Noir Primadona Purba
Universitas Padjadjaran

Published : 15 Documents Claim Missing Document
Claim Missing Document
Check
Articles

Found 15 Documents
Search

Variasi sebaran suhu dan klorofil-a akibat pengaruh Arlindo terhadap distribusi ikan cakalang di Selat Lombok Andry Nugroho Setiawan; Yayat Dhahiyat; Noir Primadona Purba
Depik Vol 2, No 2 (2013): August 2013
Publisher : Faculty of Marine and Fisheries, Universitas Syiah Kuala

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.13170/depik.2.2.723

Abstract

Abstract. The movement ofthewater mass affected Indonesian waters characterisicaretraversedbyIndonesian Throughflow which one of them in Lombok Strait. This study conductedtodetermine Indonesian Throughflow effectagainsttemperature distribution,chlorophyll-a variation and also distribution ofskipjackin theLombokStrait in 2008. The studyarealocated atcoordinate115˚E-116˚Eand8˚S-9˚S. The dataused weretemperature, chlorophyll-a, sea surfacecurrentsandalsosupported withskipjackcatches data. Visualizationresultshowed westseason,seasurface temperaturehigh enough withranged between26.62-31.12oC andchlorophyll-a concentrationby0.05596-0.9778mg(m-3)-1withthe current directiontend to lead to the northeastwith a speed ranged of0.0250-0.4439ms-1. In thefirsttransitiontemperature ofthe seasurfaceslightlydecreasedrangedbetween26.77-30.30oC andfollowed by arise chlorophyll-a concentrationby0.07302-0.7324mg(m-3)-1withthe current directiontend to leadto the eastwith a speed ranged0.0640-0.8123ms-1. In the east season,seasurfacetemperaturewas quitelow,ranged from24.30-29.33oC andfollowedwithan increased chlorophyll-a concentrationby0.1491-0.9897mg(m-3)-1 withthe current directiontend to leadto the southeastwith a speed ranged by0.4351-1.1813 ms-1. In thesecondtransition, seasurfacetemperature rised back withranged25.12-31.05oC andfollowed bydecreased concentration ofchlorophyll-a by0.09565-0.9456mg(m-3)-1withthe current directiontend to leadto the southeastwith a speed ranged by0.1129-0.7336ms-1. The relationship betweentemperatureandchlorophyll-a resultshowedvariationbutona warmtemperatureandfairlyhigh chlorophyll-a, catchedarehigh enoughinSeptember-November.Keywords: Indonesian Throughflow; Lombok Strait; Skipjack Abstrak.Pergerakan ARLINDO yang melalui perairan Indonesia berpengaruh pada karakteristik perairan di timur Indonesia dimana salah satunya adalah Selat Lombok. Kajian ini menekankan pengaruh Arlindo terhadap variasi sebaran suhu dan klorofil-a terhadap hasil tangkapan ikan cakalang di Selat Lombok pada periode tahun 2008. Data yang digunakan yaitu suhu, klorofil-a, arus permukaan dan hasil tangkapan ikan cakalang. Hasil visualisasi menunjukkan pada musim barat, suhu permukaan lautnya cukup tinggi yaitu berkisar 26,62-31,12oC dan konsentrasi klorofil-a sebesar 0,056-0,978mg (m-3)-1 dengan arah arus cenderung ke timur laut dengan kecepatan 0,0250-0,4439 m/detik. Pada musim peralihan I suhu permukaan lautnya sedikit mengalami penurunan yaitu berkisar 26,77-30,30oC dan dan diikuti dengan kenaikan konsentrasi klorofil-a sebesar 0,073-0,732mg (m-3)-1 dengan arah arus cenderung ke timur dengan kecepatan 0,0640-0,8123 m/detik. Pada musim timur suhu permukaan lautnya cukup rendah yaitu berkisar 24,30-29,33oC dan dan diikuti dengan kenaikan konsentrasi klorofil-a sebesar 0,149-0,989mg (m-3)-1 dengan arah arus ke tenggara dengan kecepatan 0,4351-1,1813 m/detik. Pada musim peralihan II suhu permukaan lautnya kembali naik yaitu berkisar 25,12-31,05oC dan dan diikuti dengan penurunan konsentrasi klorofil-a sebesar 0,096-0,946mg (m-3)-1 dengan arah arus ke tenggara dengan kecepatan 0,1129-0,7336 m/detik. Hubungan antara suhu dan klorofil-amenunjukkan adanya variasi akan tetapi pada suhu yang hangat dan klorofil-a yang cukup tinggi terdapat hasil tangkapan yang cukup tinggi yaitu pada bulan September-November.Kata kunci : Arlindo; Selat Lombok;  Ikan Cakalang 
Hubungan variabilitas mixed layer depth kriteria ∆T=0,5 oC dengan sebaran tuna di Samudera Hindia bagian timur Dessy Teliandi; Otong Suhara Djunaedi; Noir Primadona Purba; Widodo Setiyo Pranowo
Depik Vol 2, No 3 (2013): December 2013
Publisher : Faculty of Marine and Fisheries, Universitas Syiah Kuala

