I Nyoman Suparman
STAH Dharma Sentana Sulawesi Tengah

Published : 19 Documents Claim Missing Document
Claim Missing Document
Check
Articles

Found 19 Documents
Search

KAJIAN ESSENSIALISME ATAS PENGGUNAAN BANTEN BURATWANGI LENGEWANGI PADA UPACARA PURNAMATILEM I Nyoman Suparman
Widya Genitri : Jurnal Ilmiah Pendidikan, Agama dan Kebudayaan Hindu Vol 6 No 2 (2015): Widya Genitri
Publisher : STAH Dharma Sentana Sulawesi Tengah

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

PurnamaTilem berganti tiap-tiap 15 hari sekali. Setelah Purnama disebut Pangelong. Dua hari sebelum Tilem disebut Tiga Welas dan sehari sebelum Tilem dinamai Prawani. Setelah Tilem disebut Pananggal, dua hari sebelum Purnama disebut Tiga Welas, dan sehari sebelum Purnama disebut Purwani. Pada hari Purnama mayoga Sang Hyang Wulan (Candra) dan pada hari Tilem mayoga Sang Hyang Surya, jadi pada hari PurnamaTilem adalah hari-hari pasucian Sang Hyang Rwa Bhineda yaitu Sang Hyang Wulan dan Sang Hyang Surya, sebagai manifestasi dari Ida Sang Hyang Widhi Wasa/Tuhan Yang Maha Esa. Makna dari perayaan PurnamaTilem itu adalah memberikan tuntunan kepada umat akan kebesaran Tuhan yang dapat memberikan penerangan pada saat manusia dan dunia dalam keadaan kegelapan sebagaimana halnya matahari dan bulan menerangi bumi memberikan pengetahuan peraturan-peraturan yang baik untuk dapat ditaati, memberikan penerangan pada tiga jagat dengan sempurna dan bagi generasi muda untuk dapat menjadi putra yang baik dan soleh sehingga dapat membahagiakan keluarga dan semua orang.Bentuk banten/canangBuratwangiLengewangi menyerupai Canang Genten yang alasnya dipergunakan Taledan atau ceper yang di buat dari janur yang berbentuk segi empat yang masing-masing berisi Kojong/tangkih.Kojong 1 (satu) berisi Kojong beras dan kunir yang dihaluskan diisi air cendana. Kojong yang ke 2 (dua) berisi menyan malem/madu di campur minyak kelapa. Kojong yang ke 3 (tiga) minyak kelapa dicampur dengan kacang komak, ubi keladi yang digoreng dihaluskan dan dicampur dengan minyak kelapa.Banten Buratwangi Lengewangi memiliki fungsi sebagai berikut 1) berfungsi sebagai Korban suci (Yadnya), 2) berfungsi sebagai pengampunan, 3) berfungsi sebagai peleburan dosa, 4) berfungsi sebagai Penyucian. Dan bahan-bahan yang digunakan dalam pembuatan Banten Buratwangi Lengewangi juga memiliki fungsi tersendiri yang merupakan perwujudan sembah bakti kepada Tuhan yang Maha Esa beserta manifestasi-Nya.Banten Buratwangi Lengewangi juga memiliki makna yang tertuang dalam nilai pendidikan Tatwa dan nilai pendidikan Etika Yadnya yang terdapat pada Banten Buratwangi Lengewangi
PENDIDIKAN KEBERAGAMAAN DALAM UPACARA CARU RSI GANA DI PURA KAWITAN DALEM PENYARIKAN I Nyoman Suparman
Widya Genitri : Jurnal Ilmiah Pendidikan, Agama dan Kebudayaan Hindu Vol 8 No 1 (2017): Widya Genitri : Jurnal Ilmiah Pendidikan, Agama dan Kebudayaan Hindu
Publisher : STAH Dharma Sentana Sulawesi Tengah

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.36417/widyagenitri.v8i1.217

