRACTWest Sumatra is amongst tectonically and volcanically active area, located at the interface of Indo-Australia and Eurasia plates. The movement of plates triggers many natural disasters, one of them is landslides. The regency of Agam and Padang Pariaman are amongst the area susceptible to landslides in Sumatra, causing the loss of lives, the loss of material and facility damages. The method used includes spatial analysis, attribute analysis and descriptive analysis using Geographic Information System (GIS) with the data from Puslittanak in which the scores and weights for each parameter were classified into 5 classes indicating the lowest until the highest values. The highest scores and weights indicated the greater impact of landslide, and vice versa. The results showed that the regency of Agam and Padang Pariaman had: (1) varying hazard classes, starting from the lowest until the highest class, with greater percentage on the intermediate class, that is ±114,387.58 ha or 31.85% from the total area (±359,036.35 ha); Keywords: landslide, GIS, Agam,Padang Pariaman, score
METODE EXTRAPOLASI SEBAGAI ALTERNATIF METODE EVALUASI LAHAN UNTUK IDENTIFIKASI LAHAN SAWAH Purnomo, Djoko; Gandasasmita, Komarsa; Sutandi, Atang
MAJALAH ILMIAH GLOBE Vol 15, No 2 (2013)
Publisher : Badan Informasi Geospasial

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (259.871 KB) | DOI: 10.24895/MIG.2013.15-2.85

Abstract

Kendala terbesar kegiatan evaluasi lahan di Indonesia adalah ketersediaan dan kelengkapan data sumberdaya lahan skala semi detil maupun detil. Meskipun data sumberdaya lahan pada skala tersebut tersedia namun data mengenai sifatkimia dan biologi tanah seringkali tidak lengkap. Untuk mengantisipasi permasalahan tersebut, penelitian ini bertujuan untuk mengkaji penerapan metode evaluasi lahan alternatif untuk identifikasi lahan sawah, yaitu metode ekstrapolasi. Metode ekstrapolasi dimulai dari identifikasi karakteristik lahan yang mencirikan keberadaan lahan sawah, penentuan kelas dan skor karakteristik lahan penciri menurut tingkat kecocokan lahan sawah, identifikasi nilai skor total berikut klasifikasi tingkat kecocokan lahan sawah akhir yang terjadi di lahan sawah, dan ekstrapolasi spasial tingkat kecocokan lahan sawah akhir ke seluruh area kajian. Hasil penelitian menunjukkan bahwa karakteristik lahan yang mencirikan keberadaan lahan sawah adalah kemiringan lereng, curah hujan, jarak dari jalan, dan jarak dari sumber air. Perbandingan metode ekstrapolasi dengan metode evaluasi kesesuaian lahan maupun evaluasi kemampuan lahan menunjukkan bahwa metode ekstrapolasi dapat direkomendasikan sebagai metode evaluasi lahan alternatif karena memiliki representasi keberadaan lahan sawah yang paling tinggi, yaitu 97,5 %.Kata Kunci: Evaluasi Lahan, Ekstrapolasi Spasial, Lahan Sawah.ABSTRACTThe main obstacle in land evaluation in Indonesia is the availability and completeness of land resources data, both in semi-detailed and detailed scale. Eventhough land resource data on semi-detailed and detailed scale are obtainable but chemical and biological soil properties data is often incomplete.To anticipate such problems, this research aimed to review the application of alternative land evaluation method for paddy field identification, which is called extrapolation method. The extrapolation method started from the identification of land  characteristics that could indicate the presence of paddy field, fortitude class and score of identifier land characteristics according to the paddy field suitability, identified total score and paddy field suitability level that occured in paddy field, and extrapolated paddy field suitability level spatially throughout the study area. The results showed that the land characteristics that could be used as identifier characteristic were; slope, rainfall, distance from the road, and distance from the water source. Comparison extrapolation method with land suitability evaluation and land capability evaluation method showed that extrapolation method could be recommended as an alternative method for land evaluation because it had the highest paddy field representation, which was 97.5%.Keywords: Land Evaluation, Spatial Extrapolation, Paddy Field.
MODEL SPASIAL BAHAYA LAHAN KRITIS DI KABUPATEN BOGOR, CIANJUR DAN SUKABUMI Kubangun, Siti Hadjar; Haridjaja, Oteng; Gandasasmita, Komarsa
MAJALAH ILMIAH GLOBE Vol 16, No 2 (2014)
Publisher : Badan Informasi Geospasial

