Claim Missing Document
Check
Articles

Found 5 Documents
Search

Metode Pengakaran Batang Bawah Mawar Bebas Prunus Necrotic Ringspot Virus Secara In Vitro Erniawati Diningsih; Fitri Rahmawati; Yoyo Sulyo; - Darliah
Jurnal Hortikultura Vol 19, No 4 (2009): Desember 2009
Publisher : Indonesian Center for Horticulture Research and Development

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.21082/jhort.v19n4.2009.p%p

Abstract

Metode untuk memproduksi batang bawah mawar bebas virus sudah diperoleh pada penelitiansebelumnya. Untuk mendapatkan bibit bebas virus diperlukan metode pengakaran yang tepat secara in vitro. Pengakaranmerupakan salah satu tahap penting dalam teknik kultur jaringan untuk perbanyakan bibit tanaman secara cepat.Penelitian bertujuan mendapatkan jenis media terbaik untuk pengakaran batang bawah mawar bebas virus. Penelitiandilaksanakan di Laboratorium Virologi dan Kebun Percobaan Balai Penelitian Tanaman Hias, Segunung, Cianjur, JawaBarat (1.100 m dpl), dari bulan Januari sampai Desember 2003. Percobaan menggunakan rancangan acak kelompokpola faktorial dengan 3 ulangan. Faktor pertama adalah 3 kultivar batang bawah mawar bebas virus (Rosa multiflora,Rosa sp. cv. Multic, dan cv. Natal Brior). Faktor kedua adalah 7 komposisi media pengakaran (MS+IBA 0,5 mg/l,MS+IBA 1,0 mg/l, MS+NAA 0,5 mg/l, MS+NAA 1,0 mg/l, MS+IAA 0,5 mg/l, MS+IAA 1,0 mg/l, dan MSO (tanpaZPT)). Hasil penelitian menunjukkan bahwa media pengakaran yang paling baik untuk memproduksi batang bawahmawar bebas virus yaitu dengan komposisi MS+IBA 0,5 mg/ml. Implikasi hasil penelitian ini adalah tersedianyateknologi pengakaran in vitro untuk batang bawah mawarABSTRACT. Diningsih, E., F. Rahmawati, Y. Sulyo, and Darliah. 2009. In Vitro Rooting Method for ProducingFree-Virus Rose Rootstock. The method for producing virus free plantlet of rose rootstock had been obtained inprevious study. In obtaining virus-free seed, availability of appropriate in vitro rooting method is needed. Rootingis one of the important step in tissue culture technique for plant rapid multiplication. The purpose of this experimentwas to obtain the best rooting medium for producing virus-free rose rootstock. The experiment was conducted in theVirology Laboratory of the Indonesian Ornamental Crop Research Institute, Segunung, Cianjur, West Java (1,100 masl.) from January to December 2003. The research was laid in a factorial randomized block design with 3 replications.The first factor was 3 virus-free rose rootstock cultivars (Rosa multiflora, Rosa sp. cv. Multic, and cv. Natal Brior)resulted from the previous experiment. The second factor was 7 compositions of medium (MS+IBA 0.5 mg/l, MS+IBA1.0 mg/l, MS+NAA 0.5 mg/l, MS+NAA 1.0 mg/l, MS+IAA 0.5 mg/l, MS+IAA 1.0 mg/l, and MSO (without PGR)).The results showed that the best rooting medium for producing virus-free rose rootstock was MS+IBA 0.5 mg/l.
Studi Pembuatan Antiserum Poliklonal untuk Deteksi Cepat Virus Mosaik Mentimun pada Krisan Indiarto Budi Rahardjo; Agus Muharam; Yoyo Sulyo
Jurnal Hortikultura Vol 15, No 2 (2005): Juni 2005
Publisher : Indonesian Center for Horticulture Research and Development