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.13170/depik.2.3.978

Abstract

Abstract. The Indian Ocean has an important role in the variability of aquatic ecosystems including fisheries resource. This study was conducted to determine the relationship between Mixed Layer Depth (MLD) criterion ∆T = 0.5 oC and distribution of tuna in the Eastern Indian Ocean. The study area was situated in the Eastern Indian Ocean at the coordinate 100 – 120oE dan 5 – 20oS. The data MLD criterion ∆T = 0.5 oC as well as data distribution and tuna catches which processed in the seasonal period were used in this study. Visualization result showed that the variation of MLD based on the depth value was inversely related to MLD variation based on temperature. MLD variations indicated that the depth of the shallowest MLD on the West Monsoon and deepest on the East Monsoon, while the highest temperature of MLD was recorded in Transitional Monsoon 1 and the lowest in Transitional Monsoon 2. The most widespread distribution of tuna were in Eastern Monsoon and the narrowest in Transional Monsoon 1. MLD variation relations with tuna catches have seen fairly high correlation of Pearson correlation value of 0.891 for tuna catches with depth MLD correlation and -0.927 for tuna catches correlation with temperature MLD.Keywords : Mixed Layer Depth (MLD); ∆T = 0.5 oC; Temperature; Depth; TunaAbstrak. Samudera Hindia merupakan salah satu perairan yang memiliki peranan penting dalam variabilitas ekosistem perairan termasuk didalamnya sumberdaya perikanan. Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui hubungan Mixed Layer Depth (MLD) kriteria ∆T = 0,5 oC dengan sebaran Tuna di Samudera Hindia bagian Timur. Wilayah kajian penelitian ini adalah perairan Samudera Hindia bagian Timur dengan koordinat 100 – 120oBT dan 5 – 20oLS. Data yang digunakan adalah data MLD kriteria ∆T = 0,5 oC berdasarkan suhu dan kedalamannya, serta data sebaran dan tangkapan Tuna yang diolah dalam periode musiman. Hasil visualisasi menunjukkan bahwa variasi MLD berdasarkan kedalaman memiliki nilai berbanding terbalik dengan variasi MLD berdasarkan suhu. Variasi MLD menunjukkan bahwa kedalaman MLD paling dangkal berada pada Musim Barat yakni berkisar antara 22 – 60 dbar dan paling dalam berada pada Musim Timur dengan nilai berkisar antara 60 – 100 dbar, sedangkan suhu MLD tertinggi berada pada Musim Peralihan 1 yakni 28,5 – 29,5 oC dan terendah pada Musim Peralihan 2 dengan nilai berkisar antara 23 – 29 oC. Sebaran Tuna paling luas berada pada Musim Timur dan paling sempit berada pada Musim Peralihan 1. Hubungan variasi MLD dengan hasil tangkapan Tuna memiliki korelasi cukup tinggi yang terlihat dari nilai korelasi Pearson sebesar +0,891 untuk korelasi tangkapan Tuna dengan kedalaman MLD dan -0,927 untuk korelasi hasil tangkapan Tuna dengan suhu MLD.Kata kunci : Mixed Layer Depth; ∆T = 0,5 oC; Suhu; Kedalaman; Tuna
Variasi sebaran suhu dan klorofil-a akibat pengaruh Arlindo terhadap distribusi ikan cakalang di Selat Lombok Andry Nugroho Setiawan; Yayat Dhahiyat; Noir Primadona Purba
Depik Vol 2, No 2 (2013): August 2013
Publisher : Faculty of Marine and Fisheries, Universitas Syiah Kuala

