Claim Missing Document
Check
Articles

Found 7 Documents
Search

Konsumsi dan Efisiensi Pakan Daging Rucah untuk Ikan Kuwe (Caranx Spp) yang Dipuasakan secara Periodik di Kurungan Jaring Apung Teluk Talengen-Sangihe Edwin Oscar Langi; Mukhlis Abdul Kaim
Jurnal Ilmiah Tindalung Vol 1 No 1 (2015): Jurnal Ilmiah Tindalung
Publisher : Pusat Penelitian dan Pengabdian Pada Masyarakat, Politeknik Negeri Nusa Utara

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (723.021 KB) | DOI: 10.5281/zenodo.2239082

Abstract

Salah satu komoditi penting yang sementara dibudidayakan dengan sistem kurungan jaring apung di Teluk Talengen Kabupaten Kepulauan Sangihe adalah ikan Kuwe (Caranx spp). Ketersediaan pakan yang cukup, tepat waktu, dan bergizi merupakan salah satu faktor yang sangat penting dalam kegiatan usaha budidaya ikan. Jika ikan yang dipuasakan dapat mengalami peningkatan konsumsi pakan selama beberapa haripada waktu diberi makan kembali. Hasil kajian hubungan konsumsi pakan setelah ikan kuwe dipuasakan terhadap laju pertumbuhan berat mutlak menunjukkan bahwa waktu pemuasaan mempengaruhi pertumbuhan berat tubuh ikan kuwe pemeliharaan.Selisih laju pertumbuhan berat tubuh ikan yang tidak dipuasakan berbeda dengan yang dipuasakan.Laju pertumbuhan berat tubuh kelompok ikan yang dipuasakan untuk 1 hari berbeda dibandingkan ikan yang dipuasakan 2 hari, tapi sama hasilnya dengan ikan yang dipuasakan 2 dan 3 hari. Selisih laju pertumbuhan berat tubuh kelompok ikan yang dipuasakan untuk 2 hari berbeda hasilnya dibandingkan ikan yang dipuasakan 2 dan 3 hari serta yang dipuasakan 1 hari. Nilai efisiensi pakan pada tiap perlakuan baik yang tidak dipuasakan dan dipuasakan perbedaannya signifikan. Efisiensi pakan tertinggi ditemukan kelompok ikan yang dipuasakan 1 hari, kemudian diikuti kelompok ikan yang dipuasakan 2 dan 3 hari selanjutnya kelompok ikan yang tidak dipuasakan dan yang memiliki nilai efisiensi pakan terendah pada kelompok ikan yang dipuasakan 3 hari.
Laju Sedimentasi di Perairan Kampung Salurang Kabupaten Kepulauan Sangihe Eunike Irene Kumaseh; Mukhlis Abdul Kaim; Yuliana Varala Tatontos
Jurnal Ilmiah Tindalung Vol 3 No 2 (2017): Jurnal Ilmiah Tindalung
Publisher : Pusat Penelitian dan Pengabdian Pada Masyarakat, Politeknik Negeri Nusa Utara

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (699.471 KB) | DOI: 10.5281/jit.v3i2.100

Abstract

Kabupaten Kepulauan Sangihe merupakan bagian integral dari Propinsi Sulawesi Utara dengan Ibukota Tahuna. Berjarak sekitar 142 Mil Laut dari Ibukota Propinsi Sulawesi Utara, Manado, terletak antara 20 4’13" – 40 44’ 22" Lintang Utara dan 1250 9’ 28" – 1250 56’ 57" Bujur Timur, berada diantara Pulau Sulawesi dan Mindanao (Republik Philipina), sehingga Kabupaten Kepulauan Sangihe dapat dikategorikan “Daerah Perbatasan”. Kondisi geografis wilayah pesisir memiliki sumberdaya alam yang cukup melimpah dan unik, walaupun demikian sangat rentan terhadap berbagai masalah kerusakan lingkungan perairan terutama oleh aktivitas masyarakat yang mendiami serta memanfaatkan kawasan land base. Sedimentasiadalah peristiwa pengendapan material batuan yang telah diangkut oleh tenaga air atau angin. Permasalahan yang terjadi di Kampung Salurang adalah terjadinya sedimentasi yang cukup tinggi. Perangkap sedimen yang dipasang terdiri atas besi 6 m, pipa PVC 2" dengan panjang 11,5 cm, penutup Pipa PVC 2", dan tali pengikat untuk perangkap. Alat ini dipasang pada 2 tempat yaitu Stasiun 1 di dekat muara dan Stasiun 2terletak agak jauh dari muara. Pengamatan dilakukan seminggu sekali. Laju sedimentasi pada Stasiun 1 berkisar antara 0,069 – 0,648 m3/tahun dengan rata-rata laju sedimentasi 0,27 m3/tahun. Laju sedimentasi pada Stasiun 2 berkisar antara 0,08 – 0,23 m3/tahun dengan rata-rata 0,14 m3/tahun. Laju sedimentasi yang tinggi di Kampung Salurang adalah di dekat muara sungai yaitu pada Stasiun 1.
PERUBAHAN MUTU ORGANOLEPTIK DAN ANGKA LEMPENG TOTAL CAKALANG (Katsuwonus pelamis) ASAP YANG DIOLAH DENGAN ASAP CAIR SELAMA MASA PENYIMPANAN Jefri A. Mandeno; Jaka Frianto Putra Palawe; Ely John Karimela; Mukhlis Abdul Kaim
Jurnal Ilmiah Tindalung Vol 5 No 1 (2019): Jurnal Ilmiah Tindalung
Publisher : Pusat Penelitian dan Pengabdian Pada Masyarakat, Politeknik Negeri Nusa Utara