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (907.909 KB) | DOI: 10.24895/MIG.2014.16-2.61

Abstract

ABSTRAKPemanfaatan lahan yang melampaui kemampuan lahannya dapat mengakibatkan kelestarian sumber daya lahan menjadi terancam. Keadaan inilah yang mengakibatkan lahan mengalami proses degradasi dengan cepat, yang jika dibiarkan maka lahan-lahan tersebut akan menjadi kritis. Pengumpulan data dan informasi dalam mengidentifikasi bahaya lahan kritis dapat dilakukan dengan pembaharuan model berdasarkan teknik penginderaan jauh dan sistem informasi geografis. Sebagai salah satu cara untuk mendukung penanganan lahan kritis, maka penelitian ini bertujuan untuk menyusun parameter spasial penentu kekritisan lahan dengan skala semi-detail, sebagai model untuk mengidentifikasi kekritisan lahan. Model spasial dibangun dengan menganalisis indeks penggunaan lahan terhadap kemampuan lahan, bahaya erosi dan kerapatan vegetasi. Hasil identifikasi menunjukkan bahwa terdapat 892,57 km2 (9%) lahan tidak kritis; 3.220,45 km2 (31%) lahan agak kritis; 4.307,77 km2 (41%) kritis sedang; 1.774,77 km2 (17%) lahan kritis I; dan 214,84 km2 (2%) lahan sangat kritis yang terdapat di lokasi penelitian. Lahan kritis kerap dihubungkan dengan intervensi pengguna atas lahan. Pemanfaatan lahan yang sesuai dengan kemampuan lahan dan dengan mengikuti kaidah konservasi tanah dan air, serta peran pemerintah dengan mengkonservasi daerah hulu diharapkan dapat meminimalisasi bahaya yang ditimbulkan oleh lahan kritis.Kata Kunci: model spasial, semi detail, bahaya lahan kritis, mitigasiABSTRACTLanduse that has outstripped its ability can result in threats to the sustainability of soil resources. This condition can lead to degraded rapidly, which if left unchecked will become critical. Designation of critical land hazard obtained from updating the model is based on remote sensing techniques and geographic information systems. As one way to underpin the management of critical areas, this research aimed to get a spatial parameter as a decisive causal factor of soil with a semi-detailed scale, as a good example to identify the criticality of land. The spatial model made by analyzing an index of land use on land capability, vegetation density, and erosion. The identification results showed that there were 892.57 km2 (9%) of land area is not critical; 3,220.45 km2 (31%) is rather critical; 4,307.77 km2 (41%) were critical; 1,774.77 km2 (17%) critical; and 214.84 km2 (2%) are very critical.Critical land, often associated with user intervention on the land.Land use that follows the land capability, and follow the rules of land conservation as well as the governments role in conservation of water catchment areas are expected to minimize the vulnerability of the critical land area.Keywords: spatial models, semi detail, critical land hazard, mitigation
MODEL SPASIAL GENANGAN BANJIR: STUDI KASUS WILAYAH SUNGAI MANGOTTONG, KABUPATEN SINJAI, PROVINSI SULAWESI SELATAN Seniarwan, Seniarwan; Baskoro, DP Tejo; Baskoro, DP Tejo; Gandasasmita, Komarsa; Gandasasmita, Komarsa
MAJALAH ILMIAH GLOBE Vol 15, No 1 (2013)
Publisher : Badan Informasi Geospasial

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (1193.232 KB) | DOI: 10.24895/MIG.2013.15-1.73

