Claim Missing Document
Check
Articles

Found 11 Documents
Search

PERIODE PENUTUPAN TANAH DENGAN MULSA PLASTIK TERHADAP POPULASI URET (Lepidiota stigma FABRICIUS) DAN PRODUKTIVITAS TEBU / The Effect of Plastic Mulch Period on White Grubs Population and Productivity of Sugar Cane SUBIYAKTO SUBIYAKTO; Dwi Adi Sunarto
Jurnal Penelitian Tanaman Industri Vol 24, No 1 (2018): Juni, 2018
Publisher : Pusat Penelitian dan Pengembangan Perkebunan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.21082/littri.v24n1.2018.21-28

Abstract

The period of using plastic mulch on white grubs population and productivity of sugar cane at white grubs endemic area was conducted in Banyuputih Village, Situbondo on planting season of 2014/2015. Treatment consisted of 5 plastic mulch period (1) Before raining (SBH), (2) One day after rainfall, 14 mm (1 HSH), (3) Seven days after raining (7 HSH), (4) 14 days after raining (14 HSH), (5) 21 days after raining (21 HSH) and Control (without mulching plastic). Research using Randomized Block Design was repeated 5 times. Parameters observed in white grubs and adult (beetle), percentage of plant damage, productivity of sugar cane and sugar and rainfall data. The results showed that all plastic mulch period treatments significantly reduced white grubs population and crop damage compared with controls. Treatment of plastic mulch period of one and seven days after raining provides a difference in productivity of sugar cane of 83 tons/ha (7.7 tons/ha) and 96 tons/ha (sugar 7.8 tons/ha) above the control and both treatments can be recommended. This research needs to be continued especially to find out the efficiency of using plastic mulch in endemic white grubs area.Keywords: closing period, plastic mulch, white grubs control, population, sugarcane productivity AbstrakPenelitian untuk mengetahui periode penutupan tanah menggunakan mulsa plastik terhadap populasi uret dan produktivitas tebu dilaksanakan di areal endemik uret di Desa Banyuputih, Situbondo pada musim tanam 2014/2015. Perlakuan terdiri atas lima penutupan mulsa plastik (1) Sebelum turun hujan (SBH), (2) Satu hari setelah turun hujan dengan curah hujan 14 mm (1 HSH), (3) Tujuh hari setelah turun hujan (7 HSH), (4) 14 hari setelah turun hujan (14 HSH), (5) 21 hari setelah turun hujan (21 HSH) dan Kontrol (tidak ditutup mulsa plastik). Penelitian menggunakan Rancangan Acak Kelompok diulang lima kali. Parameter yang diamati meliputi populasi uret dan dewasa (kumbang), persentase kerusakan tanaman, produktivitas tebu dan hablur serta data curah hujan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa semua perlakuan penutupan mulsa plastik secara nyata dapat menekan populasi uret dan kerusakan tanaman apabila dibandingkan dengan kontrol. Perlakuan penutupan mulsa plastik satu dan tujuh hari setelah turun hujan memberikan selisih produktivitas tebu masing-masing 83 ton/ha (hablur 7,6 ton/ha) dan 96 ton/ha (hablur 7,8 ton/ha) di atas kontrol dan kedua perlakuan tersebut dapat direkomendasikan. Penelitian ini perlu ditindaklanjuti terutama untuk mengetahui efisiensi penggunaan mulsa plastik dalam pengendalian uret pada tanaman tebu di daerah endemik uret.Kata kunci: periode penutupan, mulsa plastik, pengendalian uret, populasi, produktivitas tebu
Analisis Kelayakan Usaha Tani dan Persepsi Petani terhadap Penggunaan Varietas Unggul Kapas Teger Basuki; Dwi Adi Sunarto; . Nurindah
Buletin Tanaman Tembakau, Serat & Minyak Industri Vol 1, No 2 (2009): Oktober 2009
Publisher : Balai Penelitian Tanaman Pemanis dan Serat

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.21082/bultas.v1n2.2009.82-91

