Claim Missing Document
Check
Articles

Found 5 Documents
Search

ANALISIS FINANSIAL ALAT TANGKAP SOMA GIOP DI KAMPUNG KENDAHE I KECAMATAN KENDAHE Joneidi Tamarol; Julius Frans Wuaten; Yuliana Varala Tatontos
Jurnal Ilmiah Tindalung Vol 5 No 1 (2019): Jurnal Ilmiah Tindalung
Publisher : Pusat Penelitian dan Pengabdian Pada Masyarakat, Politeknik Negeri Nusa Utara

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Tingkat pemanfaatan teknologi penangkapan ikan yang digunakan oleh nelayan di Kampung Kendahe I, Kecamatan Kendahe terbilang cukup beragam, mulai dari pancing tradisional tanpa menggunakan alat bantu perahu, sampai dengan jaring yang menggunakan perahu penangkap bermesin. Salah satu alat tangkap yang digunakan oleh nelayan di kampung Kendahe I adalah jaring penangkap ikan yang disebut oleh nelayan sebagai Soma Giop. Alat tangkap ini termasuk dalam klasifikasi jaring lingkar. Potensi alat tangkap ikan ini seharusnya masih bisa terus dikembangkan dengan mengevaluasi tingkat efisiensi penggunaannya. Salah satu cara yang bisa digunakan untuk mengoptimalkan pemanfaatan alat tangkap ikan ini adalah dengan menganalisa tingkat efisiensi finansial usaha perikanan tangkap soma giop ini. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa usaha ini dapat dilaksanakan. Hal ini dapat dilihat dari hasil akhir dari analisis seperti, nilai Gross B/C sebesar 1.057 (lebih besar (>) dari 1), nilai Net B/C sebesar 2.636 (lebih besar (>) dari 1), nilai NPV selama 5 tahun yaitu Rp 65,896,916, nilai IRR sebesar 66% (lebih besar dari suku bunga), waktu Payback Period selama hanya 2 tahun 4 bulan, serta nilai Break Event Point yang memenuhi kategori usaha yang layak untuk dilakukan. The level of utilization of fishing technology used by fishermen in Kampung Kendahe I, Kendahe District is quite diverse, ranging from traditional fishing without using boat aids to nets that uses motorized fishing boats. One of the fishing gears used by fishermen in Kendahe I village is a fishing net called Soma Giop, the name of the net given by fishermen. This fishing gear is included in the circle net classification. The potential of this fishing gear should be able to continue to be developed by evaluating the level of efficiency of its use. One way that can be used to optimize the use of this fishing gear is to analyze the level of financial efficiency of the Soma Giop fishing business. The results of this study indicate that this effort can be implemented. This can be seen from the final results of the analysis such as: gross B / C value of 1,057 (greater (>) than 1), Net B / C value of 2,636 (greater (>) than 1), NPV value for 5 years namely Rp. 65,896,916, IRR value of 66% (greater than the interest rate), Payback Period for only 2 years and 4 months, as well as the Break Event Point value that meets the business category that is feasible to do.
KOMPOSISI JENIS IKAN DEMERSAL YANG TERTANGKAP HANDLINE DI PERAIRAN PULAU BEBALANG KABUPATEN KEPULAUAN SANGIHE PROVINSI SULAWESI UTARA Julius Frans Wuaten; Mukhlis Abdul Kaim; getruida mozes; Dekris Kapai
Jurnal Ilmiah Tindalung Vol 5 No 2 (2019): Jurnal Ilmiah Tindalung
Publisher : Pusat Penelitian dan Pengabdian Pada Masyarakat, Politeknik Negeri Nusa Utara