Abstract

ABSTRAKBanjir merupakan salah satu bencana yang sering terjadi di Indonesia dan disebabkan oleh curah hujan yangtinggi. Sinjai merupakan salah satu kabupaten di Provinsi Sulawesi Selatan yang pernah dilanda banjir. Bencanabanjir yang terjadi pada tahun 2006 menimbulkan banyak kerugian dan korban jiwa, khususnya di ibukota kabupatenakibat meluapnya Sungai Mangottong. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis dan mensimulasikan model spasialgenangan di wilayah Sungai Mangottong berdasarkan data DEM dan volume banjir. Data DEM dibuat denganmenggabungkan DEM SRTM 30 m dan DEM hasil interpolasi titik tinggi dari berbagai sumber data, sedangkanvolume banjir diperoleh dari perhitungan volume kurva hidrograf sintetis debit banjir. Model ini menggunakan algoritmaaproksimasi untuk menganalisis ketinggian genangan berdasarkan perbandingan antara volume air daerah yangtergenang dan volume air sebagai sumber banjir. Hasil validasi model genangan menunjukkan akurasi yang cukupakurat untuk kedalaman genangan dari hasil simulasi model tahun 2006 dengan nilai R2 yaitu 0,72 dan luas daerahyang tergenang yaitu 903,92 ha. Luas daerah yang tergenang untuk hasil simulasi model periode ulang 25, 50, dan100 tahun masing-masing yaitu 903,36 ha, 934,36 ha, dan 961,20 ha.Kata Kunci: Model Spasial, DEM, Validasi Model, Volume Banjir.ABSTRACTFlood is one of natural disasters that often occur in Indonesia due to high rainfall. Sinjai is one of the regencies inSouth Sulawesi Province which had been experienced of severe floods. Flood that occurred in 2006 caused manylosses and victims, especially in the capital city of the district due to the overflow of Mangottong River. The objectivesof the research were to analyze and simulate spatial modeling of flood inundation of Mangottong River area based onDEM and flood volume data. The DEM data were created by combining DEM SRTM 30 m and DEM from interpolationresults of height points from varied data sources. Meanwhile, the flood volume data were obtained from the calculationof curve of hydrograph of synthetic flood discharge volume. This model used approximation algorithm to analyzeinundation height based on the comparison between water volume in inundated area and flood source area.Inundation model validation results showed a fairly good accuracy for the flood depth in 2006 simulation with the valueof R2 was 0.72 and the total inundated area was 903.92 hectars. The inundated area for simulation model results forperiod of the 25th, 50th, and 100th year were 903.36 hectars, 934.36 hectars, and 961.20 hectars, respectively.Keywords: Spatial Modelling, DEM, Model Validation, Flood Volume.
MODEL SPASIAL GENANGAN BANJIR: STUDI KASUS WILAYAH SUNGAI MANGOTTONG, KABUPATEN SINJAI, PROVINSI SULAWESI SELATAN Seniarwan, Seniarwan; Baskoro, DP Tejo; Baskoro, DP Tejo; Gandasasmita, Komarsa; Gandasasmita, Komarsa
MAJALAH ILMIAH GLOBE Vol 15, No 1 (2013)
Publisher : Badan Informasi Geospasial

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (1193.232 KB) | DOI: 10.24895/MIG.2013.15-1.73

