Claim Missing Document
Check
Articles

Found 10 Documents
Search

Studi Kondisi Lingkungan Kehidupan Klien Tuberkolosis di Puskesmas Tona, Kecamatan Tahuna Timur Meistvin Welembuntu; Conny J. Surudani
Jurnal Ilmiah Tindalung Vol 1 No 1 (2015): Jurnal Ilmiah Tindalung
Publisher : Pusat Penelitian dan Pengabdian Pada Masyarakat, Politeknik Negeri Nusa Utara

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (506.151 KB) | DOI: 10.5281/zenodo.2239624

Abstract

Arah pembangunan jangka menengah Indonesia (2010-2014) yaitu meningkatnya derajat kesehatan dan status gizi masyarakat. Dalam peningkatan derajat kesehatan maka dilakukan beberapa tindakan yaitu peningkatan kesadaran, kemauan, dan kemampuan hidup sehat serta pembangunan berwawasan kesehatan (Anonim, 2010).Sehubungan dengan kesehatan masyarakt, dewasa ini penyakit Tb paru sering diperbincangkan dibidang kesehatan karena penyakit ini menduduki posisi kedua penyebab kematian di dunia (Anonymous, 2004). Indonesia saat ini berada pada rengking kelima dengan TB paru tertinggi didunia (Kementrian Kesehatan RI, 2011). (Cases detection rate) CDR tertinggi terdapat di Propinsi Sulawesi Utara sebesar 85,2% (profil kesehatan Indonesia, 2011). Di Kabupaten Kepulauan Sangihe TB paru masih menjadi salah satu masalah kesehatan bagi masyarakat Sangihe tercatat pada 2 tahun terakhir yaitu pada tahun 2012 (case detection rate) 85% jumlah penemuan kasus TB paru yang diperiksa secara klinis ada 2.649 kasus dan bulan Januari-Juni 2013adalah 42% dengan jumlah penemuan kasus TB Paruyang suspek 2.649 kasus (Dinas kesehatan Kabupaten Kepulauan Sangihe, 2013). Di Puskesmas Tona angka kejadian Tuberkulosis Paru pada Tahun 2012 dari bulan Januari–Juni jumlah 20 orang, bulan JuliDesember 19 orang, sedangkan pada tahun 2013 dari bulan Januari–Juni 2013 adalah 28 orang. Dari jumlah di atas menunjukkan bahwa tahun 2013 mengalami peningkatan pada triwulan pertama dan kedua (Profil Puskesmas Tona, 2013). Menurut (Naga,2012), banyak faktor-faktor yang menyebabkan Tuberculosis Paru yaitu diantaranya faktor lingkungan, ekonomi, tingkat pendidikan. Akan tetapi faktor lingkungan berperan besar bagi insiden Tuberkulosis Paru, karena lingkungan merupakan hal tidak bisa terpisahkan dari kehidupan manusia.
IbM Bantuan Hidup Dasar di SMAN 1 Tahuna, Kabupaten Kepulauan Sangihe, Sulawesi Utara Conny J. Surudani; Meistvin Welembuntu; Iswanto Gobel
Jurnal Ilmiah Tatengkorang Vol 1 (2017): Jurnal Ilmiah Tatengkorang
Publisher : Pusat Penelitian dan Pengabdian Kepada Masyarakat, Politeknik Negeri Nusa Utara

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (282.262 KB)