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.13170/depik.2.2.723

Abstract

Abstract. The movement ofthewater mass affected Indonesian waters characterisicaretraversedbyIndonesian Throughflow which one of them in Lombok Strait. This study conductedtodetermine Indonesian Throughflow effectagainsttemperature distribution,chlorophyll-a variation and also distribution ofskipjackin theLombokStrait in 2008. The studyarealocated atcoordinate115˚E-116˚Eand8˚S-9˚S. The dataused weretemperature, chlorophyll-a, sea surfacecurrentsandalsosupported withskipjackcatches data. Visualizationresultshowed westseason,seasurface temperaturehigh enough withranged between26.62-31.12oC andchlorophyll-a concentrationby0.05596-0.9778mg(m-3)-1withthe current directiontend to lead to the northeastwith a speed ranged of0.0250-0.4439ms-1. In thefirsttransitiontemperature ofthe seasurfaceslightlydecreasedrangedbetween26.77-30.30oC andfollowed by arise chlorophyll-a concentrationby0.07302-0.7324mg(m-3)-1withthe current directiontend to leadto the eastwith a speed ranged0.0640-0.8123ms-1. In the east season,seasurfacetemperaturewas quitelow,ranged from24.30-29.33oC andfollowedwithan increased chlorophyll-a concentrationby0.1491-0.9897mg(m-3)-1 withthe current directiontend to leadto the southeastwith a speed ranged by0.4351-1.1813 ms-1. In thesecondtransition, seasurfacetemperature rised back withranged25.12-31.05oC andfollowed bydecreased concentration ofchlorophyll-a by0.09565-0.9456mg(m-3)-1withthe current directiontend to leadto the southeastwith a speed ranged by0.1129-0.7336ms-1. The relationship betweentemperatureandchlorophyll-a resultshowedvariationbutona warmtemperatureandfairlyhigh chlorophyll-a, catchedarehigh enoughinSeptember-November.Keywords: Indonesian Throughflow; Lombok Strait; Skipjack Abstrak.Pergerakan ARLINDO yang melalui perairan Indonesia berpengaruh pada karakteristik perairan di timur Indonesia dimana salah satunya adalah Selat Lombok. Kajian ini menekankan pengaruh Arlindo terhadap variasi sebaran suhu dan klorofil-a terhadap hasil tangkapan ikan cakalang di Selat Lombok pada periode tahun 2008. Data yang digunakan yaitu suhu, klorofil-a, arus permukaan dan hasil tangkapan ikan cakalang. Hasil visualisasi menunjukkan pada musim barat, suhu permukaan lautnya cukup tinggi yaitu berkisar 26,62-31,12oC dan konsentrasi klorofil-a sebesar 0,056-0,978mg (m-3)-1 dengan arah arus cenderung ke timur laut dengan kecepatan 0,0250-0,4439 m/detik. Pada musim peralihan I suhu permukaan lautnya sedikit mengalami penurunan yaitu berkisar 26,77-30,30oC dan dan diikuti dengan kenaikan konsentrasi klorofil-a sebesar 0,073-0,732mg (m-3)-1 dengan arah arus cenderung ke timur dengan kecepatan 0,0640-0,8123 m/detik. Pada musim timur suhu permukaan lautnya cukup rendah yaitu berkisar 24,30-29,33oC dan dan diikuti dengan kenaikan konsentrasi klorofil-a sebesar 0,149-0,989mg (m-3)-1 dengan arah arus ke tenggara dengan kecepatan 0,4351-1,1813 m/detik. Pada musim peralihan II suhu permukaan lautnya kembali naik yaitu berkisar 25,12-31,05oC dan dan diikuti dengan penurunan konsentrasi klorofil-a sebesar 0,096-0,946mg (m-3)-1 dengan arah arus ke tenggara dengan kecepatan 0,1129-0,7336 m/detik. Hubungan antara suhu dan klorofil-amenunjukkan adanya variasi akan tetapi pada suhu yang hangat dan klorofil-a yang cukup tinggi terdapat hasil tangkapan yang cukup tinggi yaitu pada bulan September-November.Kata kunci : Arlindo; Selat Lombok;  Ikan Cakalang 
Hubungan variabilitas mixed layer depth kriteria ∆T=0,5 oC dengan sebaran tuna di Samudera Hindia bagian timur Dessy Teliandi; Otong Suhara Djunaedi; Noir Primadona Purba; Widodo Setiyo Pranowo
Depik Vol 2, No 3 (2013): December 2013
Publisher : Faculty of Marine and Fisheries, Universitas Syiah Kuala