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Ikan demersal, sebagian besar masa kehidupannya berada di dasar atau dekat dasar perairan. Ciri-ciri utama kelompok ikan demersal antara lain adalah membentuk gerombolan yang tidak terlalu besar. Oleh masyarakat di Sangihe ikan demersal dinamakan kina sahe menjadi salah satu dari sekian banyak sumberdaya perikanan yang dihasilkan oleh nelayan di Kepulauan Sangihe. Berdasarkan data dari Dinas Kelautan dan Perikanan setempat produksi ikan demersal di Kabupaten Kepulauan Sangihe pada tahun 2010 mencapai 511,21 ton (6,65%) dari total produksi ikan yang mencapai 7.677,2 ton. Sebagai pulau kecil, Pulau Bebalang memiliki potensi untuk dikembangkan khususnya potensi ikan demersal karena disekitar Pulau Bebalang banyak terdapat terumbu karang yang merupakan habitat dari berbagai jenis ikan demersal yang memberi dampak pada tingginya produktifitas ikan demersal. Tujuan penelitian ini yaitu mengetahui komposisi sumberdaya ikan demersal berdasarkan jenis ikan di Perairan Pulau Bebalang Kecamatan Manganitu Selatan Kabupaten Kepulauan Sangihe. Pengumpulan data mengenai ikan demersal dengan melakukan pendataan dan identifikasi terhadap hasil tangkapan ikan demersal yang tertangkap handline di perairan sekitar Pulau Bebalang pada daerah penangkapan ikan demersal kemudian di dokumentasikan dan diukur panjangnya untuk memperoleh komposisi ikan demersal berdasarkan jenisnya. Komposisi ikan demeral yang tertangkap handline di perairan Pulau Bebalang yang paling dominan yaitu Family Serranidae (46%), Holocentridae (31%), Lethrinidae (5%) dan Balistidae (4%) dan spesies ikan demersal yang paling dominan yaitu : Cephalopholis spiloparaea (26%), Sargocentron caudimaculatum (23%) dan Cephalopholis urodeta (13%). Hasil penelitian ini diharapkan akan memberikan bahan masukan dalam menunjang pengelolaan sumberdaya ikan demersal di Kabupaten Kepulauan Sangihe khususnya di perairan sekitar Pulau Bebalang. Large amounts of Demarsal fishes live at the bottom of sea, near the seabed. The main characteristic of these species is small schooling. Demarsal fishes are called “kina sahe” by Sangihe people, these fishes become one of the fishery resources for fisherman in Sangihe Regency. According to the data of Fishery and Marine Services Office in 2010, the cathing production of these species are 511,21 tons (6.65%) of 7.677.2 tons total production. As a small island, Bebalang island has potential for conservation and keeping its marine resources, because this area has great amount of coral types where Demarsal fishes live. As the effect of it, the population of Demarsal fishes are high. The aims of this research are to find out the amount of Demarsal fishes and their types in Bebalang Island sea, South Manganitu District, Sangihe Regency. The data collection of Demarsal fishes are caught by handline in Bebalang Island Sea, identifing them, measuring their length to classify, and taking documentation. The species of Demarsal those are caught by handline are Serranidae (46%), Holocentridae (31%), Lethrinidae (5%), Balistidae (4%). The most catching of Demersal fishes are: Cephalopholis spiloparaea (26%), Sargocentron caudimaculatum (23%) and Cephalopholis urodeta (13%). We hope that the result of this research can give reference for conservation and keeping the Damarsal species in Sangihe Regency, especially around Bebalang Island Sea.
PROSES FINISHING PEMBUATAN KAPAL PAJEKO (MINI PURSE SEINER) DI KAMPUNG PARA I KECAMATAN TATOARENG Julius Frans Wuaten; Ishak Bawias; Rafles Kawowode
Jurnal Ilmiah Tindalung Vol 7 No 2 (2021): Jurnal Ilmiah Tindalung
Publisher : Pusat Penelitian dan Pengabdian Pada Masyarakat, Politeknik Negeri Nusa Utara

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.54484/jit.v7i2.396

Abstract

Abstrak: . Salah satu lokasi tempat pembuatan kapal penangkap ikan yang ada di Kabupaten Kepulauan Sangihe yaitu di Kampung Para I Kecamatan Tatoareng. Masyarakat nelayan yang ada di Kampung Para I pada umumnya memiliki kemampuan dan keahlian dalam membuat unit perahu/kapal penangkap ikan yang diperolehnya secara turun temurun dari orang tua dan nenek moyang mereka. Hampir setiap tahun, nelayan pembuat kapal di Kampung Para I memproduksi kapal penangkap ikan dari bahan kayu, pesanan dari nelayan yang ada di sekitar Pulau Para maupun dari luar pulau. Penelitian ini dilakukan untuk melihat secara langsung proses pembuatan kapal penangkap ikan dari bahan kayu, khususnya dalam proses finishing kapal pajeko. Metode yang digunakan yaitu metode deskriptif, dengan menggambarkan atau menguraikan kejadian di lapangan dalam bentuk laporan, tanpa mengurangi atau menambah informasi yang ada di lapangan. Teknik pengumpulan data dilakukan dengan melakukan wawancara dengan nelayan pembuat kapal, pengamatan langsung dan partisipasi dalam proses finishing meliputi pemakalan, pendumpulan, dan pengecatan kapal. Proses finishing dalam pembuatan kapal pajeko berbahan baku kayu di Kampung Para 1 Kecamatan Tatoreng semuanya dilakukan secara tradisional dan pengerjaannya dilakukan oleh nelayan setempat, mulai dari proses memakal, mendempul dan mengecat dengan peralatan yang sederhana. Abtract: One of the locations for fishing boats in Sangihe Islands Regency is Para Village 1, Tatoareng District. The fishing communities in Para Village 1 generally have the ability and expertise to build fishing boats / vessels, which they have from generation to generation from their parents and ancestors. Almost every year, fishermen who build boats in Para I Village produce fishing boats made of wood, orders from fishermen around Para Island and from outside the island. This research was conducted to see firsthand, the process of making fishing boats from wood, especially in the finishing process of the pajeko boat. The method used is descriptive method, by describing the events in the field, to the form of reports, without reducing or adding to the information in the field. Data collection techniques are carried out by conducting interviews with shipbuilders, direct observation and participation in the shipbuilding finishing process including ‘pemakalan’, ‘pendumpulan’, and ship painting. The finishing process in making pajeko boats made of wood in Para Village 1, Tatoreng District, is all done traditionally and the work is done by local fishermen, starting from the process of ‘pemakalan’, ‘pendumpulan’ and painting with simple equipment.
TEKNIK PEMBUATAN JARING INSANG DASAR (BOTTOM GILL NET) RAMAH LINGKUNGAN DI KAMPUNG DALAKO BEMBANEHE KECAMATAN TATOARENG, KABUPATEN KEPULAUAN SANGIHE Yuliana Varala Tatontos; Julius Frans Wuaten; Ishak Bawias; Getruida Nita Mozes
Jurnal Ilmiah Tatengkorang Vol 3 (2019): Jurnal Ilmiah Tatengkorang
Publisher : Pusat Penelitian dan Pengabdian Kepada Masyarakat, Politeknik Negeri Nusa Utara