Abstract

Penelitian ini akan mencoba mengungkapkan beberapa permasalahan yakni: (1) Bagaimana Prosesi Upacara caru Rsi Gana di Pura Kawitan Dalem Penyarikan?. (2) Bagaimana Fungsi Upacara caru Rsi Gana di Pura Kawitan Dalem Penyarikan?. (3) Bagaimana Makna Pendidikan Keberagamaan dalam Upacara caru Rsi Gana di Pura Kawitan Dalem Penyarikan?.Tujuan penelitian ini adalah untuk mengkaji proses transpormasi kebudayaan Hindu dari generasi pendahulu kepada generasi penerus. Proses ini diharapkan membawa dampak yang positif bagi kalangan generasi muda Hindu dalam memahami ajaran-ajaran agamanya secara komprehensip yakni dari segi tattwa, Etika, dan Ritual. Selain tujuan di atas, penelitian ini juga diharapkan dapat memberi manfaat kepada masyarakat khususnya Hindu, sebagai pedoman dalam melaksanakan upacara caru Rsi Gana, dan juga sumbangan pengetahuan khususnya pengetahuan yang menyangkut keberagamaan. Ketiga permasalahan yang diungkapkan di atas, akan dikaji dengan menggunakan beberapa teori yang terkait, seperti teori Fungsional Struktural, teori Hermeneutik, teori Religi dan Teori Keberagamaan.Data yang terkumpul dalam penelitian ini, dilakukan melalui beberapa metode, seperti: metode kepustakaan, metode wawancara, metode observasi secara langsung, dan metode dokumentasi. Setelah semua data terkumpul, selanjutnya data tersebut diolah secara kualitatif dan disajikan secara deskriptif yaitu dalam bentuk uraian-uraian yang berupa rangkaian kalimat yang disusun dengan sistematis dan kronologis. Prosesi upacara caru Rsi Gana yang dilakukan oleh masyarakat, pada dasarnya sudah sesuai dengan apa yang termuat dalam beberapa sumber tertulis, seperti buku-buku dan beberapa alih aksara lontar yang berasil peneliti temukan. Namun dari segi sarana upakara atau kelengkapan banten, masih perlu disesuaikan untuk kelengkapannya.Terkait dengan permasalahan fungsi upacara caru Rsi Gana dalam penelitian ini mencakup fungsi penyucian Bhuwana Agung dan Bhuwana Alit. Fungsi penyupatan yakni penyupatan terhadap binatang yang digunakan seperti sarana upakara, fungsi peleburan dosa sebagai akibat dari perbuatan manusia, dan fungsi sebagai korban suci (Yajna). Tentang makna pendidikan keberagamaan dalam upacara caru Rsi Gana seperti pendidikan tentang keyakinan terhadap keberagamaan Ida Sang Hyang Widhi Wasa sebagai pencipta dan penguasa alam semesta beserta seluruh isinya. Dalam pelaksanaannya sudah tentu sarat dengan pengalaman-pengalaman keagamaan, praktek keagamaan, dan yang terpenting adalah pemahaman terhadap pengetahuan keberagamaan tersebut.
KEBERADAAN PURA AIR PANAS DI DESA KASIMBAR BARAT KECAMATAN KASIMBAR KABUPATEN PARIGI MOUTONG I Nyoman Suparman
Widya Genitri : Jurnal Ilmiah Pendidikan, Agama dan Kebudayaan Hindu Vol 8 No 2 (2017): Widya Genitri : Jurnal Ilmiah Pendidikan, Agama dan Kebudayaan Hindu
Publisher : STAH Dharma Sentana Sulawesi Tengah

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.36417/widyagenitri.v8i2.222