Abstract

ABSTRAKBanjir merupakan salah satu bencana yang sering terjadi di Indonesia dan disebabkan oleh curah hujan yangtinggi. Sinjai merupakan salah satu kabupaten di Provinsi Sulawesi Selatan yang pernah dilanda banjir. Bencanabanjir yang terjadi pada tahun 2006 menimbulkan banyak kerugian dan korban jiwa, khususnya di ibukota kabupatenakibat meluapnya Sungai Mangottong. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis dan mensimulasikan model spasialgenangan di wilayah Sungai Mangottong berdasarkan data DEM dan volume banjir. Data DEM dibuat denganmenggabungkan DEM SRTM 30 m dan DEM hasil interpolasi titik tinggi dari berbagai sumber data, sedangkanvolume banjir diperoleh dari perhitungan volume kurva hidrograf sintetis debit banjir. Model ini menggunakan algoritmaaproksimasi untuk menganalisis ketinggian genangan berdasarkan perbandingan antara volume air daerah yangtergenang dan volume air sebagai sumber banjir. Hasil validasi model genangan menunjukkan akurasi yang cukupakurat untuk kedalaman genangan dari hasil simulasi model tahun 2006 dengan nilai R2 yaitu 0,72 dan luas daerahyang tergenang yaitu 903,92 ha. Luas daerah yang tergenang untuk hasil simulasi model periode ulang 25, 50, dan100 tahun masing-masing yaitu 903,36 ha, 934,36 ha, dan 961,20 ha.Kata Kunci: Model Spasial, DEM, Validasi Model, Volume Banjir.ABSTRACTFlood is one of natural disasters that often occur in Indonesia due to high rainfall. Sinjai is one of the regencies inSouth Sulawesi Province which had been experienced of severe floods. Flood that occurred in 2006 caused manylosses and victims, especially in the capital city of the district due to the overflow of Mangottong River. The objectivesof the research were to analyze and simulate spatial modeling of flood inundation of Mangottong River area based onDEM and flood volume data. The DEM data were created by combining DEM SRTM 30 m and DEM from interpolationresults of height points from varied data sources. Meanwhile, the flood volume data were obtained from the calculationof curve of hydrograph of synthetic flood discharge volume. This model used approximation algorithm to analyzeinundation height based on the comparison between water volume in inundated area and flood source area.Inundation model validation results showed a fairly good accuracy for the flood depth in 2006 simulation with the valueof R2 was 0.72 and the total inundated area was 903.92 hectars. The inundated area for simulation model results forperiod of the 25th, 50th, and 100th year were 903.36 hectars, 934.36 hectars, and 961.20 hectars, respectively.Keywords: Spatial Modelling, DEM, Model Validation, Flood Volume.
STRATEGI PENGEMBANGAN KAWASAN PERIKANAN BUDIDAYA DI KABUPATEN LAMPUNG TIMUR Ambasari, Lia; Gandasasmita, Komarsa; Sudadi, Untung
MAJALAH ILMIAH GLOBE Vol 15, No 2 (2013)
Publisher : Badan Informasi Geospasial

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (277.358 KB) | DOI: 10.24895/MIG.2013.15-2.83

