Claim Missing Document
Check
Articles

Found 30 Documents
Search

PERWUJUDAN SIMBOLISME TATA HIJAU SITIHINGGIL UTARA KERATON SURAKARTA HADININGRAT PADA ASPEK PERANCANGAN ARSITEKTUR Rully Rully
Jurnal Teknik Sipil dan Arsitektur Vol. 8 No. 12A (2010): Jurnal Teknik Sipil dan Arsitektur
Publisher : Fakultas Teknik Universitas Tunas Pembangunan Surakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Tumbuhan yang ditanam pada Sitihinggil Utara memiliki penataan yang terencana (planting design) sehingga tujuan perencanaan kawasan tersebut dapat tercapai, yaitu melalui aura yang diwujudkannya.  Menurut GPH Poeger, tanaman di Sitihinggil Utara memiliki makna simbolis dan kekuatan gaib yang dipancarkannya, semua penanaman pohon di Keraton Surakarta adalah atas perintah raja,setelah mendapat petunjuk dari Tuhan, tujuan penanamannya untuk mendapatkan kekuatan gaib, yang dipancarkan oleh tanaman tersebut, yang berguna untuk menyelaraskan, menyeimbangkan, dan melindungi dari pengaruh buruk agar tidak masuk ke dalam Keraton. Pembahasan mengenai tata hijau pada Sitihinggil Utara pada penelitian ini dibatasi pada tanaman yang mempunyai makna simbolis dan peran serta waktu penanaman yang relatif lama. Komponen ruang luar pada Sitihinggil Utara Keraton Kasunanan Surakarta Hadingrat berupa tata hijau, secara hirarki memiliki nilai yang lebih rendah dibandingkan dengan bangunan-bangunannya , komponen-komponen tersebut merupakan perwujudan pendukung makna simbolis utama Sitihinggil Utara serta aura magis yang ditimbulkan oleh bangunan inti dan bangunan penunjangnya
PERAN PENDAMPINGAN MASYARAKAT DALAM PENATAAN BANGUNAN DAN LINGKUNGAN PERMUKIMAN PADA KAWASAN KRATON SURAKARTA SEBAGAI BAGIAN DARI UPAYA MEMINIMALISIR DEGRADASI KUALITAS KAWASAN CAGAR BUDAYA RULLY RULLY
Jurnal Teknik Sipil dan Arsitektur Vol. 18 No. 22 (2016): JURNAL TEKNIK SIPIL DAN ARSITEKTUR
Publisher : Fakultas Teknik Universitas Tunas Pembangunan Surakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Penyusunan peraturan bangunan khusus merupakan rancangan pengendalian bangunan kawasan yang diperlukan setelah adanya rencana tata ruang pada kota dimaksud. Kegiatan penyusunan peraturan bangunan khusus dimaksudkan untuk mewujudkan tertib bangunan, sehingga dapat berjalan tertib dan lancar sesuai dengan karakteristik bangunan setempat, pengaturan keselamatan bangunan yang bertujuan agar setiap bangunan dapat memberikan keselamatan, keamanan dan kenyamanan bagi penghuninya, mendukung keselarasan dan keseimbangan lingkungannya. Kedudukan masyarakat yang bergiat pada lingkungan permukiman pada Kawasan Cagar Budaya Kraton Surakarta perlu diarahkan agar mampu memberi nilai positif sebagai bagian yang menentukan dalam upaya meminimalisir degradasi kualitas kawasan cagar budaya, melalui pendampingan dalam penatan bangunan dan lingkungan permukiman.
KERANCUAN ATURAN PENATAAN BANGUNAN SEBAGAI PENYEBAB TERJADINYA DEGRADASI KUALITAS KAWASAN CAGAR BUDAYA KAWASAN KRATON YOGYAKARTA RULLY RULLY
Jurnal Teknik Sipil dan Arsitektur Vol. 12 No. 16 (2012): JURNAL TEKNIK SIPIL DAN ARSITEKTUR
Publisher : Fakultas Teknik Universitas Tunas Pembangunan Surakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Pada umumnya kawasan yang berpotensi di Indonesia belum dikelola secara baik, sebagian peraturan yang ada masih bersifat peraturan secara umum, sehingga belum mampu berfungsi sebagai alat pengendali pada tingkat operasional di lapangan. Kenyataan tersebut disebabkan oleh desain kota/kawasan yang masih lebih bersifat dua dimensi dan penjelmaannya menjadi tiga dimensi, tidak lagi berskala kota atau kawasan tetapi lebih kepada pekerjaan individu dalam bentuk kapling. Disamping itu pranata-pranata pembangunan yang telah dipunyai oleh masing-masing Daerah (RIK, RDTK, RTRK dan sebagainya) sifatnya masih umum, dan walaupun telah dapat digunakan sebagai acuan untuk kawasan yang khusus sulit sekali dalam penerapannya dilapangan, oleh karena itu upaya penanganannya tidak mungkin dapat dilaksanakan tanpa melalui peraturan yang mampu menjangkau ke arah pengendalian arsitektur bangunan secara tiga dimensional. Dari hasil penelitian: Peran Peraturan Bangunan Khusus dalam Meminimalisir Degradasi Kualitas Kawasan Cagar Budaya diperoleh gambaran tentang menurunnya kualitas kawasan cagar budaya oleh beberapa masalah yang salah satunya adalah belum adanya panduan baku rancangan khusus yang menjembatani pembangunan fisik di Kawasan Cagar Budaya Kraton Yogyakarta tersebut.