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.5281/jit.v5i1.243

Abstract

Penelitian yang akan dilakukan ini bertujuan Menentukan nilai organoleptik cakalang asap hasil pengolahan dengan pengasapan cair Menentukan Angka Lempeng Total cakalang asap selama masa penyimpanan. Penelitian menggunakan Rancangan deskriptif kualitatif dengan perlakuan masa simpan. Sampel disimpan pada suhu ruang dan pengamatan dilakukan setiap hari untuk organoleptik dan 2 hari sekali untuk ALT. Parameter pengujian yaitu Angka Lempeng Total dan Organoleptik. Kesimpulan dari hasil penelitian ini yaitu cakalang asap cair secara deskriptif lebih baik mutunya dari parameter angka lempeng total pada hari kedua dan relatif sama mutunya dengan cakalang asap konvensional pada penyimpanan hari keempat. Nilai Angka Lempeng total cakalang asap cair pada hari kedua dan keempat secara berturut-turut adalah 9,1 x 104 koloni/g dan 1,4 x 108 sedangkan Nilai Angka Lempeng total cakalang asap konvensional pada hari kedua dan keempat secara berturut-turut adalah 5,7 x 105 koloni/g dan 2 x 108 koloni/g. Hasil uji organoleptik pada hari kedua menunjukan nilai kenampakan cakalang asap cair tidak sesuai dengan syarat mutu ikan asap, sedangkan parameter bau, rasa dan tekstur sesuai dengan SNI. Hasil uji organoleptik cakalang asap konvensional hari kedua dengan parameter kanampakan, bau, rasa dan tekstur sesuai dengan SNI. Hasil uji organoleptik cakalang asap cair dan cakalang asap konvensional pada penyimpanan hari kedua sudah tidak sesuai dengan SNI. The purpose of this research is to determine the organoleptic and total plate count of liquid smoke skipjack during several storage periods. The study used a qualitative descriptive design with a shelf life treatment. Samples were stored at room temperature. The testing parameters are “Total Plate Count” and “Organoleptic”. The conclusion of this research show that liquid smoke skipjack is better than conventional smoke skipjack. The value of Total Plate Count liquid smoke skipjack on the second and fourth day in a row was 9.1 x 104 colonies / g and 1.4 x 108 while the value of the Total Plate Count of conventional smoke skipjack on the second and fourth days was 5 , 7 x 105 colonies / g and 2 x 108 colonies / g. Organoleptic test results on the second day showed the value of the appearance of liquid smoke skipjack was not in accordance with the quality requirements of smoked fish, while the odor, taste and texture parameters were in accordance with SNI. The results of the organoleptic test of the second day skipjack smoke with the appearance, odor, taste and texture parameters in accordance with SNI. Organoleptic test results of liquid smoke skipjack and conventional smoke skipjack on the second day of storage are not in accordance with SNI.
KOMPOSISI JENIS IKAN DEMERSAL YANG TERTANGKAP HANDLINE DI PERAIRAN PULAU BEBALANG KABUPATEN KEPULAUAN SANGIHE PROVINSI SULAWESI UTARA Julius Frans Wuaten; Mukhlis Abdul Kaim; getruida mozes; Dekris Kapai
Jurnal Ilmiah Tindalung Vol 5 No 2 (2019): Jurnal Ilmiah Tindalung
Publisher : Pusat Penelitian dan Pengabdian Pada Masyarakat, Politeknik Negeri Nusa Utara