Abstract

Kabupaten Lampung Timur ditetapkan sebagai kawasan minapolitan pada Tahun 2010 sehingga merancang strategi pengembangan perikanan budidaya menjadi hal yang penting. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menganalisis komoditas unggulan, kesesuaian lahan, memetakan arahan pengembangan perikanan budidaya dan merancang strategi pengembangan perikanan budidaya di Kabupaten Lampung Timur. Hasil analisis menunjukkan bahwa rumput laut, kerang hijau, udang vaname, udang windu, ikan bandeng, ikan nila, ikan patin dan ikan gurame merupakan komoditas unggulan budidaya di Kabupaten Lampung Timur. Kesesuaian lahan untuk budidaya perikanan di Kabupaten Lampung Timur sebagian besar memiliki kriteria sangat sesuai (S1) dan sesuai (S2). Pengembangan budidaya laut diarahkan pada wilayah laut sepanjang pantai Kabupaten Lampung Timur seluas 38.871 ha, sedangkan untuk pengembangan budidaya air payau diarahkan di dua kecamatan yaitu Labuhan Maringgai dan Pasir Sakti. Pengembangan budidaya air tawar diarahkan pada lahan seluas 53.304 ha yang tersebar di delapan kecamatan yaitu Kecamatan Bumi Agung, Batanghari, Sekampung, Raman Utara, Purbolinggo, WayBungur, Way Jepara dan Jabung. Strategi yang bisa menjadi alternatif untuk ditempuh adalah meningkatkan kualitas SDM berbasis pengetahuan, meningkatkan kelembagaan pembudidaya, meningkatkan kelembagaan pemasaran danmeningkatkan penyediaan sarana dan prasarana.Kata Kunci: Komoditas Unggulan, Perikanan Budidaya, Kesesuaian Lahan.ABSTRACTLampung Timur Regency appointed as a minapolitan area in 2010 so designing  aquaculture development strategy becomes important. The purpose of this study are to analyze the prime commodities of aquaculture, land suitability, mapping the direction of the development of aquaculture and formulate strategies for developing aquaculture in Lampung Timur regency. The analysis showed that aquaculture prime commodities are seaweed, green mussel, vaname shrimp, black tiger shrimp, milkfish, tilapia, catfish and gurame. Land suitability for aquaculture in LampungTimur regency mostly fall ini highly suitable and suitable criteria. Aquaculture development is directed to marine areas along the coast of Lampung Timur district covering 48,871 ha, while for brackish water aquaculture development is directed at two districts namely Labuhan Maringgai and Pasir Sakti. Freshwater aquaculture development is directed at an area of 53,304 ha of land that spread over 8 districts, those are Bumi Agung District, Batanghari, Sekampung, Raman Utara, Purbolinggo, Way Bungur, Way Jepara, and Jabung. The alternative strategy to improve the human resources quality is development based on knowledge, improvement institutional farmers, marketing institutions and the provision of facilities and infrastructure.Keywords : Prime Commodities, Aquaculture, Land Suitability
ANALISIS DAERAH RAWAN KEBAKARAN HUTAN DAN LAHAN DALAM PENATAAN RUANG DI KOTA PALANGKA RAYA, PROVINSI KALIMANTAN TENGAH Mapilata, Eko; Gandasasmita, Komarsa; Djajakirana, Gunawan
MAJALAH ILMIAH GLOBE Vol 15, No 2 (2013)
Publisher : Badan Informasi Geospasial

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (289.367 KB) | DOI: 10.24895/MIG.2013.15-2.88

Abstract

Di Kota Palangka Raya, kejadian kebakaran hutan dan lahan merupakan kejadian yang hampir terjadi setiap tahun pada musim kemarau. Kondisi ini mengakibatkan kerusakan dan kerugian ekonomi, sosial dan lingkungan yang akan menghambat laju pembangunan dan pengembangan wilayah Kota Palangka Raya. Tujuan utama penelitian ini adalah mengidentifikasi daerah rawan kebakaran hutan dan lahan berdasarkan lokasi kebakaran dan faktor-faktor yang mempengaruhi kebakaran hutan dan lahan. Daerah rawan kebakaran hutan dan lahan digunakan sebagai bahan masukan dan pertimbangan dalam upaya pencegahan kebakaran hutan dan lahan. Berdasarkan analisis regresi logistik, aktivitas manusia merupakan faktor utama yang mempengaruhi kejadian kebakaran hutan dan lahan. Secara spasial aktivitas manusia terdiri atas: jarak dari jalan, tutupan lahan dan kepadatan penduduk. Composite Mapping Analysis (CMA) digunakan untuk memetakan daerah rawan kebakaran hutan dan lahan berdasarkan lokasi kebakaran dan faktor-faktor yang mempengaruhi kebakaran hutan dan lahan. Hasil analisis daerah rawan kebakaran hutan dan lahan menggunakan CMA dengan tiga variabel yang mempengaruhi kebakaran hutan dan lahan menghasilkan akurasi model sebesar 80,00% dengan luas daerah dengan tingkat kerawanan tinggi seluas 33.824 ha. Pada akhirnya, pemanfaatan lahan pada daerah rawan kebakaran hutan dan lahan dengan tingkat kerawanan tinggi memerlukan pengelolaan ruang atau adaptasi teknologi dalam upaya pencegahan kebakaran hutan dan lahan.Kata Kunci: Kebakaran Hutan dan Lahan, Daerah Rawan, Penataan Ruang.ABSTRACTIn the city of Palangka Raya, land and forest fires is an event that occurred almost every year during the dry season. These conditions resulted in damage and economic loss, socially and environmentally that will inhibit the rate of development and regional development in Palangka Raya City. The main objective of this study is to identify land and forest fires hazard zonation based on fire location and the factors that influence the occurrence of land and forest fires. Land and forest fires hazard zonation is used as an input and consideration in land and forest fire prevention. Base on logistic regression analysis, human activites are the main factor that influence the occurrence of land and forest fires. Spatially human activities consisted of distance from the road, land cover and population density.Composite Mapping Analysis (CMA) is use to map the hazard zonation of land and forest fire based on fire location and factors that influence land and forest fires. The results of the analysis of land and forest fire hazard zonation using CMA with three variables that influence land and forest fires produce model accuracy by 80 % with high hazard area covering 33.824 ha. In the final result of the area to be cultivated in land and forest fires hazard zonation with high hazard area requires spatial management or adaptation of technology to make the area as intended in an effort to prevent land and forest fires.Keyword: Land and Forest Fires, Hazard Zonation, Spatial Planning.
ANALISIS KESESUAIAN DAN PERANCANGAN TAPAK KAWASAN SITU PENGASINAN SEBAGAI KAWASAN PARIWISATA KOTA Osly, Prima Jiwa; Gandasasmita, Komarsa
Jurnal Ilmiah Desain & Konstruksi Vol 7, No 2 (2008)
Publisher : Universitas Gunadarma