Abstract

Rumusan Masalah dalam penelitian ini adalah: (1) Bagaimana sejarah Pura Air Panas Desa Kasimbar Barat Kecamatan Kasimbar Kabupaten Parigi Moutong? (2) Bagaimana fungsi Pura Air Panas Desa Kasimbar Barat Kecamatan Kasimbar Kabupaten Parigi Moutong? (3) Nilai-Nilai pendidikan Agama Hindu apa yang dikembangkan di Pura Air Panas Desa Kasimbar Barat Kecamatan Kasimbar Kabupaten Parigi Moutong?.Tujuan penelitian ini antara lain: (1) Untuk memahami sejarah Pura Air Panas Desa Kasimbar Barat.(2) Untuk mengetahui fungsi Pura Air Panas Desa Kasimbar Barat.(3) Untuk memahami Nilai-Nilai pendidikan Hindu yang dikembangakan di Pura Air Panas Desa Kasimbar Barat. Teori yang digunakan dalam penelitian ini antara lain: (1) Teori Religi (2) Teori Fungsional,dan (3) Teori Nilai.Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini antara lain: Wawancara,Tehnik Observasi, Dokumentasi dan Kepustakaan. Serta data yang telah terkumpul dianalisa mengunakan Tehnik data Deskritif Kualitatif. Hasil penelitian ini:(1) Sejarah Pura Air Panas, Keberadaannya diawali petunjuk secara gaib atau pawisik untuk bisa memelihara mata Air Panas, Fenomena tersebut yang kemudian melatar belakangi terbentuknya Pura Air Panas inilah yang menjadikan keyakinan masyarakat tumbuh semakin kuat untuk lebih meyakini bahwa ada kekuatan Ida Sang Hyang Widhi Wasa dibalik kekuatan manusia yang bila dilanggar maka dapat mengakibatkan kesengsaraan dan akan lebih menuntun masyarakat mencapai kemakmuran dan Keyakinan merupakan modal utama dalam mencapai kebahagiaan. Pura Air Panas Desa Kasimbar memiliki fungsi sebagai: 1. Fungsi Relegius, 2. Fungsi Sosial, 3. Fungsi Pendidikan. Pura ini mengembangkan Nilai-Nilai Pendidikan,yaitu Nilai Pendidikan Tatwa,Nilai Pendidikan Etika ,Nilai Pendidikan Upacara dan Nilai Pendidikan Estetika.
FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERAN GANDA WANITA HINDU DALAM MEMENUHI KEBUTUHAN PENDIDIKAN ANAK I Nyoman Suparman
Widya Genitri : Jurnal Ilmiah Pendidikan, Agama dan Kebudayaan Hindu Vol 9 No 2 (2018): Widya Genitri : Jurnal Ilmiah Pendidikan, Agama dan Kebudayaan Hindu
Publisher : STAH Dharma Sentana Sulawesi Tengah

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.36417/widyagenitri.v9i2.245

Abstract

Peran perempuan adalah peran perempuan sebagai ibu rumah tangga. Karakteristik feminin yang dianugerahkan oleh perempuan sebagai ibu rumah tangga. Atribut feminis yang diberikan pada alam oleh wanita memberinya kemampuan khusus untuk melakukan pengasuhan, pendidikan, kasih sayang, kasih sayang, kesabaran, ketekunan dan kesetiaan.Jadi, secara alami, mereka mengalami guncangan emosional yang dialami pria, tetapi juga secara alami ditakdirkan untuk menerima tugas rumah tangga. Peranannya sangat penting dan semakin kompleks. Waktu ini menambah kesibukan mereka, itu telah meninggalkan rumah dalam waktu mereka dalam mengelola rumah tangga termasuk pendidikan anak-anak mereka yang memainkan tugas di lingkungan keluarga. Dari latar belakang ini, masalah dapat dirumuskan, yaitu (1) Apa faktor peran ganda Hindu bagi perempuan dalam memenuhi kebutuhan pendidikan anak-anak? (2) Apa efek dari faktor peran ganda wanita Hindu terhadap pendidikan anak-anak? Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui peran anak-anak pada wanita. pengaruh faktor peran ganda wanita Hindu pada pendidikan anak-anak. Metode yang digunakan. Metode yang digunakan dalam teknik pengumpulan data, yaitu observasi, wawancara, studi pustaka dan dokumentasi. Hasil penelitian ini meliputi: Jumlah pendapatan keluarga, frekuensi kerja, dan jumlah tanggungan keluarga memiliki pengaruh yang signifikan dan signifikan terhadap peran ganda wanita Hindu dalam memenuhi kebutuhan pendidikan anak-anak. ganda sebagai pedagang yang memiliki tingkat pendidikan 18 karyawan sebagai karyawan Bank (45,00%), sedangkan responden yang memainkan peran ganda adalah 15 anak (37,5%). Serta responden yang berperan ganda sebagai pekerja yang memiliki pendidikan sebagai wirausaha sebanyak 7 orang (17,5%). Secara umum, jika dilihat dari jenis pekerjaan yang dilakukan oleh responden, pedagang, pedagang dan buruh, sebagian besar tingkat pendidikan anak-anak mereka meningkat.
BENTUK, FUNGSI DAN MAKNA TRADISI NGEJOT TUMPENG I Nyoman Suparman
Widya Genitri : Jurnal Ilmiah Pendidikan, Agama dan Kebudayaan Hindu Vol 10 No 2 (2019): Widya Genitri : Jurnal Ilmiah Pendidikan, Agama dan Kebudayaan Hindu
Publisher : STAH Dharma Sentana Sulawesi Tengah