Abstract

Cedera merupakan salah satu penyebab kematian. Cedera dan kecelakaan bisa mengakibatkan henti jantung atau cardiac arrest. Salah satu kondisi kegawatdaruratan yang dapat mengancam jiwa dan membutuhkan penanganan segera adalah cardiac arrest atau henti jantung. Henti jantung masih merupakan penyebab kematian utama di dunia. Dilingkungan kehidupan kita akan menjumpai korban kecelakaan, cedera, penyakit jantung, korban tenggelam yang membutuhkan penanganan segera. Jika Otak tidak mendapatkan supply oksigen dalam 4-6 menit maka kerusakan otak akan terjadi dan akan menjadi irreversibel dalam waktu 8-10 menit. Berdasarkan kegawat daruratan itulah maka semua orang harus menguasai dan mampu melakukan Bantuan Hidup Dasar. Pihak Mitra yaitu SMAN I Tahuna belum pernah melaksanakan pelatihan kepada para muridnya mengenai Bantuan Hidup Dasar. Untuk menyelesaikan permasalahan ini, maka Tim pengabdian pada Masyarakat POLNUSTAR melaksanakan Seminar untuk meningkatkan pengetahuan siswa dan juga workshop agar mereka dapat mempraktekkan langsung dan diharapkan mampu melakukan tindakan Bantuan Hidup Dasar kepada orang yang membutuhkan. Kegiatan ini berlangsung selama 2 hari, dan seluruh peserta sangat antusias dan berpartisipasi dalam melaksanakan kegiatan ini. Hasil pengabdian pada masyarakat ini menunjukkan bahwa terjadi peningkatan pengetahuan, rata-rata pengetahuan peserta sebelum mengikuti seminar yaitu hanya 64 persen mengetahui tentang BHD, setelah mengikuti seminar rata-rata pengetahuan peserta meningkat menjadi 93 persen. Demikian halnya dengan pelaksanaan tindakan Bantuan Hidup Dasar, seluruh peserta bisa melakukan tindakan tersebut.
IbM Bantuan Hidup Dasar di SMAN 3 Tahuna Barat Meistvin Welembuntu; Conny J. Surudani; Iswanto Gobel; Fitria Soleman
Jurnal Ilmiah Tatengkorang Vol 1 (2017): Jurnal Ilmiah Tatengkorang
Publisher : Pusat Penelitian dan Pengabdian Kepada Masyarakat, Politeknik Negeri Nusa Utara

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (471.338 KB)

Abstract

Daerah Kepulauan Sangihe merupakan daerah kepulauan berbatasan dengan negara tetangga Filipina, memiliki 2 gunung berapi, teridiri dari pulau-pulau dan sungai-sungai yang bermuara kelaut. Fasilitas Kesehatan di daerah Kabupaten Kepulauan Sangihe yang dimiliki yaitu 1 Rumah Sakit Umum Daerah, Puskesmas-puskesmas, serta Puskesmas Pembantu. Tetapi ada beberapa daerah memiliki kesulitan akses ke fasilitas kesehatan. Pihak Mitra yaitu SMAN 3 Tahuna Barat belum pernah melaksanakan pelatihan kepada para muridnya mengenai Bantuan Hidup Dasar. SMAN 3 Tahuna Barat berlokasi di desa Kolongan Kecamatan Tahuna Barat yang berjarak 4 KM dari kampus Politeknik Negeri Nusa Utara. Daerah Kolongan ini merupakan lokasi bencana terparah pada bulan Mei tahun 2016 saat Longsor dan Banjir Bandang terjadi di daerah Sangihe. Begitu banyak rumah penduduk hilang tersapu banjir, putusnya akses jalan dan jembatan sehingga ada sedikit hambatan pada pemberian bantuan. Daerah yang rawan bencana seperti ini membutuhkan fasilitas kesehatan yang memadai dan tim kesehatan yang cepat meresponi kebutuhan rakyat. Masyarakat awam pun perlu dibekali dengan pengetahuan dan keterampilan untuk memberikan batuan hidup dasar bagi yang membutuhkan. Untuk menyelesaikan permasalahan ini, maka Tim pengabdian pada Masyarakat POLNUSTAR melaksanakan seminar untuk meningkatkan pengetahuan siswa dan juga workshop agar mereka dapat mempraktekkan langsung dan diharapkan mampu melakukan tindakan Bantuan Hidup Dasar kepada orang yang membutuhkan. Pelatihan ini dilaksanakan selama 2 hari di SMAN 3 Tahuna Barat, peserta ialah seluruh siswa kelas 1 yang berjumlah 21 orang. Kegiatan Pengabdian Pada Masyarakat berjalan dengan baik, sesuai dengan yang diharapkan. Tidak ada hambatan yang berarti selama proses pelaksanaan kegiatan yang dimaksud. Berdasarkan hasil evaluasi (pretest – post test), ada peningkatan 18,1 persen pengetahuan peserta pelatihan, dan penguasaan keterampilan yang sangat baik oleh peserta. Diharapkan pelatihan seperti ini bisa dilakukan pada masyarakat yang belum pernah mengikuti pelatihan ini, dan dibentuk desa Siaga Bencana.
PKM MASYARAKAT PINTAR CEGAH PJK DI KAMPUNG PETTA SELATAN KECAMATAN TABUKAN UTARA KABUPATEN KEPULAUAN SANGIHE Meistvin Welembuntu; Conny J. Surudani; Iswanto Gobel; Jelita Hinonaung
Jurnal Ilmiah Tatengkorang Vol 2 (2018): Jurnal Ilmiah Tatengkorang
Publisher : Pusat Penelitian dan Pengabdian Kepada Masyarakat, Politeknik Negeri Nusa Utara