Abstract

Balittas telah melepas tiga varietas baru kapas seri Kanesia yang mempunyai ketahanan moderat terhadap Amrasca biguttulla, yaitu Kanesia 11, Kanesia 12, dan Kanesia 13. Analisis ekonomi dan persepsi pengguna terhadap varietas-varietas kapas yang telah dilepas dapat memberikan informasi tentang kelayakan suatu varietas untuk dapat dikembangkan. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mendapatkan informasi tentang analisis ekonomi dan persepsi pengguna tentang varietas kapas Indonesia (Kanesia) yang mempunyai sifat ketahanan terhadap A. biguttulla. Penelitian ini dilaksanakan di daerah pengembangan kapas di Kecamatan Jati, Kabupaten Blora, Jawa Tengah dari Maret–Oktober 2008. Dalam penelitian ini digunakan varietas Kane-sia 10, 11, 12, 13, dan Kanesia 8 sebagai pembanding. Pada kegiatan ini digunakan metode demonstrasi plot dan wawancara. Demonstrasi plot merupakan petak percobaan yang ditanami varietas yang akan di-analisis kelayakannya. Kegiatan ini menggunakan lahan seluas 4 hektar yang dimiliki oleh 11 orang petani. Tata tanam mengikuti pola yang diterapkan petani di Blora dan teknologi budi daya lain diterapkan sesuai rekomendasi Balittas. Pada kegiatan ini analisis kelayakan usaha tani kapas varietas baru dilakukan dengan membandingkan hasil usaha tani secara parsial pada musim tanam jagung dan kapas, yaitu kegiatan pada akhir bulan April sampai dengan awal hingga akhir bulan Agustus. Analisis dilakukan dengan membanding-kan hasil usaha tani varietas-varietas baru pada lahan petani peserta kegiatan ini dengan usaha tani varietas yang sudah digunakan di wilayah tersebut (ISA 205A) di lahan petani IKR dan dengan hasil usaha tani ja-gung di lahan petani yang tidak menanam kapas tumpang sari dengan jagung. Produksi kapas berbiji dari varietas-varietas baru yang diuji pada lahan petani peserta tidak berbeda nyata, tetapi lebih tinggi diban-dingkan dengan produksi varietas pembanding Kanesia 8 sehingga dapat dikatakan bahwa varietas-varietas baru tersebut lebih unggul produktivitasnya dibandingkan Kanesia 8. Budi daya tumpang sari kapas varietas baru dengan jagung memberikan pendapatan yang lebih baik dibandingkan Kanesia 8. Akan tetapi, jika di-bandingkan dengan usaha tani jagung + kapas varietas ISA 205A atau dengan pendapatan usaha tani ja-gung monokultur, maka pendapatan usaha tani varietas-varietas baru ini jauh lebih rendah. Faktor yang ber-pengaruh terhadap perbedaan ini adalah waktu tanam, serta penggunaan input saprodi dan tenaga kerja. Di antara varietas-varietas unggul baru yang diintroduksikan, preferensi petani tertinggi adalah pada Kanesia 10, karena produktivitasnya lebih tinggi dibandingkan produksi varietas lainnya. Indonesian Tobacco and Fiber Crops Research Institute (IToFCRI) has released three cotton varieties which are moderate resistant to A. biguttulla, namely Kanesia 11, Kanesia 12, and Kanesia 13. Economic analysis and users’ perception to the new varieties would provide in important information of the variety’s feasibility for cotton development. The aim of this research activity was to obtain information about economic analysis and user’s perception of the newly released cotton varieties with moderately resistant to A. biguttulla. This research was conducted in cotton development area, in Jati, Blora, Central Java from March–October 2008. This research used cotton varieties, i.e. Kanesia 10, 11, 12, 13, and Kanesia 8 as a comparison. This re-search used demonstration plots and interview. Demonstration plots were plots where the evaluated varie-ties will be analyzed for their feasibility. This research activity used 4 hectares owned by 11 farmers. Planting system was as farmer’s practice, i.e., cotton intercropped with maize and cultivation technology recom-mended by IToFCRI. This analysis was done by comparing partially farming output of the new varieties planted by participant farmers with that of established varieties (ISA 205A) planted by non-participant farmers and with maize planted by non-participant farmers on April–August 2008. Cotton seed production of the new varieties was not significantly different, however, it was significantly higher than that of the compa-rison variety (Kanesia 8), so that those newly releases varieties are superior to the previously released va-riety. Intercropping maize with new cotton varieties gave a higher income than that with Kanesia 8. How-ever, it was much lower when comparing with the farming output of monoculture maize. Factors affected this different include planting time, the use of farming inputs including man power. Among the introduced cotton varieties, farmer’s preference was to Kanesia 10, because of its production performance.
Penerapan Teknologi Pengendalian Hama Kapas Ramah Lingkungan Dwi Adi Sunarto; Anastasia Siti Murdiyati; . Nurindah
Buletin Tanaman Tembakau, Serat & Minyak Industri Vol 3, No 1 (2011): April 2011
Publisher : Balai Penelitian Tanaman Pemanis dan Serat