PERWUJUDAN SIMBOLISME SITIHINGGIL UTARA KERATON KASUNANAN SURAKARTA HADININGRAT (Analisis pada Aspek Arsitektur Secara Makro) RULLY RULLY
Jurnal Teknik Sipil dan Arsitektur Vol. 11 No. 15 (2012): JURNAL TEKNIK SIPIL DAN ARSITEKTUR
Publisher : Fakultas Teknik Universitas Tunas Pembangunan Surakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Sitihinggil Utara (Lor) Keraton Kasunanan Surakarta Hadiningrat merupakan salah satu bagian wilayah Paseban Lor (Utara) pada Keraton Kasunanan Surakarta Hadiningrat. Dalam media budaya orang Jawa, simbolisme merupakan media untuk menguraikan atau menggambarkan sesuatu. Simbolisme dalam budaya Jawa sangat menonjol peranannya dalam religi, tradisi/adat istiadat dan ilmu pengetahuan. Aspek arsitektur adalah pandangan terhadap wujud arsitektur. Di dalam aspek fisik arsitektur antara lain terdiri dari :  tata bangunan, orientasi bangunan, denah, dinding dan bukaan, atap, sistem struktur, ornamen dan ragam hias, bahan bangunan yang digunakan, sumbu/axis. Dalam ungkapan fisik arsitektur hubungan ruang dibagi menjadi ruang di dalam ruang, ruang-ruang yang saling berkaitan, ruang-ruang yang bersebelahan, ruang-ruang yang dihubungkan oleh sebuah ruang bersama, Berdasarkan analisa konsep tata letak bangunan Sitihinggil Utara ditinjau dari aspek perancangan arsitekturnya aura magis pada Sitihinggil Utara terwujud pada orientasi bangunan-bangunannya yang menuju ke arah pusat (Bangsal Sewayana). Sehingga bangunan yang merupakan pusat orientasi tersebut mempunyai nilai kesakralan yang lebih tinggi dibandingkan dengan bangunan-bangunan yang lain disekitarnya. Hubungan ruang atau wilayah yang terdapat pada Sitihinggil Utara saling berkaitan, keraton menggambarkan proses perjalanan hidup manusia menuju kesempurnaan hidup dan menuju ke alam baka.
KETAATAN TERHADAP REGULASI KOEFISIEN DASAR BANGUNAN SEBAGAI UPAYA UNTUK MEMINIMALISIR TERJADINYA DEGRADASI KUALITAS LINGKUNGAN KOTA SURAKARTA RULLY RULLY
Jurnal Teknik Sipil dan Arsitektur Vol. 17 No. 21 (2015): JURNAL TEKNIK SIPIL DAN ARSITEKTUR
Publisher : Fakultas Teknik Universitas Tunas Pembangunan Surakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Setiap kota akan dihadapkan pada kondisi yang akan menunjukkan bahwa ketersediaan lahan untuk menjadi lahan terbangun akan semakin terbatas, hal ini yang akan menjadi melatar-belakangi perlunya ketaatan regulasi terhadap koefisien dasar bangunan agar kualitas lingkungan tetap dapat terjaga dengan baik dan lestari. Permsalahannya menjadi semakin meningkat terjadi pada beberapa koridor jalan potensial yang ada di setiap kota, menyebabkan beberapa kegiatan investasi yang semakin marak berkembang, mencoba untuk dapat merancang setiap bangunan dengan memaksimalkan setiap bagian lahan yang telah diakuisisi, dapat memberi nilai lebih terhadap perhitungan ekonomis (sebagai bentuk upaya investasi yang menguntungkan). Tujuan yang dari penelitian ini adalah diperolehnya upaya untuk mensiasati dilakukan dalam kegiatan perancangan dan pembangunan, dengan mengambil celah pada setiap peraturan yang telah ditetapkan dalam Regulasi tentang Tata Bangunan dan Lingkungan yang berlaku pada setiap bagian kawasan dapat terjaga dengan baik. Metoda penelitian yang digunakan sebagai upaya untuk dapat merunut secara terstruktur aspek-aspek data, analisis, dan hasil yang ingin diperoleh dari kegiatan penelitian yang disusun berdasarkan hipotesis: prediksi atas dis-sinkronisasi pemanfaatan