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Secara signifikan, pariwisata Kota Depok belum berkembang karena variasi dan obyek wisatamasih kurang. Kawasan Situ yang berpotensi menjadi kawasan wisata belum dikembangkanmenjadi obyek wisata. Penelitian ini bertujuan merancang kawasan Situ Pengasinan sebagaikawasan pariwisata kota bernuansa lingkungan. Proses analisis menggunakan teknologi SIG(Sistem Informasi Geografis), software ArcView versi 3.30 dengan cara melakukan overlayintersept. Analisis keruangan menggunakan metode pembobotan dan skoring, yaitu metodekuantifikasi kenampakan setiap obyek pada ruang. Penilaian dibagi menjadi penilaiankesesuaian lokasi (makro kawasan) dan kesesuian zona (mikro kawasan). Ketentuan lokasi danzona akan terlihat melalui akumulasi nilai skor. Hasil analisis menunjukkan bahwa lokasi SituPengasinan layak secara fisik untuk dikembangkan menjadi kawasan wisata. Analisis mikrokawasan membagi kawasan menjadi 3 zona wisata, yaitu zona utama (wisata desa), zonaistirahat dan zona pendukung (wisata air dan belanja). Perancangan tapak pada masing-masingzona sudah memenuhi kebutuhan akan sarana dan prasarana pada zona tersebut. Hasil analisisjuga memberikan arahan pengembangan serta pola investasi dan pengem-bangan kawasan.AbstractTourism in Depok has not yet developed significantly because tourism variety and object are stilllimited. The lake area which is potential to become tourism area has not yet been developed fortourism object. This research intends to plan the lake area called “Pengasinan” as anecologically sound urban tourism area. The analysis used GIS (Geographic Information System)technology, a software Arc View version 3.30 which implements an intercept overlay method.Spatial analysis used weighted and scoring method by which appearance of object in spacequantified. Evaluation is divided into location suitability (macro area) and zone suitability(micro area). Certainty of location and zone can be seen through the accumulation of scoringvalue. Result of analysis reveal that location of “Pengasinan” lake is physically worth to bedeveloped as tourism area. Micro area analysis divides the area into 3 tourism zones, whichconsist of main zone (village view tourism), rest zone and supporting zone (water and shoppingtourism). The site planning at each zone can satisfy the needs for facility and infrastructurethere. The analysis result can also provide development direction as well as investment patternand area development.
PENGEMBANGAN SAPI POTONG BERBASIS SUMBERDAYA LAHAN DAN KELEMBAGAAN DI KABUPATEN GORONTALO Azhar, Muhammad Nur; Gandasasmita, Komarsa; Abdullah, Luki
Jurnal Manajemen Pembangunan Daerah Vol. 6 No. 2 (2014)
Publisher : Program Studi Manajemen Pembangunan Daerah. Fakultas Ekonomi dan Manajemen. IPB University