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.21082/bultas.v3n1.2011.38-47

Abstract

Penerapan komponen teknologi pengendalian hama ramah lingkungan dilaksanakan di daerah pengembang-an kapas di Kecamatan Jati, Kabupaten Blora, Jawa Tengah di lahan petani seluas ± 5 hektar yang dimiliki oleh 20 petani pada bulan Maret sampai dengan Oktober 2009. Komponen teknologi pengendalian hama ra-mah lingkungan diharapkan menjadi solusi yang tepat untuk mengatasi masalah serangga hama pada tanam-an kapas dan dapat diterima oleh petani. Pengendalian serangga hama kapas yang diterapkan adalah pengen-dalian serangga hama ramah lingkungan dengan komponen pengendalian yang terdiri atas seed treatment dengan insektisida imidakloprit dan penyemprotan insektisida botani ekstrak biji mimba berdasarkan ambang kendali yang mempertimbangkan keberadaan musuh alami dibandingkan dengan pengendalian serangga ha-ma konvensional (pengendalian hama menggunakan insektisida kimiawi sintetis seperti yang biasa diterap-kan oleh petani). Hasil penelitian menunjukkan bahwa penerapan komponen teknologi pengendalian hama ra-mah lingkungan yang terdiri atas seed treatment, insektisida botani ekstrak biji mimba, dan ambang kendali dengan mempertimbangkan keberadaan musuh alami, terbukti dapat menekan populasi serangga hama ka-pas selalu di bawah batas ambang kendali dan tidak berbeda dengan pengendalian hama secara konvensio-nal. Pengendalian hama ramah lingkungan lebih aman terhadap musuh alami dengan pendapatan usaha tani kapas Rp621.250,00 lebih tinggi dibanding pengendalian hama secara konvensional. Teknologi pengendalian hama ramah lingkungan dapat diterima oleh petani, kecuali teknologi ambang kendali yang secara konsep da-pat diterima, tetapi petani masih enggan untuk melaksanakannya. Application of environmentally friendly pest control technology is expected to be the best solution to over-come insect pest problem on cotton crops and can be accepted by farmers. The research was conducted in the area of cotton development in Jati District, Blora Regency, Central Java on farmers' land area of 5 hectares owned by 20 farmers from March to October 2009. The applied treatments were: application of environmen-tally friendly pest insect control components, ie: seed treatment and botanical neem seed extracts insecticide sprayed based on an action threshold that considers the presence of natural enemies took in to account, compared with conventional pest control (pest control using synthetic chemical insecticides commonly used by the cotton farmers). The results showed that the application of environmentally friendly pest control tech-nology suppressed cotton insect pest population with no negative effect on natural enemies, and retained seed cotton production, increased the income of cotton farming as much as Rp621.250,00. Components of en-vironmentally friendly pest control technology can be accepted by cotton farmers, including the action thres-hold concept. However, the farmers were mind to implement the action threshold as it is too complicated for them.
Tanaman Perangkap untuk Pengendalian Serangga Hama Tembakau . Nurindah; Dwi Adi Sunarto; . Sujak
Buletin Tanaman Tembakau, Serat & Minyak Industri Vol 1, No 2 (2009): Oktober 2009
Publisher : Balai Penelitian Tanaman Pemanis dan Serat