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.36417/widyagenitri.v10i2.276

Abstract

Rumusan masalah sebagai berikut: (1) Bagaimanakahtata cara pelaksanaan tradisi ngejot tumpeng? (2) Bagaimanakah bentuk, fungsi dan makna tradisi ngejot tumpeng? (3) Nilai-nilai pendidikan apakah yang terkandung dalam tradisi ngejot tumpeng? Sedangkan tujuan dari penelitian ini adalah (1) Untuk mengetahui tata cara pelaksanaan tradisi Ngejot tumpeng. (2) Untuk mengetahui bentuk,fungsi dan makna tradisi ngejot tumpeng. (3) Untuk mengetahui nilai-nilai pendidikan Agama Hindu yang terkandung dalam tradisi ngejot tumpeng. Dalam penelitian ini peneliti menggunakan penelitian deskriptif kualitatif, untuk mendapat hasil yang baik peneliti menggunakan empat teori antara lain teori fungsional stuktural, teori simbol,teori makna dan teori nilai, dalam penelitian ini peneliti menggunakan metode observasi, wawancara dan dokumentasi. Penentuan informan pada penelitian ini menggunakan teknik Purpsive Sampling. Adapun hasil penelitian dalamTradisi Ngejot tumpeng adalah melalui tata cara dan pelaksanaanya dengan mengawali persiapan sarana berupa banten tumpeng yang akan dipersembahkan kepada pasangan penganten saat Penampahan Galungan, dan ditatab saat Galungan. Bentuk Fungsi dan maknaTradisi Ngejot Tumpeng adalah pembersihan Bhuana Agungdan Bhuana Alit, member kesuburan pada alam dan member keharmonisan kepada manusia, sebagai wujud rasa terima kasih kehadapan Ida Sang Hyang WidhiWasa. Nilai etika tentang etika sopan santun nilai estetika nilai keindahan bentuk banten dan tata cara pelaksanaanya, nilai kultural tradisi yang dari turun temurun masih di lestarikan.
PENGGUNAAN BANTEN PRAYASCITA DALAM UPACARA DEWA YAJNA DI PURA PENATARAN PED DI DESA TIRTA BUANA Wayan Bagiana; Gede Merthawan; I Nyoman Suparman
Widya Genitri : Jurnal Ilmiah Pendidikan, Agama dan Kebudayaan Hindu Vol 12 No 2 (2021): Widya Genitri: Jurnal Ilmiah Pendidikan, Agama dan Kebudayaan Hindu
Publisher : STAH Dharma Sentana Sulawesi Tengah

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.36417/widyagenitri.v12i2.331