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.21082/jhort.v15n2.2005.p%p

Abstract

Virus mosaik mentimun merupakan salah satu patogen penting pada berbagai tanaman hortikultura, termasuk tanaman krisan. Untuk mengetahui secara dini infeksi virus pada tanaman, maka perlu dikembangkan metode deteksi cepat. Penelitian ini bertujuan mendapatkan antiserum poliklonal untuk deteksi cepat virus mosaik mentimun pada krisan. Penelitian dilaksanakan di Laboratorium Virologi Balai Penelitian Tanaman Hias, Segunung dari bulan April sampai Desember 2000. Antiserum terhadap CMV pada tanaman krisan telah dihasilkan dengan cara penyuntikan virus murni CMV pada kelinci dengan konsentrasi setiap penyuntikan sebesar 1 mg/ml. Antiserum yang diuji terdiri dari enam periode pengambilan darah. Pengujian menggunakan metode ELISA tidak langsung. Hasil pengujian menunjukkan bahwa dari enam kali pengambilan darah ternyata bereaksi positif, yaitu dengan adanya konsentrasi antibodi dalam darah meningkat. Antiserum juga dapat digunakan untuk mendeteksi langsung terhadap ekstrak daun krisan yang terinfeksi CMV. Kepekaan antiserum tertinggi pada pengambilan darah ke empat dan ke enam dengan konsentrasi 1/100 dan 1/500 terhadap pengenceran sampel 1/10 dan 1/100. Study on developing of polyclonal antiserum for rapid detection of cucumber mosaic virus on chrysanthemum. Cucumber mosaic virus is one the major pathogens on some horticulture crops, including chrysanthemum. A rapid detection method should be developed to support the evaluation of initial infection of the virus in plants. The objective of this experiment was to obtain polyclonal antiserum to CMV on chrysanthemum for rapid detection. The experiment was conducted in Virology Laboratory of Indonesian Ornamental Plants Institute in Segunung from April to December 2000. A polyclonal CMV antiserum had been produced by injections of purified CMV into rabbits with concentration 1 mg/ml each injections. The antiserum from six bleeding periods were tested. An indirect ELISA method was used to determine the sensitivity of the antiserum. Results indicated that six bleeding periods had positive reaction, with concentration of the virus antibodies increased gradually from the first to the sixth bleedings. The antiserum can also be directly used to detect CMV from infected chrysanthemum plants. The highest antiserum sensitivity were the fourth and sixth bleedings with concentration 1/100 and 1/500 to sample dilution 1/10 and 1/100.
Induksi Mutasi Kecombrang (Etlingera elatior) Menggunakan Iradiasi Sinar Gamma Kristina Dwiatmini; Suskandari Kartikaningrum; Yoyo Sulyo
Jurnal Hortikultura Vol 19, No 1 (2009): Maret 2009
Publisher : Indonesian Center for Horticulture Research and Development

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.21082/jhort.v19n1.2009.p%p

Abstract

ABSTRAK. Etlingera elatior merupakan tanaman asli Indonesia yang berpotensi untuk dijadikan sebagai bunga potongbernilai komersial. Penelitian untuk mendapatkan keragaman yang luas telah dilaksanakan di Pusat Penelitian danPengembangan Teknologi Isotop dan Radiasi, Pasar Jumat Jakarta dan Balai Penelitian Tanaman Hias, Segunung daribulan Juni 2003 sampai Januari 2004 untuk mendapatkan variabilitas genetik kecombrang yang luas. Biji kecombrangdiiradiasi sinar gamma dengan dosis 0, 20, 40, 60, 80, dan 100 Gy, dengan laju dosis 2,044437 KGy/jam. Pengamatandilakukan pada jumlah tanaman yang tumbuh serta banyaknya tanaman normal dan abnormal. Hasil percobaanmenunjukkan bahwa LD50 adalah 62,074 Gy. Makin tinggi dosis, pertumbuhan tanaman makin terhambat. Pada dosis20-40 Gy, sebagian tanaman mengalami perubahan bentuk dan chimera, sedangkan dosis 60 Gy menyebabkan seluruhtanaman menunjukkan perubahan bentuk. Dosis anjuran iradiasi pada biji kecombrang adalah 20-40 Gy.ABSTRACT. Dwiatmini, K., S. Kartikaningrum, and Y. Sulyo. 2009. Mutation Induction of Etlingera elatiorUsing Gamma Ray Irradiation. The torch ginger (Etlingera elatior (Jack) R.M. Smith) is believed native to Indonesia,and has the potential for commercial cut flower. The experiment was conducted at Indonesian Isotope Technologyand Radiation Researh Institute, Pasar Jumat Jakarta and Indonesian Ornamental Crop Research Institute, Segunungfrom June 2003 until January 2004. The aim of the experiment was to obtain a wide torch ginger genetic variability.The torch ginger seeds was irradiated by gamma ray at 6 levels of 0, 20, 40, 60, 80, and 100 Gy, under 2.044437KGy/h dosage rate. Number of survival plants, normal and abnormal plants were evaluated. The results showed thatthe LD50 was at 62.074 Gy. The higher the dosage, the more restricted the growth. Dosages of gamma rays between20-40 Gy, resulted in chimeras for some plants. While 60 Gy dosage, all plants showed chimeras. Recomended dosagegamma ray irradiation for torch ginger seed was at the range of 20-40 Gy.
Proteksi Silang untuk Pengendalian Virus Mosaik Mentimun pada Krisan Indiarto Budi Rahardjo; Agus Muharam; Yoyo Sulyo
Jurnal Hortikultura Vol 15, No 2 (2005): Juni 2005
Publisher : Indonesian Center for Horticulture Research and Development