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.21082/bultas.v1n2.2009.55-68

Abstract

Pengelolaan serangga hama dalam good agricultural practices (GAP) menerapkan cara-cara memproduksi tanaman yang berkualitas dengan menggunakan metode-metode pengelolaan serangga hama yang dapat meningkatkan keragaman genetik, keanekaragaman hayati dan habitatnya, serta terhadap struktur sosial dan komunitas pedesaan. Strategi ‘tolak-tarik’ (‘push-pull’ strategy) merupakan salah satu teknik pengenda-lian hama yang berprinsip pada komponen pengendalian non-toksik, sehingga dapat diintegrasikan dengan metode-metode lain yang dapat menekan perkembangan populasi hama dengan meningkatkan peran mu-suh alami pada pertanaman. Penelitian tanaman perangkap untuk pengendalian serangga tanaman temba-kau cerutu besuki dilaksanakan di Desa Antirogo, Kecamatan Sumbersari, Jember pada bulan Agustus–De-sember 2008. Pada penelitian ini digunakan tanaman jarak kepyar, sorgum, dan kacang hijau sebagai ta-naman penarik yang ditanam secara berlajur sebanyak satu atau dua baris di antara delapan baris tanaman tembakau. Sebagai pembanding adalah tanaman tembakau monokultur dengan penyemprotan insektisida secara berjadwal setiap empat hari sejak 10–50 HST dan petak kontrol, yaitu tanaman monokultur tanpa pe-ngendalian hama sama sekali. Penelitian disusun dalam rancangan acak kelompok dengan lima perlakuan yang diulang lima kali. Penelitian ini bertujuan untuk memilih tanaman perangkap yang dapat digunakan da-lam program pengendalian hama cerutu besuki secara terpadu. Hasil penelitian menunjukkan bahwa tanam-an jarak kepyar, sorgum, dan kacang hijau dapat digunakan sebagai tanaman perangkap, sehingga populasi hama pada tembakau dapat ditekan hingga 50% dan diperoleh produksi daun basah (8,62–9,17 ton/ha vs 8,42 ton/ha) dan kerosok (1,01–1,07 ton/ha vs 0,96 ton/ha) dengan mutu yang lebih baik dibandingkan kontrol (indeks mutu: 62,5–64,4 vs 62,1). Penggunaan kacang hijau memberikan produksi kerosok dengan mutu baik tertinggi, sehingga memberikan penerimaan yang lebih tinggi dibandingkan perlakuan lain. Pe-nyemprotan insektisida secara berjadwal untuk mengendalikan serangga hama tembakau cerutu besuki na-oogst merupakan tindakan pengendalian yang tidak efektif dan juga tidak efisien, karena sasaran serangga hama tidak tepat, sehingga terjadi pemborosan biaya input. Pest management in good agricultural practices concept use methods of qualified crop production processes with considering increasing genetic diversity, biodiversity and its habitat as well as social structure and village community. Push-and-pull strategy is a pest control method with a non-toxic method principal so that it can be integrated with other methods to suppress pest population and increase natural enemies’ populationin the ecosystems. Research on trap crops used for controlling insect pests on besuki-cigar tobaccowas conducted on besuki-cigar tobacco fields planted after rice (na-oogst) in Jember on August–December2008. In this research activity we used castor, sorghum, and mungbean as trap crops, each was intercroppedin one or two rows between eight rows of tobacco plants. We used monoculture tobacco plants withscheduled sprays of chemical insecticide, i.e. 4 days-spray interval on 10–50 days after planting and controlplots without any insect pest control for comparison with the use of trap crops. The research was arrangedin randomized block design with five treatments and five replicates. The aim of the research is to choose asuitable trap crop used in pest management of besuki cigar tobacco. The results showed that castor, sorghum,and mungbean could be use as trap crops to suppress insect pests population up to 25% on tobaccoplants and would give leaf production (1.01–1.07 ton/ha vs 0,96 ton cured leaves/ha) with a better quality(quality index: 62.5–64.4 vs 62.1) than those of control. Mungbean is the best trap crop as it gives a highestleaf production with a better quality, so that gives a better income than those of other treatments. Scheduledchemical insecticide sprays to control insect pest on na-oogst-besuki cigar tobacco was not either effectiveor efficient, because the target pest was not right, so that causing a wasteful input cost.
Uji toleransi lapang galur-galur tebu terhadap hama penggerek pucuk dan penggerek batang Sujak Sujak; Dwi Adi Sunarto; Subiyakto Subiyakto
Agrovigor Vol 14, No 1 (2021): Maret
Publisher : Universitas Trunojoyo Madura