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Penangkapan ikan merupakan suatu usaha yang dilakukan manusia untuk mendapatkan organisme-organisme yang ada di perairan. Untuk mendapatkan organisme tersebut dibutuhkan alat tangkap yang sesuai dengan kondisi perairan setempat. Kampung Dalako Bembanehe merupakan salah satu kampung di pesisir Pulau Kahakitang, yang memiliki potensi perikanan tangkap yang cukup baik. Masyarakat lokal umumnya memiliki pekerjaan sebagai nelayan dan petani. Alat tangkap produktif yang digunakan oleh masyarakat yaitu jaring insang dasar (Bottom gill net) digunakan untuk menangkap ikan layang atau nama lokal “talang” dan jaring insang untuk menangkap ikan julung-julung atau “roa”. Nelayan Kampung DalakoBembanehe memiliki peluang meningkatkan taraf hidup dengan penerapan teknologi penangkapan ikan alat tangkap jaring insang dasar ikan layang dan jaring ikan “roa”. Jumlah hasil tangkapan yang diperoleh lebih banyak dibandingkan dengan hasil tangkapan handline, dimana penghasilan nelayan setiap pengoperasian alat tangkap minimal Rp 350.000/orang, 8 kali operasi penangkapan ikan setiap bulan, jika dirata-ratakan masing-masing nelayan memperoleh penghasilan Rp 2.800.000/bulan. Tujuan utama kegiatan ini yaitu untuk mengatasi permasalahan pada kelompok nelayan, dengan melakukan (1) Introduksi penerapan ketrampilan teknik pembuatan alat tangkap jaring insang yang baik dan benar, serta (2) melakukan penerapan metode/teknik pengoperasian alat tangkap jaring insang dasar “talang” yang ramah lingkungan. Rancangan evaluasi yang digunakan untuk menilai apakah kegiatan pengabdian ini berhasil atau tidak adalah dengan membedakan jumlah hasil tangkapan ikan sebelum dan sesudah program kemitraan Masyarakat dilakukan. Hasil yang didapat dalam pelaksanaan kegiatan PKMS ini adalah, kelompok nelayan pesisir di Kampung Dalako Kecamatan Tatoareng mendapatkan satu paket Gill Net, serta pelatihan penerapan metode/teknik pengoperasian alat tangkap jaring insang dasar “talang” yang ramah lingkungan. Selain itu, kualitas hasil tangkapan yang didapat oleh nelayan juga bertambah dari penggunaan alat tangkap ikan sebelumnya. Fishing is an attempt by human or fishermen to catch aquatic/marine organisms or fish. To catch fish, fishermen need appropriate fishing gears that are suitable with a particular water condition. Located in Kahakitang Island, Dalako Bembanehe village is a costal area with fisheries potential and a majority of its people work as farmers and fishermen. Productive fishing gears used by the local fishermen include basic gillnet or bottom gillnet to catch scad fish or "gutters" and gillnets to catch halfbeak fish or also called "roa" by the local community. Fishemen in the village havean opportunity to improve their income by using bottom gillnet and “roa” fishing nets because these fishing gears were reported to have much higher fish catch than that of handline. It was already estimated that by using this fishing gear, a fisherman could earn Rp 350.000 in one operation and on average Rp 2.800.000 in a month. The main purpose of this community service was to solve the problem of low fish catch faced by a group of local fishermen in Dalako Bembanehe by teaching the group the skills (1) for making gill net and (2) for appropriately operating the environmentally friendly basic gill nets. To assess the impact of the program, we compared the number of fish catch before and after our community service. This program resulted in the provision of one set of gill net to a group of local fishermen in Dalako Bembanehe and earned skills for making and operating basic gillnet and gill nets through training, which in turn significantly increased the fish catch of the targeted local fishermen compared to their previous catch.
Artikel ALAT TANGKAP IKAN TRADISIONAL BERDASARKAN PARAMETER SELEKTIVITAS DAN HASIL TANGKAPAN SAMPINGAN CODE OF CONDUCT FOR RESPONSIBLE FISHERIES DI PULAU MAHUMU Julius Frans Wuaten; Ishak Bawias; Yuliana Varala Tatontos; Yana Sambeka; Dekrist Kapai
Jurnal Ilmiah Tindalung Vol 8 No 1 (2022): Jurnal Ilmiah Tindalung
Publisher : Pusat Penelitian dan Pengabdian Pada Masyarakat, Politeknik Negeri Nusa Utara

