Claim Missing Document
Check
Articles

Found 4 Documents
Search

Konsumsi dan Efisiensi Pakan Daging Rucah untuk Ikan Kuwe (Caranx Spp) yang Dipuasakan secara Periodik di Kurungan Jaring Apung Teluk Talengen-Sangihe Edwin Oscar Langi; Mukhlis Abdul Kaim
Jurnal Ilmiah Tindalung Vol 1 No 1 (2015): Jurnal Ilmiah Tindalung
Publisher : Pusat Penelitian dan Pengabdian Pada Masyarakat, Politeknik Negeri Nusa Utara

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (723.021 KB) | DOI: 10.5281/zenodo.2239082

Abstract

Salah satu komoditi penting yang sementara dibudidayakan dengan sistem kurungan jaring apung di Teluk Talengen Kabupaten Kepulauan Sangihe adalah ikan Kuwe (Caranx spp). Ketersediaan pakan yang cukup, tepat waktu, dan bergizi merupakan salah satu faktor yang sangat penting dalam kegiatan usaha budidaya ikan. Jika ikan yang dipuasakan dapat mengalami peningkatan konsumsi pakan selama beberapa haripada waktu diberi makan kembali. Hasil kajian hubungan konsumsi pakan setelah ikan kuwe dipuasakan terhadap laju pertumbuhan berat mutlak menunjukkan bahwa waktu pemuasaan mempengaruhi pertumbuhan berat tubuh ikan kuwe pemeliharaan.Selisih laju pertumbuhan berat tubuh ikan yang tidak dipuasakan berbeda dengan yang dipuasakan.Laju pertumbuhan berat tubuh kelompok ikan yang dipuasakan untuk 1 hari berbeda dibandingkan ikan yang dipuasakan 2 hari, tapi sama hasilnya dengan ikan yang dipuasakan 2 dan 3 hari. Selisih laju pertumbuhan berat tubuh kelompok ikan yang dipuasakan untuk 2 hari berbeda hasilnya dibandingkan ikan yang dipuasakan 2 dan 3 hari serta yang dipuasakan 1 hari. Nilai efisiensi pakan pada tiap perlakuan baik yang tidak dipuasakan dan dipuasakan perbedaannya signifikan. Efisiensi pakan tertinggi ditemukan kelompok ikan yang dipuasakan 1 hari, kemudian diikuti kelompok ikan yang dipuasakan 2 dan 3 hari selanjutnya kelompok ikan yang tidak dipuasakan dan yang memiliki nilai efisiensi pakan terendah pada kelompok ikan yang dipuasakan 3 hari.
PENGARUH PAKAN MENGANDUNG BAKASANG DALAM MENINGKATKAN PERTUMBUHAN DAN KELANGSUNGAN HIDUP IKAN BAWAL (Colossoma macropomum) Usy Nora Manurung; Edwin Oscar Langi
Jurnal Ilmiah Tindalung Vol 6 No 1 (2020): Jurnal Ilmiah Tindalung
Publisher : Pusat Penelitian dan Pengabdian Pada Masyarakat, Politeknik Negeri Nusa Utara

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.54484/jit.v6i1.384

Abstract

Bakasang, produk fermentasi dari jeroan ikan, mengandung Bakteri Asam Laktat (BAL) yang beberapa diantaranya tergolong bakteri probiotik yang dapat meningkatkan pertumbuhan ikan. Penelitian ini bertujuan untuk mengkaji pengaruh pakan mengandung bakasang (PMB) terhadap pertumbuhan dan kelangsungan hidup ikan bawal (Colosoma macropomum) dan menentukan dosis paling efektif dari bakasang terhadap pertumbuhan dan kelangsungan hidup ikan bawal. Sebanyak 120 ekor ikan yang ditempatkan dalam 12 hapa dengan kepadatan 10 ekor ikan/hapa. Setelah proses aklimatisasi, ikan uji diberi PMB dengan empat dosis berbeda (A=0 ml/kg pakan, B= 50 ml/kg pakan, C=75 ml/kg pakan dan D=100 ml/kg pakan) dengan tiga ulangan pada masing-masing perlakuan, pada dosis 5%/bb/hari, diberikan dua kali sehari selama 14 hari. Hasil penelitian menunjukan bahwa pengaruh pemberian pakan meningkat bertambahnya konsentrasi dengan pertumbuhan terbaik teramati pada dosis 100 ml/kg pakan dengan bertumbuhan sebesar 8.7 gram. Hasil ini memperlihatkan bahwa bakasang merupakan sumber potential probiotik yang dapat meningkatkan pertumbuhan ikan bawal meskipun pengujian dengan periode pemeliharaan lebih lama perlu dilakukan untuk melihat pengaruh optimum dari PMB terhadap pertumbuhan dan kelangsungan hidup. Bakasang, a fermentation product made from fish’s viscera, contains Lactic Acid Bacteria (LAB), some of which are probiotic bacteria that can increase fish growth. This study aimed to determine effect of fish feed containing bakasang (FCB) and the effective dose of bakasang on the growth of pomfret (Colosoma macropomum). 120 fish were placed in small net cage (1x1x1) m3. Following acclimatization process, the test fish were fed with four different doses of FCB (A = 0 ml/kg of feed, B = 50 ml/kg of feed, C = 75 ml/kg of feed and D = 100 ml/kg of feed) at a dose of 5% /w/day twice a day in triplicate for 14 days. The results showed that the effect of FCB on the pamfret fish growth increased in a dose dependent manner with best growth observed at a dose of 100 ml/kg of feed with growth of 8.7 gram, suggesting bakasang as potential source of probiotic that can increase the growth of pamfret fish although further study covering longer period time is required to measure the optimum potential of FCB on pamfret fish growth and survival rate.
KONDISI EKSTERNAL (PANJANG DAN BERAT TUBUH) DAN INTERNAL (Usus, POHON RESPIRASI DAN GONAD) TERIPANG GAMAT BATU Stichopus horrens SETELAH EVISERASI DAN PEMOTONGAN Edwin Oscar Langi; Jetti Treslah Saselah
Jurnal Ilmiah Tindalung Vol 7 No 2 (2021): Jurnal Ilmiah Tindalung
Publisher : Pusat Penelitian dan Pengabdian Pada Masyarakat, Politeknik Negeri Nusa Utara