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.21107/agrovigor.v14i1.8506

Abstract

Dalam praktek pengelolaan serangga hama komponen penanaman varietas toleran dinilai kompatibel, murah, mudah diterapkan dan ramah lingkungan. Penelitian ini bertujuan untuk mengevaluasi tingkat toleransi galur galur harapan tebu terhadap  penggerek pucuk dan penggerek batang tebu. Penelitian dilakukan di Kediri, Jawa Timur pada tanaman ratun ke-3 dan di Pati, Jawa Tengah pada tanaman ratun ke-2. Data dianalisis menggunakan Rancangan Acak Kelompok (RAK) diulang tiga kali.  Perlakuan terdiri atas 17 galur harapan tebu yaitu MLG 43, MLG 12, MLG 9, MLG 5, MLG 4, MLG 23, MLG 29, MLG 24, MLG 49, MLG 56, MLG 45, MLG 55, MLG 38, MLG 52, MLG 14, MLG 11, JR 01 dan 3 varietas pembanding BL, PS 881, Cenning untuk lokasi Kediri dan Kentung untuk lokasi Pati. Ukuran petak 5 juring x 10 m, dengan PKP 120-135 cm. Parameter pengamatan meliputi serangan penggerek pucuk dan penggerek batang.  Pengamatan dilakukan pada 3 baris tanaman sepanjang 10 m, dilakukan pada waktu tanaman berumur 3 bulan dan 6 bulan setelah tanam. Pada umur 9 bulan dilakukan pengamatan distruktif dengan membelah batang tebu untuk mengukur panjang gerekan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa berdasarkan pengamatan lapang galur MLG 5 dan MLG 52 merupakan galur yang relatif toleran terhadap serangan penggerek pucuk dan penggerek batang. Galur MLG 45, MLG 55, MLG 38 dan MLG 14 tergolong kategori toleransi sedang/moderat dan galur MLG 24 tergolong kategori berat/rentan.
PERIODE PENUTUPAN TANAH DENGAN MULSA PLASTIK TERHADAP POPULASI URET (Lepidiota stigma FABRICIUS) DAN PRODUKTIVITAS TEBU / The Effect of Plastic Mulch Period on White Grubs Population and Productivity of Sugar Cane SUBIYAKTO SUBIYAKTO; Dwi Adi Sunarto
Jurnal Penelitian Tanaman Industri Vol 24, No 1 (2018): Juni, 2018
Publisher : Pusat Penelitian dan Pengembangan Perkebunan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (641.619 KB) | DOI: 10.21082/littri.v24n1.2018.21-28