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (412.605 KB)

Abstract

Penyakit jantung koroner (PJK) sampai saat ini masih menempati urutan pertama penyebab kematian di dunia, dimana prevalensi penyakit tersebut terus meningkat setiap tahunnya (WHO, 2015), berbagai upaya telah dilakukan antara lain dengan upaya preventif serta penanganan awal pra Rumah Sakit dianggap sangat bermanfaat dalam menurunkan angka kejadian tersebut (Sofiah, 2015) Kampung Petta Selatan merupakan suatu kampung yang terletak di kec. Tabukan Utara. Secara geografis Kampung Embuhanga juga cukup terisolir karena tidak memiliki transportasi umum roda empat padahal pada kampung tersebut memiliki pesona wisata yang menarik sehingga mengundang banyak wisatawan yang datang. Tim Pengabmas melakukan Program Kemitraan Masyarakat untuk mendeteksi dini masyarakat yang berisiko PJK dan memberikan peyuluhan mengenai PJK dan cara mencegah. Hasil yang diperoleh yaitu 91 persen dari peserta berisiko PJK, dan setelah penyuluhan pengetahuan masyarkat meningkat. Diharapkan masyarakat mulai memahami dan melakukan pola hidup sehat, dan dukungan dari Pemerintah Kampung sangat dibutuhkan khususnya dalam pelaksanaan kegiatan kesehatan.
FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI WANITA USIA SUBUR MELAKUKAN DETEKSI DINI KANKER SERVIKS Conny J. Surudani; Meistvin Welembuntu
Jurnal Ilmiah Sesebanua Vol 1 No 2 (2017): Jurnal Ilmiah Sesebanua
Publisher : Pusat Penelitian dan Pengabdian Pada Masyarakat, POLITEKNIK NEGERI NUSA UTARA

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (37.795 KB)

Abstract

Sebanyak 80 persen – 90 persen kanker serviks cenderung terjadi pada wanita yang berusia 30 – 55 tahun. Sebagian besar kanker serviks sudah terdeteksi pada stadium lanjut. Deteksi dini pada kanker serviks sangat membantu menurunkan angka kesakitan dan mortalitas. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi perempuan untuk melakukan deteksi dini kanker serviks. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode kuantitatif dengan rancangan penelitian cross-sectional dengan uji exact fisher. Total sampling dalam penelitian ini adalah 221 wanita. Data dikumpulkan melalui kuesioner yang valid dan reliabel yang dibuat oleh peneliti. Hasil: Ada hubungan yang signifikan antara deteksi geografi dan deteksi dini kanker serviks, tidak ada hubungan yang signifikan antara pendidikan dan deteksi dini kanker serviks, tidak ada hubungan yang signifikan antara faktor risiko dan deteksi dini kanker serviks, ada tidak ada hubungan yang signifikan antara status ekonomi dan deteksi dini kanker serviks, dan tidak ada hubungan yang signifikan antara pengetahuan dan deteksi dini kanker serviks. Kesimpulan: Penelitian ini menunjukkan bahwa deteksi dini kanker serviks dipengaruhi olehfaktor geografis.
POLA ASUH IBU TERHADAP ANAK USIA PRASEKOLAH DI PAUD EFRATA TAHUNA KECAMATAN TAHUNA Marlina Mogot; Conny J. Surudani; Ferdinand Gansalangi
Jurnal Ilmiah Sesebanua Vol 1 No 2 (2017): Jurnal Ilmiah Sesebanua
Publisher : Pusat Penelitian dan Pengabdian Pada Masyarakat, POLITEKNIK NEGERI NUSA UTARA

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (40.846 KB)