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Ikan demersal, sebagian besar masa kehidupannya berada di dasar atau dekat dasar perairan. Ciri-ciri utama kelompok ikan demersal antara lain adalah membentuk gerombolan yang tidak terlalu besar. Oleh masyarakat di Sangihe ikan demersal dinamakan kina sahe menjadi salah satu dari sekian banyak sumberdaya perikanan yang dihasilkan oleh nelayan di Kepulauan Sangihe. Berdasarkan data dari Dinas Kelautan dan Perikanan setempat produksi ikan demersal di Kabupaten Kepulauan Sangihe pada tahun 2010 mencapai 511,21 ton (6,65%) dari total produksi ikan yang mencapai 7.677,2 ton. Sebagai pulau kecil, Pulau Bebalang memiliki potensi untuk dikembangkan khususnya potensi ikan demersal karena disekitar Pulau Bebalang banyak terdapat terumbu karang yang merupakan habitat dari berbagai jenis ikan demersal yang memberi dampak pada tingginya produktifitas ikan demersal. Tujuan penelitian ini yaitu mengetahui komposisi sumberdaya ikan demersal berdasarkan jenis ikan di Perairan Pulau Bebalang Kecamatan Manganitu Selatan Kabupaten Kepulauan Sangihe. Pengumpulan data mengenai ikan demersal dengan melakukan pendataan dan identifikasi terhadap hasil tangkapan ikan demersal yang tertangkap handline di perairan sekitar Pulau Bebalang pada daerah penangkapan ikan demersal kemudian di dokumentasikan dan diukur panjangnya untuk memperoleh komposisi ikan demersal berdasarkan jenisnya. Komposisi ikan demeral yang tertangkap handline di perairan Pulau Bebalang yang paling dominan yaitu Family Serranidae (46%), Holocentridae (31%), Lethrinidae (5%) dan Balistidae (4%) dan spesies ikan demersal yang paling dominan yaitu : Cephalopholis spiloparaea (26%), Sargocentron caudimaculatum (23%) dan Cephalopholis urodeta (13%). Hasil penelitian ini diharapkan akan memberikan bahan masukan dalam menunjang pengelolaan sumberdaya ikan demersal di Kabupaten Kepulauan Sangihe khususnya di perairan sekitar Pulau Bebalang. Large amounts of Demarsal fishes live at the bottom of sea, near the seabed. The main characteristic of these species is small schooling. Demarsal fishes are called “kina sahe” by Sangihe people, these fishes become one of the fishery resources for fisherman in Sangihe Regency. According to the data of Fishery and Marine Services Office in 2010, the cathing production of these species are 511,21 tons (6.65%) of 7.677.2 tons total production. As a small island, Bebalang island has potential for conservation and keeping its marine resources, because this area has great amount of coral types where Demarsal fishes live. As the effect of it, the population of Demarsal fishes are high. The aims of this research are to find out the amount of Demarsal fishes and their types in Bebalang Island sea, South Manganitu District, Sangihe Regency. The data collection of Demarsal fishes are caught by handline in Bebalang Island Sea, identifing them, measuring their length to classify, and taking documentation. The species of Demarsal those are caught by handline are Serranidae (46%), Holocentridae (31%), Lethrinidae (5%), Balistidae (4%). The most catching of Demersal fishes are: Cephalopholis spiloparaea (26%), Sargocentron caudimaculatum (23%) and Cephalopholis urodeta (13%). We hope that the result of this research can give reference for conservation and keeping the Damarsal species in Sangihe Regency, especially around Bebalang Island Sea.
PERBANDINGAN CAHAYA LAMPU BERDASARKAN HASIL TANGKAPAN CUMI – CUMI (Loligo Sp.) DI PERAIRAN KELURAHAN PANANEKENG KECAMATAN TAHUNA BARAT KABUPATEN KEPULAUAN SANGIHE Yunikson Palatangara; Mukhlis Abdul Kaim; Costantein Sarapil; Eunike Irene Kumaseh
Jurnal Ilmiah Tindalung Vol 5 No 1 (2019): Jurnal Ilmiah Tindalung
Publisher : Pusat Penelitian dan Pengabdian Pada Masyarakat, Politeknik Negeri Nusa Utara