Abstract

The period of using plastic mulch on white grubs population and productivity of sugar cane at white grubs endemic area was conducted in Banyuputih Village, Situbondo on planting season of 2014/2015. Treatment consisted of 5 plastic mulch period (1) Before raining (SBH), (2) One day after rainfall, 14 mm (1 HSH), (3) Seven days after raining (7 HSH), (4) 14 days after raining (14 HSH), (5) 21 days after raining (21 HSH) and Control (without mulching plastic). Research using Randomized Block Design was repeated 5 times. Parameters observed in white grubs and adult (beetle), percentage of plant damage, productivity of sugar cane and sugar and rainfall data. The results showed that all plastic mulch period treatments significantly reduced white grubs population and crop damage compared with controls. Treatment of plastic mulch period of one and seven days after raining provides a difference in productivity of sugar cane of 83 tons/ha (7.7 tons/ha) and 96 tons/ha (sugar 7.8 tons/ha) above the control and both treatments can be recommended. This research needs to be continued especially to find out the efficiency of using plastic mulch in endemic white grubs area.Keywords: closing period, plastic mulch, white grubs control, population, sugarcane productivity AbstrakPenelitian untuk mengetahui periode penutupan tanah menggunakan mulsa plastik terhadap populasi uret dan produktivitas tebu dilaksanakan di areal endemik uret di Desa Banyuputih, Situbondo pada musim tanam 2014/2015. Perlakuan terdiri atas lima penutupan mulsa plastik (1) Sebelum turun hujan (SBH), (2) Satu hari setelah turun hujan dengan curah hujan 14 mm (1 HSH), (3) Tujuh hari setelah turun hujan (7 HSH), (4) 14 hari setelah turun hujan (14 HSH), (5) 21 hari setelah turun hujan (21 HSH) dan Kontrol (tidak ditutup mulsa plastik). Penelitian menggunakan Rancangan Acak Kelompok diulang lima kali. Parameter yang diamati meliputi populasi uret dan dewasa (kumbang), persentase kerusakan tanaman, produktivitas tebu dan hablur serta data curah hujan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa semua perlakuan penutupan mulsa plastik secara nyata dapat menekan populasi uret dan kerusakan tanaman apabila dibandingkan dengan kontrol. Perlakuan penutupan mulsa plastik satu dan tujuh hari setelah turun hujan memberikan selisih produktivitas tebu masing-masing 83 ton/ha (hablur 7,6 ton/ha) dan 96 ton/ha (hablur 7,8 ton/ha) di atas kontrol dan kedua perlakuan tersebut dapat direkomendasikan. Penelitian ini perlu ditindaklanjuti terutama untuk mengetahui efisiensi penggunaan mulsa plastik dalam pengendalian uret pada tanaman tebu di daerah endemik uret.Kata kunci: periode penutupan, mulsa plastik, pengendalian uret, populasi, produktivitas tebu
Analisis Kelayakan Usaha Tani dan Persepsi Petani terhadap Penggunaan Varietas Unggul Kapas Teger Basuki; Dwi Adi Sunarto; . Nurindah
Buletin Tanaman Tembakau, Serat & Minyak Industri Vol 1, No 2 (2009): Oktober 2009
Publisher : Balai Penelitian Tanaman Pemanis dan Serat

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (329.26 KB) | DOI: 10.21082/bultas.v1n2.2009.82-91