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.13170/depik.2.3.978

Abstract

Abstract. The Indian Ocean has an important role in the variability of aquatic ecosystems including fisheries resource. This study was conducted to determine the relationship between Mixed Layer Depth (MLD) criterion ∆T = 0.5 oC and distribution of tuna in the Eastern Indian Ocean. The study area was situated in the Eastern Indian Ocean at the coordinate 100 – 120oE dan 5 – 20oS. The data MLD criterion ∆T = 0.5 oC as well as data distribution and tuna catches which processed in the seasonal period were used in this study. Visualization result showed that the variation of MLD based on the depth value was inversely related to MLD variation based on temperature. MLD variations indicated that the depth of the shallowest MLD on the West Monsoon and deepest on the East Monsoon, while the highest temperature of MLD was recorded in Transitional Monsoon 1 and the lowest in Transitional Monsoon 2. The most widespread distribution of tuna were in Eastern Monsoon and the narrowest in Transional Monsoon 1. MLD variation relations with tuna catches have seen fairly high correlation of Pearson correlation value of 0.891 for tuna catches with depth MLD correlation and -0.927 for tuna catches correlation with temperature MLD.Keywords : Mixed Layer Depth (MLD); ∆T = 0.5 oC; Temperature; Depth; TunaAbstrak. Samudera Hindia merupakan salah satu perairan yang memiliki peranan penting dalam variabilitas ekosistem perairan termasuk didalamnya sumberdaya perikanan. Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui hubungan Mixed Layer Depth (MLD) kriteria ∆T = 0,5 oC dengan sebaran Tuna di Samudera Hindia bagian Timur. Wilayah kajian penelitian ini adalah perairan Samudera Hindia bagian Timur dengan koordinat 100 – 120oBT dan 5 – 20oLS. Data yang digunakan adalah data MLD kriteria ∆T = 0,5 oC berdasarkan suhu dan kedalamannya, serta data sebaran dan tangkapan Tuna yang diolah dalam periode musiman. Hasil visualisasi menunjukkan bahwa variasi MLD berdasarkan kedalaman memiliki nilai berbanding terbalik dengan variasi MLD berdasarkan suhu. Variasi MLD menunjukkan bahwa kedalaman MLD paling dangkal berada pada Musim Barat yakni berkisar antara 22 – 60 dbar dan paling dalam berada pada Musim Timur dengan nilai berkisar antara 60 – 100 dbar, sedangkan suhu MLD tertinggi berada pada Musim Peralihan 1 yakni 28,5 – 29,5 oC dan terendah pada Musim Peralihan 2 dengan nilai berkisar antara 23 – 29 oC. Sebaran Tuna paling luas berada pada Musim Timur dan paling sempit berada pada Musim Peralihan 1. Hubungan variasi MLD dengan hasil tangkapan Tuna memiliki korelasi cukup tinggi yang terlihat dari nilai korelasi Pearson sebesar +0,891 untuk korelasi tangkapan Tuna dengan kedalaman MLD dan -0,927 untuk korelasi hasil tangkapan Tuna dengan suhu MLD.Kata kunci : Mixed Layer Depth; ∆T = 0,5 oC; Suhu; Kedalaman; Tuna
REVALUASI AKTIVITAS DI PENDIDIKAN TINGGI SETELAH PANDEMI COVID-19 UNTUK NEGARA BERKEMBANG Purba, Noir Primadona; Faizal, Ibnu
PELITA JURNAL PENELITIAN DAN KARYA ILMIAH Vol 22 No 1 (2022): Januari - Juni 2022
Publisher : UNIVERSITAS ISLAM SYEKH - YUSUF TANGERANG

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.33592/pelita.v22i1.1867

Abstract

The higher education academic system has been affected due to COVID-19 Pandemic. Nowadays, the adjustment in curriculum and research adapt to the pandemic and be used in the future. The research aims to give an evaluation in education and research system in higher education during the pandemic. Moreover, this approach can give the direction for changes and adaptations for this era. The research method uses article reviews in several reputable journal websites, reports, and government regulation continued with comparative analysis. The result is the higher education has affected severely during the pandemic. Tridharma activities need to be evaluated to accommodate the best solving problem for this problem. Almost all Universities in Indonesia has changed their learning system to online and limited research conducted. Furthermore, the biggest challenge lies in internet connection and technology knowledge. In the end, complete evaluation becomes an obligation to fulfil the new learning system before being implemented after the pandemic. Technology investment and quality assurance also need to consider to decide the best learning method for the future.