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Perairan laut Sulawesi Utara banyak mengandung kekayaan laut yang terdiri dari jenis-jenis ikan dan biota laut lainnya yang mempunyai nilai ekonomis penting baik untuk pasaran lokal maupun ekspor. Salah satu jenis-jenis biota laut yang mempunyai nilai ekonomis penting yang ada di perairan Sulawesi utara adalah cumi-cumi (Loligo Sp.). Potensi cumi-cumi di perairan Sulawesi terlebih khusus di perairan Kabupaten Kepulauan Sangihe sangat besar. Di Kelurahan Pananekeng masyarakat nelayan penangkap cumi-cumi dalam melakukan operasi penangkapan menggunakan kombinasi lampu warna hijau dan biru. Hal ini mendasari peneliti untuk mengetahui kombinasi warna yang efektif untuk mendapatkan hasil tangkapan cumi-cumi. Metode praktek yang digunakan secara deskriptif kualitatif yaitu pengumpulan data meliputi wawancara, observasi, dokumentasi dan diskusi. Pada pendekatan ini, peneliti memuat suatu gambaran yang kompleks. Metode perbandingan merupakan suatu metode pengkajian atau penyelidikan dengan mengadakan perbandingan di antara dua objek kajian atau lebih untuk menambah dan memperdalam pengetahuan tentang objek yang dikaji. Hasil tangkapan yang diperoleh selama operasi penangkapan berjumlah 257 ekor, di mana kombinasi warna cahaya yang paling dominan terhadap hasil tangkapan cumi-cumi adalah kombinasi cahaya warna hijau-biru (51,8%), dibandingkan dengan kombinasi cahaya warna merah-hijau (31,5%) dan merah-biru (16,7%). North Sulawesi's marine waters contain a lot of marine wealth consisting of species of fish that have important economic value both for local and export markets. One of the most economically important type of fish in the waters of North Sulawesi is squid (Loligo sp.). The potential of squid in the waters of Sulawesi especially in the waters of the Sangihe Islands Regency is very large. In Pananekeng Village, squid fishing communities use a combination of green and blue lights so that this becomes the basis of research to find out effective color combinations to get squid catches. The practice method used is descriptive qualitative data collection such as interviews, observation, documentation and discussion. In this approach, researchers carry a complex picture. Comparison method is a method of study or investigation by making comparisons between two or more objects of study to add and deepen knowledge about the object being studied. The result of the catch are 275 squids, the dominant of the lamp’s colors are mixing blue and green color for the outcome of the catching. The most dominant color combination of light squid catches is the combination of light green-blue (51.8%), compared to the combination of red-green (31.5%) and red-blue (16.7%) .
KAJIAN ASPEK KESELAMATAN KERJA PADA KAPAL PAJEKO DI PANGKALAN X DAN Y KEPULAUAN SANGIHE Fitria Fresty Lungari; Mukhlis Abdul Kaim
Jurnal Ilmiah Tindalung Vol 6 No 1 (2020): Jurnal Ilmiah Tindalung
Publisher : Pusat Penelitian dan Pengabdian Pada Masyarakat, Politeknik Negeri Nusa Utara