Abstract

Upacara Dewa Yajna adalah pemujaan atau persembahan sebagai perwujudan bhakti kepada Ida Sang Hyang Widhi Wasa (Tuhan Yang Maha Esa) dalam berbagai macam manifestasinya, yang diwujudkan dalam bermacam-macam bentuk upakara. Dengan menggunakan salah satu jenis Banten yaitu Banten Prayascita.Umat Hindu di Desa Tirta Buana selalu menggunakan Banten Prayascita Sari, pada Upacara Dewa Yajna di Pura Penataran Ped. Hasil penelitian menunjukan bahwa penggunaan Banten Prayascita dalam Upacara Dewa Yajna di Pura Penataran Ped di Desa Tirta Buana Kecamatan Dapurang Kabupaten Pasangkayu Provinsi Sulawesi Barat yaitu: digunakan pada saat purnama dan tilem, digunakan untuk memohon tirtha pengelukatan, pembersihan dan pabyakaonan, dan digunakan untuk matur piuning dalam upacara pujawali/piodalan. makna yang terkandung pada Banten Prayascita dalam Upacara Dewa Yajna di Pura Penataran Ped di Desa Tirta Buana Kecamatan Dapurang Kabupaten Pasangkayu Provinsi Sulawesi Barat yaitu : makna religius, makna ritual/upacara, dan makna estetika.
WAYANG LEMAH DALAM UPACARA NGENTEG LINGGIH DI PURA AGUNG PURNASADHA TOLAI Wayan Sutarman; I Nyoman Suparman; Ketut Yasini
Widya Genitri : Jurnal Ilmiah Pendidikan, Agama dan Kebudayaan Hindu Vol 12 No 1 (2021): Widya Genitri: Jurnal Ilmiah Pendidikan, Agama dan Kebudayaan Hindu
Publisher : STAH Dharma Sentana Sulawesi Tengah

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.36417/widyagenitri.v12i2.343

Abstract

Upacara ngenteg linggih memiliki nuansa religius magis karena terkait dengan keyakinan tentang dewa yadnya. Kekhasan inilah yang menjadikan pelaksanaan upacara ngenteg linggih harus dirangkaikan dengan pementasan wayang Lemah.Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah: 1). Fungsi Pementasan Wayang Lemah Dalam Upacara Ngenteg Linggih?. 2). Nilai Pendidikan Agama Hindu Pada Pementasan Wayang Lemah Dalam Upacara Ngenteg Linggih? Penelitian ini memiliki tujuan yaitu: 1). mengetahui fungsi pementasan wayang lemah dalam upacara ngenteg linggih. 2). Untuk mengetahui nilai-nilai pendidikan agama hindu yang terkandung dalam pementasan wayang lemah. Teori yang digunakan untuk membedah permasalahan adalah Teori Struktural fungsional dan Teori Nilai. Penelitian ini menggunakan pendekatan deskriptif kualitatif. Penentuan informan menggunakan teknik purposive sampling. Hasil penelitian: dalam Pementasan Wayang Lemah pada Upacara Ngenteg Linggih Di Pura Purnasada Tolai memiliki fungsi yaitu: (1) Wayang Lemah Sebagai Wali Upacara, (2) Wayang Lemah sebagai balih-balihan (hiburan), (3) Wayang Lemah Sebagai Fungsi Sosial. Nilai Pendidikan Hindu yang terkandung yaitu: pertama nilai pendidikan Tattwa pada proses pelaksanaan, nilai pendidikan Etika, yang meliputi tiga aspek, yaitu aspek pikiran, perkataan, dan perbuatan. Hindu mengajarkan bahwa apa yang dihasilkan oleh pikiran (manacika) harus selalu suci (parisudha), dan wacika parisudha dan nilai pendidikan estetika yaitu unsur keindahan pementasan wayang lemah yang dilaksanakan siang hari.
PEMAHAMAN MASYARAKAT HINDU TENTANG PEMENTASAN TARI REJANG RENTENG PADA UPACARA PIODALAN DI PURA AGUNG LOKA NATHA DESA KENANGAN KABUPATEN PASANGKAYU PROVINSI SULAWESI BARAT I Komang Edi Putra; I Nyoman Suparman; Ketut Yasini
Widya Genitri : Jurnal Ilmiah Pendidikan, Agama dan Kebudayaan Hindu Vol 14 No 1 (2023): Widya Genitri: Jurnal Ilmiah Pendidikan, Agama dan Kebudayaan Hindu
Publisher : STAH Dharma Sentana Sulawesi Tengah