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.54484/jit.v8i1.496

Abstract

Apabila keberadaan alat tangkap tradisional yang digunakan oleh nelayan berpotensi untuk merusak ekosistem terumbu karang di sekitar pulau-pulau kecil di Kepulauan Sangihe, maka aktivitas penangkap ikan akan berdampak buruk bagi kelestarian lingkungan perairan pesisir pantai. Dibutuhkan penelitian yang sistematis dan obyektif berdasarkan kode etik tatalaksana perikanan yang bertanggung jawab (Code of Conduct for Responsible Fisheries, FAO 1995) terhadap metode dan jenis alat tangkap tradisional yang digunakan oleh nelayan di Kabupaten Kepulauan Sangihe yang di fokuskan pada dua tempat yang menjadi sampel yaitu Pulau Mahumu dan Pulau Bebalang. Teknik pengumpulan data dilakukan dengan cara menyusun daftar pertanyaan yang diajukan pada responden dalam bentuk kuesioner. Responden dalam hal ini adalah nelayan pemilik alat tangkap ikan yang ada di Pulau Mahumu. Pada kuesioner tersebut digunakan pembobotan 1 sampai dengan 4 dalam setiap poin pertanyaan yang mengacu kepada 9 kriteria alat tangkap ramah lingkungan (Firdaus et al. 2017 dalam Pramesthy dan Mardiah, 2019). Hasil penelitian menemukan beberapa kesimpulan yaitu : a). Terdapat 5 jenis alat tangkap ikan tradisional yang dioperasikan di perairan pulau Mahumu, yaitu Soma Paka (gillnet), Soma Tagaho (Pukat dampar), Buya-buya (Tuna hand line), Bawae’ Noru (Hand line) dan Papiti (Senapan Ikan ). b). Berdasarkan hasil penelitian dapat diketahui bahwa alat tangkap Pancing Tuna (Buya-buya) memiliki tingkat selektivitas yang sangat baik. Selain itu, data penelitian juga menunjukkan bahwa hanya ada 1 jenis alat tangkap ikan yang ada di Pulau Mahumu, yang memiliki hasil tangkapan sampingan minimumnamun memiliki nilai pasar yang tinggi, yaitu alat tangkap Bawae’ Noru. If the existence of traditional fishing gear used by fishermen has the potential to damage coral reef ecosystems around small islands in the Sangihe Islands, fishing activities will have a negative impact on the environmental sustainability of coastal waters. A systematic and objective research is needed based on the Code of Conduct for Responsible Fisheries, (FAO 1995) on the methods and types of traditional fishing gear used by fishermen in the Sangihe Islands Regency, focusing on two sample locations, namely Mahumu Island and Bebalang Island. Data collection techniques were carried out by compiling a list of questions posed to respondents in the form of a questionnaire. Respondents in this case are fishermen who own fishing gear on Mahumu Island. The questionnaire uses a weighting of 1 to 4 in each question point that refers to 9 criteria for environmentally friendly fishing gear (Firdaus et al. 2017 in Pramesthy and Mardiah, 2019). The results of the study found several conclusions, namely: a). There are 5 types of traditional fishing gear operated in the waters of Mahumu Island, namely Soma Paka (gillnet), Soma Tagaho (Pukat dampar), Buya-buya (Tuna hand line), Bawae' Noru (Hand line) and Papiti (Senapan Ikan ). b). Based on the results of the study, it can be seen that the Pancing Tuna (Buya-buya) fishing gear has a very good level of selectivity. In addition, research data also shows that there is only 1 type of fishing gear on Mahumu Island, which has a minimum by-catch but has a high market value, namely Bawae' Noru fishing gear.