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.54484/jit.v6i1.377

Abstract

Pekerjaan nelayan di kapal penangkap ikan merupakan pekerjaan berisiko tinggi dalam hal kecelakaan akibat kerja ataupun penyakit akibat kerja. Dalam upaya melindungi dan menjamin keselamatan, keamanan dan kenyamanan kerja awak kapal perikanan, maka faktor keselamatan operasional kapal perikanan di laut sangatlah penting, terutama kondisi dan ketersediaan alat keselematan kapal dan kelaikannya, sehingga bila terjadi kecelakaan alat keselamatan kerja di kapal siap digunakan. Dalam penelitian ini, implementasi peraturan pengawakan dan keselamatan kerja di kapal pukat cincin (purse seine) atau pajeko dianalisa dengan pendekatan check list terhadap peraturan yang berlaku sedangkan untuk tingkat pemahaman awak kapal tentang pengawakan dan keselamatan kerja akan dihitung dengan menggunakan pengkategorian sederhana pada tingkat kesadaran nelayan terhadap pentingnya aspek keselamatan kerja dilakukan dengan pendekatan pengkategorian menggunakan standar deviasi dari jumlah isian dengan bantuan software microsoft excel. Untuk mengetahui kategori rendah, sedang dan tingginya pemahaman nelayan, fungsi IF pada microsoft excel digunakan. Hasil menunjukan bahwa hanya 1 orang nahkoda yang memiliki ANKAPIN II (Ahli Nautika Penangkap Ikan) sedangkan yang lain hanya memiliki sertifikat SKK dan surat keterangan dari pemerintah setempat. Tingkat pemahaman nelayan juga bervariasi yakni (11, 13 dan 6) nelayan di pangkalan X dan (6, 13 dan 11) nelayan di pangkalan Y dengan tingkat pemahaman tinggi, sedang dan rendah berturut-turut. Jadi, secara keseluruhan penerapan regulasi belum dilakukan secara maksimal dan pemahaman nelayan tentang pentingnya aspek keselamatan masih kurang. Penelitian ini mewakili laporan yang belum banyak dikaji tentang impelementasi dan pemahaman aspek keselamatan kerja pada pajeko-pajeko maupun awaknya, khususnya di pangkalan-pangkalan di Kabupan Sangihe, informasi amat krusial untuk evaluasi bagi semua stakeholder. Fishing boat deckhand is a high-risk job in terms of occupational accidents or diseases. In an effort to protect and ensure safetiness, security and work comfort of fishing boat crews, our study focuses on operational safety factors on fishing vessels. In particular, key factors relate to the availability and wellmentained condition of the safety instruments that in case of an accident, they would be operational. This study aimed to analyse the implementation of manning and work safety regulation aspects and ship’s crews level of understanding of these aspects by using a check list approach and simple categorization against the existing regulations respectively. A categorization approach was carried out using a standard deviation of the number of entries with the help of Microsoft Excel to measure the implementation aspects and IF function in Microsoft Excel was used to measure the level of understanding of fishermen on those aspects. The results showed only 1 captain had ANKAPIN II (Fishing Ship Nautical Expert), whereas others earned only SKK certificate and/or local government’s certificate. Fishermen’ understanding of the safety aspects varied between (11, 13 & 6) fisheremen in station X and (6, 13 & 11) fishemen in station Y with high, medium and low level of understanding of the occupational safety aspects respectively. Overall, occupational safety aspects were not fully implemented and pursier’s crews level of understanding on these crucial aspects was lacking. This study represents few reports on implementation of occupational safety aspects in purseiners in Sangihe Islands, giving crucial insight for evaluation to all stakeholders.
IbM Pengenalan Alat Tangkap Bubu Rangka Besi untuk Menangkap Kepiting di Kampung Beeng Mukhlis Abdul Kaim; Joneidi Tamarol; Eunike Kumaseh
Jurnal Ilmiah Tatengkorang Vol 1 (2017): Jurnal Ilmiah Tatengkorang
Publisher : Pusat Penelitian dan Pengabdian Pada Masyarakat, Politeknik Negeri Nusa Utara

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (227.112 KB)

Abstract

Perikanan tangkap adalah usaha perikanan yang paling dominan di Kabupaten Kepulauan Sangihe karena dari total produksi perikanan mencapai 90 persen. Usaha penangkapan kepiting masih menggunakan bubu tradisional yang terbuat dari anyaman bambu di mana dalam waktu tertentu akan cepat rusak dan dapat mengakibatkan lolos/hilangnya hasil tangkapan. Sehingga, perlu dilakukan pengembangan teknologi penangkapan ikan yang ramah lingkungan, dengan harapan dapat memanfaatkan sumberdaya perikanan secara berkelanjutan. Sasaran program pengabdian pada masyarakat ini adalah Kelompok Nelayan di Kampung Beeng Kecamatan Tabukan Selatan Tengah, dimana mereka memiliki tingkat ekonomi yang rendah. Masyarakat mendapatkan 12 unit alat tangkap bubu rangka besi, dimana juga merupakan salah satu bentuk luaran dari kegiatan pengabdian ini. Pusat Pengabdian pada Masyarakat (P3M) Politeknik Negeri Nusa Utara memiliki staf penyuluh yang sudah memiliki kualifikasi dalam mengembangkan IPTEKS bagi masyarakat khususnya dalam teknologi penangkapan ikan. Pelaksanaan kegiatan pengabdian pada masyarakat di Kampung Beeng dilaksanakan dengan tahapan sebagai berikut survey, kegiatan pengabdian yang meliputi penyuluhan mengenai cara pembuatan bubu rangka besi, pemasangan dinding bubu, pembuatan mulut bubu dengan menggunakan ember plastik dan pembuatan kantong umpan serta cara pemasangannya (demonstrasi). Penyuluhan mengenai umpan serta cara dan waktu pengoperasian bubu rangka besi. Kegiatan pengabdian diharapkan memberikan wawasan baru bagi para kelompok nelayan Kampung Beeng untuk menangkap kepiting bakau tanpa merusak lingkungan. Dan juga diharapkan dapat meningkatkan kesejahteraan masyarakat.