Wijoyo Halim
Program Studi Pendidikan Dokter, Fakultas Kedokteran Universitas Alkhairat, Jl. Diponegoro No. 39 Palu 94221, Sulawesi Tengah, Indonesia

Published : 4 Documents Claim Missing Document
Claim Missing Document
Check
Articles

Found 4 Documents
Search

STUDI KASUS DEKUBITUS PADA PENDERITA TIRAH BARING YANG DIRAWAT DI RSU ANUTAPURA PALU TAHUN 2018 Andi Muhammad Agus Salim Thamrin; Wijoyo Halim; Mohamad Fandy
Medika Alkhairaat : Jurnal Penelitian Kedokteran dan Kesehatan Vol 1 No 3 (2019): Desember
Publisher : Fakultas Kedokteran Universitas Alkhairaat

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.31970/ma.v1i3.37

Abstract

Dekubitus adalah kerusakan pada kulit dan jaringan dibawahnya karena kurangnya suplai darah akibat tekanan dalam waktu yang lama. Dekubitus mempunyai dampak tehadap kesehatan karena dapat memberikan kerugian bagi penderita, serta rumah sakit. Bahkan banyak ditemukan yang bisa menyebabkan kematian. Penelitian ini bertujuan untuk menggambarkan penyebab dan faktor – faktor resiko dekubitus pada penderita tirah baring di RSU Anutapura Palu pada tahun 2018. Jenis penelitian yang digunakan adalah kualitatif deskriptif dengan pendekatan studi kasus. Pengumpulan data dilakukan dengan metode consecutive sampling. Pada consecutive sampling, semua subjek yang ada dan memenuhi kriteria pemilihan dimasukkan dalam penelitian. Studi kasus pasien dekubitus pada perawatan tirah baring di RSU Anutapura Palu Tahun 2018 ditemukan faktor terbanyak adalah karena minimnya mobilisasi atau imobilisasi pasien yaitu 6 dari 6 (100%). Faktor lain yaitu status gizi buruk 2 dari 6 pasien (33,3%). Lansia 2 dari 6 pasien (33,3%). Kelembaban 1 dari 6 (18,7%). Ditarik kesimpulan bahwa faktor terbanyak pada kejadian ulkus dekubitus pada penderita tirah baring adalah mobilitas pasien atau imobilisasi. Faktor-faktor lain yang berpengaruh adalah status gizi, usia, kelembaban dan riwayat penyakit DM.
FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI STIGMA MASYARAKAT TERHADAP PENDERITA EPILEPSI DI KOTA PALU Afifah Idelma Makmur; Wijoyo Halim; Masita Muchtar
Medika Alkhairaat : Jurnal Penelitian Kedokteran dan Kesehatan Vol 3 No 3 (2021): Desember
Publisher : Fakultas Kedokteran Universitas Alkhairaat

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.31970/ma.v3i3.88

Abstract

Epilepsi masih menjadi masalah kesehatan global. Epilepsi tidak dianggap sebagai suatu penyakit oleh beberapa masyarakat namun diduga sesuatu dari luar badan penderita yang biasanya dianggap sebagai kutukan roh jahat atau akibat kekuatan gaib, sehingga memberi dampak negatif pada kualitas hidup penderita bahkan dijauhi dari lingkungan sosial. Anggapan ini masih terdapat di kalangan masyarakat yang belum terjangkau oleh ilmu kedokteran dan pelayanan kesehatan. Penelitian bertujuan untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi stigma masyarakat terhadap penderita epilepsi di Kota Palu. Metode penelitian yang digunakan yaitu Deskriptif Analitik dengan pendekatan cross sectional yang dilaksanakan pada bulan Mei s/d September 2019. Penelitian dilakukan pada 270 responden di 12 kelurahan di Kota Palu dengan teknik pengambilan sampel stratified random sampling. Pengumpulan data dilakukan dengan wawancara dan kuisioner. Hasil penelitian menunjukkan sebanyak 42.6% responden memiliki tingkat pengetahuan kurang dan sebanyak 57.4% responden memiliki tingkat pengetahuan cukup. Sebanyak 148 responden (54.8%) memiliki stigma ≥ 21.00 dan 122 responden (45.2%) memiliki stigma < 21.00. Sebanyak 159 responden (58.9%) mengaku pernah melihat bangkitan epilepsi dan sebanyak 111 responden (41.1%) tidak pernah melihat. Sebanyak 93 responden (34.4%) mengaku memiliki kerabat/rekan Orang Dengan Epilepsi (ODE) dan sebanyak 177 responden (65.6%) tidak memiliki. Faktor yang berhubungan dengan terjadinya stigma masyarakat yaitu tingkat pengetahuan (p=0.03)(OR=1.74(95% CI=1.06-2.84)). Kesimpulan penelitian yaitu faktor yang berhubungan dengan terjadinya stigma masyarakat terhadap penderita epilepsi yaitu tingkat pengetahuan, sedangkan faktor yang tidak memiliki hubungan dengan terjadinya stigma masyarakat terhadap penderita epilepsi yaitu jenis kelamin, usia, agama, suku, status ekonomi, tingkat pendidikan, pengalaman melihat epilepsi dan memiliki kerabat/rekan ODE (p>0.05).
HUBUNGAN ANTARA LAMA MENDERITA ULKUS DIABETIKUM DENGAN TINGKAT DEPRESI TAHUN 2021 Ni Luh Putu Mellenia; Wijoyo Halim; Masita Muchtar
Medika Alkhairaat : Jurnal Penelitian Kedokteran dan Kesehatan Vol 4 No 1 (2022): April
Publisher : Fakultas Kedokteran Universitas Alkhairaat