Abstract

Pola asuh orang tua merupakan segala bentuk dan proses interaksi yang terjadi antara orang tua dan anak yang merupakan pola pengasuhan tertentu dalam keluarga yang akan memberi pengaruh terhadap perkembangan kepribadian anak. Anak usia prasekolah adalah mereka yang berusia antara tiga sampai enam tahun. Anak prasekolah adalah pribadi yang mempunyai potensi berbagai macam potensi. Potensi-potensi itu di rangsang dan di kembangkan agar pribadi anak tersebut berkembang secara optimal. Tertunda atau terhambatnya perkembangan potensi-potensi itu akan mengakibatkan timbulnya masalah. Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif dengan menggunakan metode survey yang bertujuan untuk mendapatkan gambaran tentang pola asuh ibu terhadap anak usia prasekolah. Pada penelitian ini didapatkan hasil bahwa yang menerapkan pola asuh otoriter ada 2 responden (5.4 persen), yang menerapkan pola asuh Demokratis ada 32 responden (86.5 persen) dan 3 responden (8.1 persen) menerapkan pola asuh permisif. Dari hasil penelitian dan pembahasan maka dapat ditarik kesimpulan bahwa Pola asuh ibu terhadap anak usia prasekolah di PAUD EFRATA Tahuna menerapkan tipe pola asuh Demokratis yaitu sebanyak 86.5 persen). Diharapkan sebagai guru agar dapat mengajarkan sikap yang menunjukan perilaku mandiri dan dapat membuat anak mudah berinteraksi dengan teman sebayanya dengan baik, mampu menghadapi stress, mempunyai minat terhadap hal-hal yang baru, kooperatif dengan orang dewasa, penurut, patuh, dan berorientasi pada prestasi.
GAMBARAN KEJADIAN ISPA DI RUANGAN ANGGREK RSUD LIUNKENDAGE TAHUNA TAHUN 2013 – 2015 Conny J. Surudani; Ferdinand Gansalangi; Virgin Tumadang
Jurnal Ilmiah Sesebanua Vol 1 No 2 (2017): Jurnal Ilmiah Sesebanua
Publisher : Pusat Penelitian dan Pengabdian Pada Masyarakat, POLITEKNIK NEGERI NUSA UTARA

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (429.51 KB) | DOI: 10.54484/jis.v1i2.34

Abstract

Infeksi saluran pernafasan akut (ISPA) merupakan infeki saluran pernafasan yang disebabkan oleh virus atau bakteri dan berlangsung selama 14 hari. ISPA selalu menempati urutan pertama penyebab kematian pada anak di Indonesia. Selain itu, ISPA juga sering berada pada daftar 10 penyakit terbanyak di rumah sakit. Prevalensi ISPA di Indonesia pada tahun 2013 ialah 25,0 persen tidak jauh berbeda dengan prevalensi pada tahun 2007 sebesar 25,5 persen. Profil dinas kesehatan provinsi Sulawesi Utara tahun 2013 jumlah penderita penyakit ISPA pada balita maupun dewasa cukup tinggi terutama di wilayah perkotaan. Kota manado memiliki jumlah penderitaISPA sebanyak 32.436 jiwa, tertinggi pada kelompok balita 22.121 jiwa (68,20 persen). Desain penelitian yang digunakan ialah deskriptif dengan menggunakan metode serial kasus, untuk mengetahui gambaran kejadian ISPA di Ruangan Anggrek RSUD Liunkendage Tahuna tahun 2013–2015. Hasil penelitian menunjukkan bahwa distribusi penderita ISPA di Ruangan Anggrek RSUD Liunkendage Tahuna tahun 2013–015, berdasarkan jumlah kasus yang tertinggi yaitu tahun 2014 dengan jumlah 224 orang (38,1persen). Distribusi berdasarkan umur, tahun 2013 tertinggi yaitu umur 1–3 tahun dengan jumlah 96 orang (43 persen). Tahun 2014 tertinggi yaitu umur 1–3 tahun dengan jumlah 112 orang (50 persen). Tahun 2015 tertinggi yaitu umur 1-3 tahun dengan jumlah 78 orang (50 persen). Distribusi berdasarkan jenis kelamin, tahun 2013 tertinggi yaitu laki- laki dengan jumlah 131 orang (63 persen), tahun 2014 tertinggi yaitu laki-laki dengan jumlah 124 orang (55 persen), tahun 2015 tertinggi yaitu laki-laki dengan jumlah 99 orang (63 persen). Distribusi berdasarkan alamat, tahun 2013 yang tertinggi yaitu luar Tahuna dengan jumlah 82 orang (39,6 persen), tahun 2014 tertinggi yaitu Tahuna dengan jumlah 86 orang (38,3 persen), tahun 2015 tertinggi yaitu luar Tahuna 58 orang (37,1 persen). Kesimpulan dari penelitin ini ialah distribusi berdasarkan jumlah kasus sebanyak 595 orang, berdasarkan umur yang tertinggi yaitu umur 1–3 tahun sebanyak 286 orang, berdasarkan jenis kelamin yang tertinggi yaitu laki-laki sebanyak 354 orang, berdasarkan tempat tinggal yang tertinggi yaitu luar Tahuna sebanyak 213 orang, berdasarkan tren kasus ada kecenderungan menurun dari tahun 2013–2015. Oleh sebab itu penulis menyarankan bagi RSUD Liunkendage Tahuna diharapkan dapat melakukan pencatatan buku register secara rapi dan teratur.
TINGKAT PENGETAHUAN DAN PERILAKU HIGIENE SANITASI PENGOLAH MAKANAN DI TEMPAT PENGELOLAAN MAKANAN (TPM) KAWASAN PESISIR BOULEVARD TAHUNA KABUPATEN KEPULAUAN SANGIHE Gracia Ch. Tooy; Chatrina M. A. Bajak; Conny J. Surudani
Jurnal Ilmiah Sesebanua Vol 2 No 2 (2018): Jurnal Ilmiah Sesebanua
Publisher : Pusat Penelitian dan Pengabdian Pada Masyarakat, POLITEKNIK NEGERI NUSA UTARA