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.36417/widyagenitri.v14i1.424

Abstract

Tujuan penelitian adalah : 1) Untuk mengetahui pemahaman masyarakat Hindu tentang pementasan tari Rejang Renteng pada upacara piodalan di Pura Agung Loka Natha Desa Kenangan Kabupaten Pasangkayu Provinsi Sulawesi Barat. 2) Untuk mengetahui fungsi tari Rejang Renteng pada upacara piodalan di Pura Agung Loka Natha Desa Kenangan Kabupaten Pasangkayu Provinsi Sulawesi Barat. Penelitian menggunakan dua teori yaitu persepsi dan teori fungsional, Penelitian menggunakan metode kualitatif dan penentuan informan dengan purposive sampling. Metode pengumpulan data observasi, wawancara, kepustakaan, dokumentasi, instrumen penelitian, dan teknik analisis data. Hasil penelitian di lapangan menunjukan bahwa: 1) Pemahaman masyarakat Hindu tentang Tari Rejang Renteng di Desa Kenanganadalah: a) Tari Rejang Renteng merupakan tari sakral, b) Tari Rejang Renteng ditarikan oleh ibu-ibu, c) Tari Rejang Renteng dipentaskan di pura saat upacara piodalan. Fungsi tari Rejang Rentengbagi masyarakat Hindu di Desa Kenangan yaitu a)Tari Rejang Renteng berfungsi sebagai Sarana Upacara, b)Tari Rejang Renteng Sebagai fungsi Religius c) Tari Rejang Renteng berfungsi sebagai hiburan.
PERAN ORANG TUA SISWA HINDU SDN 2 TATURA DALAM PEMBELAJARAN DI RUMAH PADA MASA PANDEMI COVID-19 I Kayan Setiawan; Ketut Yasini; I Nyoman Suparman
Widya Genitri : Jurnal Ilmiah Pendidikan, Agama dan Kebudayaan Hindu Vol 12 No 3 (2021): Widya Genitri: Jurnal Ilmiah Pendidikan, Agama dan Kebudayaan Hindu
Publisher : STAH Dharma Sentana Sulawesi Tengah

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.36417/widyagenitri.v12i3.428

Abstract

Pandemi Covid-19 berdampak pada sektor pendidikan sehingga adanya penerapan kebijakan belajar dari rumah, salah satunya adalah Sekolah Dasar Negeri (SDN) 2 Tatura. Penelitian ini mengangkat tiga permasalah yaitu: 1) Peran orang tua dalam pembelajaran dari rumah; 2) Faktor penghambat orang tua dalam pembelajaran dari rumah; 3) Faktor pendukung orang tua dalam pembelajaran dari rumah. Ketiga permasalahan tersebut akan dibedah menggunakan teori peran, teori behavioristik, dan teori fungsionalisme struktural. Hasil penelitian ini adalah: 1) Peran orang tua dalam pembelajaran dari rumah meliput: a. Peran aktif terdiri dari pemberian bimbingan belajar, penghubung antara anak dengan guru, dan sebagai fasilitator; b. Peran partisipatif terdiri dari pemberian fasilitas belajar, memeriksa tugas belajar anak, dan mendampingi anak belajar; c. Peran pasif terdiri dari mengingatkan anak untuk disiplin dan mengingatkan anak untuk menerapkan hidup bersih dan sehat. 2) Faktor penghambat orang tua dalam pembelajaran dari rumah meliputi: a. Orang tua kurang memahami materi; b. Kurangnya minat belajar anak dalam pembelajaran dari rumah. 3) Faktor pendukung orang tua dalam pembelajaran dari rumah meliputi: a. Tingkat pendidikan orang tua yang memadai; b. Materi mudah diakses di google dan youtube; c. Pemberian motivasi belajar kepada anak; d. Tersedianya fasilitas belajar yang memadai.