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.54484/jit.v7i2.405

Abstract

Mekanisme pertahanan diri organisme adalah salah satu upaya untuk hidup di habitatnya. Pada kelompok hewan berduri Echinodermata: dikenal dengan istilah autotomi, yaitu proses melepaskan organ tubuh secara spontan sebagai respons terhadap suatu rangsangan yang membuat biota tersebut stres. Biota ini mampu melakukan eviserasi, fission dan regenerasi setelah proses pemutusan. Produk akhirnya adalah organ internal dan individu baru. Penelitian ini dilakukan di Teluk Tahuna selama 28 hari. Hasilnya Teripang Gamat Batu Stichopus horrens yang eviserasi dan pemotongan melintang ternyata mengalami penyusutan ukuran yang cukup besar. Tidak ada spesimen yang bertambah ukurannya. Jika terjadi eviserasi bagian tubuh yang dibuang adalah isi perut, yaitu kotoran, dan sebagian usus. Bagian tubuh yang tersisa pada spesimen yang dipotong adalah yang melekat pada bagian anterior, yaitu pangkal tenggorokan, lambung dan sebagian usus. Sedangkan bagian posterior tidak pernah ditemukan gonad, hanya sebagian usus dan pohon respirasi yang berpangkal pada bagian kloaka. Kondisi organ internal (pencernaan, pohon respirasi dan gonad) setelah eviserasi maupun pemotongan melintang menyusut ukurannya, baik saat tebar awal sampai hari ke-28. Sehingga memberikan arti bahwa pada 4 minggu pertama individu teripang ini setelah belum melakukan regenerasi organ internal. The organism's self-defense mechanism is an attempt to live in its habitat. In the group of spiny animals Echinoderm: known as autotomy, which is the process of spontaneously releasing organs in response to a stimulus that stresses the biota. This biota is capable of evisceration, fission and regeneration after the transverse fission. The end products are internal organs and new individuals. This research was conducted in Tahuna Bay for 28 days. The result was that the sea cucumber Gama Batu or Stichopus horrens was revised and that the transverse fission actually experienced a significant reduction in size. There is no specimen that increased in size. If there is evisceration, the parts of the body that are removed are the stomach contents, namely feces, and part of the intestines. The body parts remaining in the transeverse fission specimen are those attached to the anterior, namely the larynx, stomach and a portion of the intestines. Parts of the body are missing. While the posterior gonads have never been found, only a part of the intestine and respiration tree originates from the cloaca. The condition of the internal organs (intestines, respiration tree and gonads) which were eviscerated and the transverse fission experienced a reduction in size, both during initial stocking until the 28th day. It means that in the first 4 weeks the individual these sea cucumber had not regenerated the internal organs.
IBM JARING INSANG KELOMPOK NELAYAN DUSUN I DAN II KAMPUNG LIPANG KECAMATAN KENDAHE KABUPATEN KEPULAUAN SANGIHE PROVINSI SULAWESI UTARA Julius F. Wuaten; Edwin Oscar Langi; Dekrist Kapai
Jurnal Ilmiah Tatengkorang Vol 2 (2018): Jurnal Ilmiah Tatengkorang
Publisher : Pusat Penelitian dan Pengabdian Kepada Masyarakat, Politeknik Negeri Nusa Utara

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (233.379 KB)

Abstract

Jaring insang dasar merupakan salah satu alat tangkap ikan yang digunakan nelayan Pulau Lipang untuk menangkap ikan demersal dan ikan pelagis. Meskipun sangat efektif untuk menangkap ikan, namun dengan terbatasnya alat tangkap yang ada pada nelayan Kampung Lipang ini menyebabkan pendapatan masyarakat tidak maksimal meskipun kawasan perairan disekitar Pulau Lipang memiliki potensi sumberdaya ikan demersal maupun ikan pelagis yang cukup melimpah. Kegiatan ini bertujuan untuk membentuk/mengembangkan sekelompok masyarakat pesisir pulau terluar yang mandiri secara ekonomi dan menerapkan teknologi pada alat dan teknik penangkapan ikan kepada kelompok nelayan sehingga mampu meningkatkan pendapatan keluarga. Mitra juga mendapatkan 1 (satu) unit alat penangkapan ikan jaring insang. Solusi yang ditawarkan untuk mengatasi permasalahan pada nelayan pesisir ini yaitu 1) Introduksi penerapan ketrampilan teknik pembuatan alat tangkap jaring insang yang disesuaikan dengan kondisi perairan sekitar Pulau Lipang; 2)Penerapan metode/teknik pengoperasian alat tangkap jaring insang yang ramah lingkungan; 3) Penyuluhan tentang pentingnya ekosistem terumbu karang sebagai feeding ground dan nursery ground bagi ikan demersal. Melalui kegiatan ini kelompok nelayan penangkap ikan di Kampung Lipang Kecamatan Kendahe Kabupaten Kepulauan Sangihe dapat mengembangkan usahanya untuk menangkap ikan dalam meningkatkan ekonomi keluarganya juga pengetahuan dan ketrampilan nelayan dalam teknik pembuatan konstruksi alat tangkap jaring insang dan pengoperasian alat tangkap jaring insang yang ramah lingkungan.