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (301.342 KB)

Abstract

Prinsip higiene dan sanitasi makanan adalah pengendalian terhadap empat faktor penyehatan makanan yaitu faktor tempat/bangunan, peralatan, orang, dan bahan makanan. Menurut data dari Dinas Kesehatan Kabupaten Kepulauan Sangihe, pada tahun 2017 tercatat 366 TPM yang tersebar di 17 kecamatan. Kecamatan dengan jumlah TPM terbanyak adalah Kecamatan Tahuna Timur (82 tempat) dan Tahuna (77 tempat). Pembangunan infrastruktural Kabupaten Kepulauan Sangihe pada tiga tahun terakhir (2015-2017) sangat terlihat di kawasan pesisir Teluk Tahuna yang sering disebut Boulevard oleh masyarakat Sangihe, terutama setelah reklamasi kawasan Boulevard di kelurahan Apeng Sembeka dan pembangunan jembatan yang menghubungkan kelurahan Tidore dan kelurahan Towo. Oleh karena perkembangannya maka semakin meningkat pula jumlah TPM di kawasan tersebut. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui gambaran tingkat pengetahuan dan perilaku higiene sanitasi pengolah makanan di kawasan pesisir Boulevard Tahuna Kabupaten Kepulauan Sangihe. Penelitian ini diharapkan dapat dijadikan sumber informasi yang bermanfaat bagi Puskesmas dan Pemerintah Kelurahan agar dapat meningkatkan pengawasan higiene sanitasi makanan di TPM kawasan pesisir Boulevard yang semakin meningkat jumlahnya. Hasil penelitian ini juga diharapkan dapat menambah pengetahuan bagi pengolah makanan sehingga dapat menerapkan standar higiene sanitasi dalam pengolahan makanan dan dapat dijadikan awal pengembangan penelitian berikutnya. Rancangan penelitian digunakan dalam penelitian ini ialah penelitian deskriptif. Populasi dan sampel adalah pengolah makanan di TPM Kawasan Pesisir Boulevard Tahuna Kabupaten Kepulauan Sangihe yang berjumlah 14 orang. Tingkat pengetahuan diukur dengan menggunakan instrumen kuesioner penilitian yang diisi dan diwawancarai, sedangkan perilaku diukur dengan menggunakan lembar observasi yang diamati langsung pada saat dilakukan penelitian. Kesimpulan yang diperoleh dari penelitian ini yaitu : Tingkat Pengetahuan Pengolah Makanan tentang Higiene Sanitasi di TPM Kawasan Pesisir Boulevard Tahuna Kabupaten Kepulauan Sangihe ada dalam kategori Baik dengan persentase 100 persen, sedangkan perilaku higiene sanitasi pengolah makanan sebagian besar berkategori Kurang dengan persentase 71,4 persen. Saran yang diberikan sebagai rekomendasi yaitu perlu adanya sosialisasi tentang higiene sanitasi Pengolahan Makanan sesuai Peraturan Menteri Kesehatan oleh Dinas Kesehatan bekerja sama dengan Pemerintah Kelurahan atau Kecamatan dan juga para ahli/pakar di bidang Gizi dan Kesehatan Lingkungan khususnya higiene sanitasi Pengolahan Makanan, serta perlu adanya pengawasan dan kontrol yang intensif dari Dinas Kesehatan Kabupaten Kepulauan Sangihe, sehingga bagi TPM yang tidak sesuai ketentuan dapat diberikan peringatan ataupun punishment.
GAMBARAN KECEMASAN ORANG TUA SELAMA ANAK DIRAWAT DI RUANGAN ANGGREK BLUD RSU LIUNKENDAGE TAHUNA Maria Sabonbali; Conny J. Surudani; Jelita Siska Herlina Hinonaung
Jurnal Ilmiah Sesebanua Vol 2 No 2 (2018): Jurnal Ilmiah Sesebanua
Publisher : Pusat Penelitian dan Pengabdian Pada Masyarakat, POLITEKNIK NEGERI NUSA UTARA