Abstract

Balittas telah melepas tiga varietas baru kapas seri Kanesia yang mempunyai ketahanan moderat terhadap Amrasca biguttulla, yaitu Kanesia 11, Kanesia 12, dan Kanesia 13. Analisis ekonomi dan persepsi pengguna terhadap varietas-varietas kapas yang telah dilepas dapat memberikan informasi tentang kelayakan suatu varietas untuk dapat dikembangkan. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mendapatkan informasi tentang analisis ekonomi dan persepsi pengguna tentang varietas kapas Indonesia (Kanesia) yang mempunyai sifat ketahanan terhadap A. biguttulla. Penelitian ini dilaksanakan di daerah pengembangan kapas di Kecamatan Jati, Kabupaten Blora, Jawa Tengah dari Maret–Oktober 2008. Dalam penelitian ini digunakan varietas Kane-sia 10, 11, 12, 13, dan Kanesia 8 sebagai pembanding. Pada kegiatan ini digunakan metode demonstrasi plot dan wawancara. Demonstrasi plot merupakan petak percobaan yang ditanami varietas yang akan di-analisis kelayakannya. Kegiatan ini menggunakan lahan seluas 4 hektar yang dimiliki oleh 11 orang petani. Tata tanam mengikuti pola yang diterapkan petani di Blora dan teknologi budi daya lain diterapkan sesuai rekomendasi Balittas. Pada kegiatan ini analisis kelayakan usaha tani kapas varietas baru dilakukan dengan membandingkan hasil usaha tani secara parsial pada musim tanam jagung dan kapas, yaitu kegiatan pada akhir bulan April sampai dengan awal hingga akhir bulan Agustus. Analisis dilakukan dengan membanding-kan hasil usaha tani varietas-varietas baru pada lahan petani peserta kegiatan ini dengan usaha tani varietas yang sudah digunakan di wilayah tersebut (ISA 205A) di lahan petani IKR dan dengan hasil usaha tani ja-gung di lahan petani yang tidak menanam kapas tumpang sari dengan jagung. Produksi kapas berbiji dari varietas-varietas baru yang diuji pada lahan petani peserta tidak berbeda nyata, tetapi lebih tinggi diban-dingkan dengan produksi varietas pembanding Kanesia 8 sehingga dapat dikatakan bahwa varietas-varietas baru tersebut lebih unggul produktivitasnya dibandingkan Kanesia 8. Budi daya tumpang sari kapas varietas baru dengan jagung memberikan pendapatan yang lebih baik dibandingkan Kanesia 8. Akan tetapi, jika di-bandingkan dengan usaha tani jagung + kapas varietas ISA 205A atau dengan pendapatan usaha tani ja-gung monokultur, maka pendapatan usaha tani varietas-varietas baru ini jauh lebih rendah. Faktor yang ber-pengaruh terhadap perbedaan ini adalah waktu tanam, serta penggunaan input saprodi dan tenaga kerja. Di antara varietas-varietas unggul baru yang diintroduksikan, preferensi petani tertinggi adalah pada Kanesia 10, karena produktivitasnya lebih tinggi dibandingkan produksi varietas lainnya. Indonesian Tobacco and Fiber Crops Research Institute (IToFCRI) has released three cotton varieties which are moderate resistant to A. biguttulla, namely Kanesia 11, Kanesia 12, and Kanesia 13. Economic analysis and users’ perception to the new varieties would provide in important information of the variety’s feasibility for cotton development. The aim of this research activity was to obtain information about economic analysis and user’s perception of the newly released cotton varieties with moderately resistant to A. biguttulla. This research was conducted in cotton development area, in Jati, Blora, Central Java from March–October 2008. This research used cotton varieties, i.e. Kanesia 10, 11, 12, 13, and Kanesia 8 as a comparison. This re-search used demonstration plots and interview. Demonstration plots were plots where the evaluated varie-ties will be analyzed for their feasibility. This research activity used 4 hectares owned by 11 farmers. Planting system was as farmer’s practice, i.e., cotton intercropped with maize and cultivation technology recom-mended by IToFCRI. This analysis was done by comparing partially farming output of the new varieties planted by participant farmers with that of established varieties (ISA 205A) planted by non-participant farmers and with maize planted by non-participant farmers on April–August 2008. Cotton seed production of the new varieties was not significantly different, however, it was significantly higher than that of the compa-rison variety (Kanesia 8), so that those newly releases varieties are superior to the previously released va-riety. Intercropping maize with new cotton varieties gave a higher income than that with Kanesia 8. How-ever, it was much lower when comparing with the farming output of monoculture maize. Factors affected this different include planting time, the use of farming inputs including man power. Among the introduced cotton varieties, farmer’s preference was to Kanesia 10, because of its production performance.
Evaluasi pelepasan Trichogramma spp. untuk pengendalian penggerek pucuk dan batang tebu Nurindah Nurindah; Dwi Adi Sunarto; Sujak Sujak
Jurnal Entomologi Indonesia Vol 13 No 2 (2016): Juli
Publisher : Perhimpunan Entomologi Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (387.038 KB) | DOI: 10.5994/jei.13.2.107