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.21082/jhort.v15n2.2005.p%p

Abstract

Salah satu virus yang menyerang tanaman krisan adalah CMV. Alternatif pengendalian CMV pada krisan adalah menggunakan vaksin CARNA 5. Tujuan penelitian ini adalah mengetahui teknik aplikasi vaksin yang paling efektif dalam memproteksi CMV pada krisan. Penelitian dilaksanakan di Laboratorium Virologi Balai Penelitian Tanaman Hias, Segunung dari bulan Januari sampai Desember 2001. Percobaan menggunakan rancangan acak kelompok tiga ulangan dengan delapan perlakuan, yaitu (1) penyambungan, (2) inokulasi mekanis vaksin CARNA 5 dengan konsentrasi 5 μg/ml, (3) inokulasi mekanis vaksin CARNA 5 dengan konsentrasi 15 μg/ml, (4) inokulasi mekanis vaksin CARNA 5 dengan konsentrasi 20 μg/ml, (5) inokulasi mekanis vaksin CARNA 5 dengan konsentrasi 25 μg/ml, (6) melalui serangga (kutu daun), dan (7) tanaman krisan sehat (kontrol). Hasil penelitian menunjukkan bahwa tanaman krisan yang diberi vaksin pada berbagai cara aplikasi tidak menunjukkan gejala mosaik. Warna bunga pada semua perlakuan tidak menampakkan gejala pecah warna.Cross protection for controling cucumber mosaic virus on chrysanthemum. One of the virus that attack chrysanthemum is CMV. The alternative of CMV control on plant is the use of vaccine CARNA 5. The objective of the experiment was to find out the application technique of vaccine for CMV protection on chrysanthemum. The experiment was conducted in Virology Laboratory of Indonesia Ornamental Plant Research Institute in Segunung from January to December 2001. RCBD with eight treatments and three replications were used. The treatments were grafting; mechanical inoculation of CARNA 5 with concentration 5 μg/ml, 10 μg/ml, 15 μg/ml, 20 μg/ml, and 25 μg/ml; through vector (aphid), and healthy chrysanthemum plant (control). The results of the experiment showed that chrysanthemum treated with various vaccine application techniques did not show mosaic symptoms. The quality of flower color showed that all treatments did not cause color breaking.
Penggunaan Hormon Akar dan Hydrogen Cyanamide pada Perbanyakan Stek Mawar Mini dengan Sistem Pengkabutan Intermittent Yoyo Sulyo; V. Jaka Prasetia; R. W. Prasetio; I. B. Rahardja
AGROSCIENCE (AGSCI) Vol 4, No 1 (2014): June
Publisher : Fakultas Sains Terapan, Universitas Suryakancana Cianjur

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.35194/agsci.v4i1.617

Abstract

Mawar mini merupakan salah satu tanaman hias pot, yang memiliki karakter vase life yang lama. Untuk alasan estetika, waktu yang lebih singkat, dan nilai komersial yang tinggi, maka lebih disukai perbanyakan melalui stek daripada okulasi. Tujuan dari penelitian ini yaitu a). untuk mendapatkan konsentrasi ZPT (NAA dan IBA) dan Hydrogen cyanamide yang dapat lebih mempersingkat pengakaran dan pertunasan stek mawar mini; b). Untuk mendapatkan waktu yang tepat pada pemindahan stek berakar ke media tanam di pot. Percobaan dilakukan sejak bulan Juni s/d Desember 2009 di Balai Penelitian Tanaman hias (1.100 m dpl). Varietas yang digunakan untuk percobaan ZPT, yaitu varietas warna Merah, Orange dan Merah Marun.