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (151.341 KB)

Abstract

kecemasan merupakan perasaan yang paling umum dialami orang tua ketika ada masalah kesehatan pada anaknya. Hampir setiap orang merasa cemas saat anak mereka mengalami hospitalisasi. Kecemasan ini dapat meningkat apabila orang tua merasa kurang informasi terhadap penyakit anaknya dari rumah sakit terkait. Metode penelitian yang digunakan adalah penelitian deskriptif dengan metode survey. Pengambilan data menggunakan kuesioner. Responden dalam penelitian ini semua orang tua yang anaknya dirawat di ruangan Anggrek berjumlah 30 orang. Hasil penelitian menunjukkan kecemasan responden dikategorikan kecemasan ringan sebanyak 17 responden (57 persen), kecemasan sedang sebanyak 7 responden (23 persen), dan tidak cemas sebanyak 6 responden (20 Persen). Dapat disimpulkan bahwa kecemasan orang tua selama anak dirawat di ruangan Anggrek BLUD RSU Liunkendage Tahuna berada pada kategori cemas ringan. Disarankan perawat dapat membantu orang tua untuk mengatasi kecemasan yang dialami orang tua berupa penjelasan tentang prosedur saat anak dirawat dan sebelum pemberian tindakan.
GAMBARAN PENGETAHUAN IBU TENTANG PERKEMBANGAN MOTORIK KASAR PADA ANAK USIA 2-5 TAHUN DI KELURAHAN MAHENA Juniaty Tamasengge; Conny J. Surudani; Jelita Siska Herlina Hinonaung
Jurnal Ilmiah Sesebanua Vol 2 No 2 (2018): Jurnal Ilmiah Sesebanua
Publisher : Pusat Penelitian dan Pengabdian Pada Masyarakat, POLITEKNIK NEGERI NUSA UTARA

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (149.633 KB)

Abstract

motorik kasar adalah gerakan tubuh yang menggunakan otot-otot kasar atau sebagian besar atau seluruh anggota yang dipengaruhi oleh kematangan anak itu sendiri. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengetahuan ibu tentang perkembangan motorik kasar pada anak usia 2-5 tahun di Kelurahan Mahena Kecamatan Tahuna. Metode penelitian yang digunakan adalah penelitian deskriptif dengan metode survey. Pengambilan data menggunakan kuesioner. Responden dalam penelitian ini ibu yang memiliki anak usia 2-5 tahun berjumlah 32 orang. Hasil penelitian menunjukkan pengetahuan responden dikategorikan berpengetahuan baik sebanyak 26 responden (81persen) dan berpengetahuan cukup sebanyak 6 responden (19 persen). Dapat disimpulkan bahwa sebagian besar ibu di Kelurahan Mahena berpengetahuan baik tentang perkembangan motorik kasar pada anak usia 2-5 tahun. Hasil penelitian ini dapat dijadikan acuan untuk penelitian selanjutnya.