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.31970/ma.v4i1.90

Abstract

Lamanya menderita ulkus kaki diabetik dapat menjadi pertimbangan perjalanan penyakitnya, penderita dapat cenderung mengalami beban psikologis, ketakutan, frustrasi, dan depresi akan dilakukannya amputasi. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui hubungan lama ulkus diabetikum dengan tingkat depresi pada penderita diabetes melitus yang mengalami ulkus diabetikum di RSU Anutapura dan UPT RSUD Undata Palu pada tahun 2021. Jenis penelitian yang dilakukan adalah analitik metode kuantitatif dengan rancangan penelitian studi cross sectional. Teknik pengambilan sampel dengan cara non probability sampling yaitu consecutive sampling. Penelitian ini dilakukan dengan wawancara menggunakan kuisioner Beck Depression Inventory. Dari hasil penelitian pada 19 subjek penelitian ulkus diabetikum, berdasarkan tingkat depresi paling banyak pada pasien tingkat depresi minimal sebanyak 7 orang (56,80%) dan berdasarkan lama menderita terbanyak pada pasien dengan lama menderita <7 bulan sebanyak 14 orang (73,7%). Sehingga menggunakan analisa statistik uji Chi Square diperoleh nilai p>0,05 yaitu 0,701. Maka dapat dikatakan tidak ada hubungan yang bermakna antara lama menderita dengan tingkat depresi pada pasien diabetes melitus yang mengalami ulkus diabetikum di RSU Anutapura dan UPT RSUD Undata Palu tahun 2021.
GAMBARAN FOOD RECALL, KETERATURAN MINUM OBAT DAN KADAR GDS PADA PASIEN DM TIPE 2 YANG BEROBAT DI PUSKESMAS KAMONJI PADA TAHUN 2021 Tri Dewi Septi Rahayu; Wijoyo Halim; Tiara Meirani Valeria Savista
Medika Alkhairaat : Jurnal Penelitian Kedokteran dan Kesehatan Vol 4 No 1 (2022): April
Publisher : Fakultas Kedokteran Universitas Alkhairaat

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.31970/ma.v4i1.95

Abstract

Diabetes Mellitus tipe 2 adalah penyakit gangguan metabolik yang di tandai oleh kenaikan gula darah akibat penurunan sekresi insulin oleh sel beta pancreas atau gangguan fungsi insulin (resistensi insulin). Salah satu penyebab timbulnya penyakit DM adalah dari pola konsumsi makanan yang berlebih serta jumlah kalori yang tidak terkontrol yang masuk ke dalam tubuh dan kepatuhan minum obat memegang peranan penting dalam mencapai target terapi diabetes melitus. Rendahnya kepatuhan pasien terhadap pengobatan diabetes melitus merupakan salah satu penyebab rendahnya kontrol kadar gula darah.Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui gambaran food recall, keteraturan minum obat dan kadar GDS pada pasien DM tipe 2 yang berobat di Puskesmas Kamonji pada tahun 2021. Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif observasional dengan pendekatan Cross-Sectional. Teknik pengambilan sampel yaitu Consecutive Sampling. Untuk mengetahui gambaran food recall, keteraturan minum obat dan kadar GDS, dan disajikan dengan program SPSS. Hasil penelitian menujukkan keberagaman jenis makanan yang dikonsumsi tidak beragam 30 pasien (60,0%), jumlah makanan yang di konsumsi kurang 29 pasien (58,0%), keteraturan minum obat pasien rendah 28 pasien (56,0%), kadar gula darah sewaktu (GDS) tinggi 37 pasien (74,0%), pasien DM tipe 2 berdasarkan kategori keteraturan minum obat dan kadar GDS memiliki kategori keteraturan minum obat yang rendah sehingga kadar GDS nya tinggi 27 pasien (96,4%) dan pasien DM tipe 2 berdasarkan kategori keberagaman jenis bahan makanan dengan kadar GDS memiliki kategori jenis makanan tidak beragam dengan kadar GDS tinggi dengan pasien 20 (66,7%). Penderita Diabetes Mellitus tipe 2 di Puskesmas Kamonji pada tahun 2021, kebanyakkan memiliki kadar GDS yang tinggi, mungkin berhubungan dengan banyaknya penderita yang tidak patuh minum obat, dan memiliki keberagaman jenis makanan yang rendah.