Abstract

The success and effectiveness evaluation of Trichogramma releases for controlling  sugarcane top borer (Scirpophaga excerptalis (Walker)) and stalk borers (Chilo spp.) have not been intensively evaluated. This research was aimed to evaluate the control technique of sugarcane borer complex by releasing Trichogramma spp. The evaluation approach was performance tests of the parasitoid fitness through determination of reproductive rate and parasitism capacity of the parasitoids. Field observations were also done to obtain the borers’ egg parasitism level in Trichogramma released and unreleased sugarcane fields. The observation was done by collecting the borers’ eggs in such fields and egg parasitism level was recorded. Results showed that releases of Trichogramma chilonis Ishii or Trichogramma japonicum Ashmead were not effectively caused egg parasitism on S. excerptalis or Chilo spp. A hundred % parasitism of S. excerptalis eggs and  77% parasitism of Chilo spp. were caused by Telenomus sp. T. chilonis parasitized only Chilo spp. Reproductive performance of T. japonicum indicated a low reproduction capacity. Mass releases of Trichogramma spp. for controlling the sugarcane borers’ complex in Indonesia has to be reconsidered by taking into account the species and release technique to obtain a successful biocontrol of sugarcane borers’ complex.
Investasi Hama Penggerek Pucuk Kelapa (Oryctes rhinoceros) Pada Plasma Nutfah Agave Parnidi Parnidi; Dwi Adi Sunarto; Marjani Marjani
BIOEDUSCIENCE Vol 6 No 1 (2022): BIOEDUSCIENCE
Publisher : Universitas Muhammadiyah Prof. Dr. Hamka

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (972.97 KB) | DOI: 10.22236/j.bes/616282

Abstract

Background: Agave is known as one of the natural fiber-producing plants that have many benefits. Agave plants can grow well on dry land, however, many organisms can damage agave crops in the field. One of the agave plant is Shoot Borers Beetle Pest of Coconut (Oryctes rhinoceros L). The purpose of this research is to get information about variation damage of agave germ plasma to Shoot Borers Beetle Pest of Coconut (Oryctes rhinoceros L). Methods: The research was conducted at the Agave balittas collection in the Experimental Garden Balittas Karangploso. Observation of shoot borers beetle pest of coconut (Oryctes rhinoceros L.) was carried out on 6 plants. Observations were made by calculating the number of holes that were found on the leaves. Results: The results showed that the investment of Shoot Borers Beetle Pest of Coconut (Oryctes rhinoceros L) causing damage to agave germplasm varies. The average percentage of damage to Agave angustifolia and Agave cantala in 2017 due to the investment in Shoot Borers Beetle Pest of Coconut (Oryctes rhinoceros L) is range from 66.7 to 100%. The average damage caused by Shoot Borers Beetle Pest of Coconut (Oryctes rhinoceros L) investment in Agave sisalana ranges from 0 to 16.7%. Conclusions: The investment of shoot borers beetle pest of coconut in agave plants has a big impact on decreasing crop production and fiber quality.
Investasi Hama Penggerek Pucuk Kelapa (Oryctes rhinoceros) Pada Plasma Nutfah Agave Parnidi Parnidi; Dwi Adi Sunarto; Marjani Marjani
BIOEDUSCIENCE Vol 6 No 1 (2022): BIOEDUSCIENCE
Publisher : Universitas Muhammadiyah Prof. Dr. Hamka

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.22236/j.bes/616282

Abstract

Background: Agave is known as one of the natural fiber-producing plants that have many benefits. Agave plants can grow well on dry land, however, many organisms can damage agave crops in the field. One of the agave plant is Shoot Borers Beetle Pest of Coconut (Oryctes rhinoceros L). The purpose of this research is to get information about variation damage of agave germ plasma to Shoot Borers Beetle Pest of Coconut (Oryctes rhinoceros L). Methods: The research was conducted at the Agave balittas collection in the Experimental Garden Balittas Karangploso. Observation of shoot borers beetle pest of coconut (Oryctes rhinoceros L.) was carried out on 6 plants. Observations were made by calculating the number of holes that were found on the leaves. Results: The results showed that the investment of Shoot Borers Beetle Pest of Coconut (Oryctes rhinoceros L) causing damage to agave germplasm varies. The average percentage of damage to Agave angustifolia and Agave cantala in 2017 due to the investment in Shoot Borers Beetle Pest of Coconut (Oryctes rhinoceros L) is range from 66.7 to 100%. The average damage caused by Shoot Borers Beetle Pest of Coconut (Oryctes rhinoceros L) investment in Agave sisalana ranges from 0 to 16.7%. Conclusions: The investment of shoot borers beetle pest of coconut in agave plants has a big impact on decreasing crop production and fiber quality.