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (462.992 KB) | DOI: 10.29244/jurnal_mpd.v6i2.25104

Abstract

ABSTRACT National beef consumption continues to increase from year to year, which is characterized by increase the number of requests. This condition is not accompanied by a number of domestic production is unable to meet the needs of national beef. The Government alternative measures of addressing these issues is making import policy. Therefore, the government continues to increase beef production through the national programs and work together with local governments. This study aims to: identify patterns of effective and efficientbeef cattle development, identifying suitability and carrying capacity of the land and to formulate development strategies beef cattle in Gorontalodistrict. The primary data obtained by surveys, direct observation, and interviews (agencies and related institutions) by purposive sampling method. The analytical method used for each objective are: literature review, analysis of Geographic Information Systems (GIS), SWOT analysis and Quantitative Strategic Planning Matrix (QSPM). From the results of the literature review, the development pattern of the area is the effective and efficient development. GIS analysis results show the suitability of the ecological environment of beef cattle reached 178 455 ha (81% of the area of Gorontalo district, the largest potential area for beef cattle development is Asparaga Subdistrict arround 11 232 ha and forage carrying capacity index of the largest fodder is Tolangohula subdistrict arround 39,2. From the SWOT strategy formulation obtained strengthening planning reinforcement development area, strengthening human resources officials and farmers, strengthening institutional breeders,  strengthening inter-agency coordination, strengthening the production infrastructure, accelerating adoption of production technologies, strengtheningmarketing institutional and socialization development of beef cattle. Key words:    Beef cattle, land suitability, beef cattle development strategy, Gorontalo District  ABSTRAK Konsumsi daging sapi nasional terus mengalami peningkatan dari tahun ke tahun yang ditandai dengan peningkatan jumlah permintaan yang meningkat. Kondisi ini tidak dibarengi dengan jumlah produksi dalam negeri yang tidak mampu memenuhi kebutuhan daging sapi nasional. Langkah alternatif pemerintah dalam mengatasi persoalan tersebut dengan membuat kebijakan impor. Oleh karena itu pemerintah terus berupaya meningkatkan produksi daging sapi nasional melalui program-program dan bersinergi dengan pemerintah daerah. Penelitian ini bertujuan untuk: mengindentifikasi pola pengembangan sapi potong yang efektif dan efesien, mengindentifikasi kesesuaian dan daya dukung lahan dan merumuskan strategi pengembangan sapi potong di Kabupaten Gorontalo. Data primer diperoleh dengan survei, pengamatan langsung dan wawancara (instansi dan lembaga terkait) dengan metode purposive sampling. Metode analisis yang digunakan untuk masing-masing tujuan adalah: literatur review, analisis sistem informasi Geografi (SIG), analisis SWOT. Dari hasil literatur review, pengembangan kawasan merupakan pola pengembangan yang efektif dan efesien. Hasil analisis SIG memperlihatkan kesesuaian lingkungan ekologis sapi potong mencapai 178 455 Ha (81% dari luas wilayah Kabupaten Gorontalo, potensi lahan pengembangan sapi potong terbesar yaitu Kecamatan Asparaga sebesar 11 232 ha dan indeks daya dukung hijauan makanan ternak terbesar yaitu Kecamatan Tolangohula sebesar 39,2. Dari perumusan strategi dengan SWOT diperoleh strategi penguatan perencanaan pengembangan kawasan, penguatan SDM aparat dan peternak, penguatan kelembagaan peternak, penguatan koordinasi antar instansi, penguatan sarana dan prasarana produksi, percepatan adopsi teknologi produksi, penguatan kelembagaan pemasaran dan sosialisasi pengembangan sapi potong. Kata kunci : Sapi Potong, Kesesuaian Lahan, Strategi Pengembangan Sapi Potong, Kabupaten Gorontalo