ruang yang dapat menyebabkan terjadinya degradasi kualitas lingkungan (hidup maupun binaan) pada suatu kota, dengan mengambil kasus Kota Surakarta, yang diorientasikan pada pembuktian dari hipotesis yang diajukan. Hasil yang diperoleh dari penelitian ini adalah tersusunnya rancang-bangun dengan memaksimalkan ruang terbangun, dan meminimalkan ruang terbuka (termasuk di dalamnya berbagai ketentuan tentang keberadaan ruang terbuka hijau dan ketetapan tentang upaya yang harus dilakukan dalam menjaga kelestarian dan keseimbangan lingkungan hidup dan lingkungan terbangunnya. Bagi Kota Surakarta yang menjadi kasus dari penelitian ini, melalui kebijakan dari Dinas Tata Ruang Kota (DTRK), Tim Ahli Bangunan  Gedung (TABG) menjadi kunci strategis dalam mengawali setiap kegiatan rancang-bangun di Kota Surakarta agar tetap dapat menjaga berbagai kriteria dalam penataan bangunan dan lingkungan, sesuai dengan Ijin Peruntukan Ruang (IPR) untuk setiap usulan kegiatan perancangan bangunan gedung, khususnya yang diprakirakan akan memberi dampak yang signifikan bagi kepentingan aktivitas masyarakat di Kota Surakarta.
MERENCANAKAN DAN MERANCANG RUMAH TINGGAL YANG OPTIMAL RULLY RULLY
Jurnal Teknik Sipil dan Arsitektur Vol. 15 No. 19 (2014): JURNAL TEKNIK SIPIL DAN ARSITEKTUR
Publisher : Fakultas Teknik Universitas Tunas Pembangunan Surakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Rumah tinggal bagi manusia merupakan kebutuhan dasar disamping kebutuhan pangan dan sandang. Setelah manusia memenuhi kebutuhan jasmaninya berupa sandang, pangan dan kesehatan, kebutuhan akan tempat tinggal merupakan salah satu motivasi untuk pengembangan tingkatan kehidupan yang lebih tinggi lagi, dalam perkembangannya rumah tinggal tidak hanya sebagai tempat berlindung manusia dari gangguan cuaca dan hewan, namun merupakan sarana peningkatan kebanggaan dan harga diri, serta dinikmati juga keindahannya. Beragamnya tingkat ekonomi, sosial, kebudayaan, politik, pendidikan dan karakter  serta subyektifitas manusia akan mempengaruhi disain rumah tinggal yang ditempatinya
PERAN PUBLIC SPACE SEBAGAI UPAYA PENINGKATAN PARTISIPASI MASYARAKAT DALAM MENJAGA LINGKUNGAN BINAAN KOTA RULLY RULLY
Jurnal Teknik Sipil dan Arsitektur Vol. 19 No. 23 (2016): JURNAL TEKNIK SIPIL DAN ARSITEKTUR
Publisher : Fakultas Teknik Universitas Tunas Pembangunan Surakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Sebagai  bagian  dari  rencana  tata  ruang  kedudukan  public  space  akanmenjadi   penentu   keseimbangan   lingkungan   hidup   dan   lingkungan   binaan.Rencana   tata   ruang   menjadi   landasan   dalam   mengantisipasi   pesatnyaperkembangan   ruang-ruang   terbangun,  yang   harus   diikuti   dengan   kebijakanpenyediaan ruang terbuka.Latar  belakang  pemikiran  yang  digunakan  sebagai  landasan  PenelitianPeran  public space  sebagai  upaya  peningkatan  partisipasi  masyarakat  dalammenjaga   lingkungan   binaan   kota didasarkan   pada   pertimbangan   dapatterwujudnya   keseimbangan,   keserasian,   dan   keselamatan   bangunan   gedungdengan  lingkungan  di sekitarnya,  dengan  mempertimbangkan  terciptanya  ruangluar  bangunan  gedung  dan  public  space  yang  seimbang,  serasi,  dan  selarasdengan lingkungan di sekitarnya. public space juga menjadi bagian dari RencanaStrategis   Departemen   Pekerjaan   Umum 2016-2020,   sebagai   kegiatan   yangmemerlukan penanganan secara spesifik.Dari hasil penelitian diharapkan dapat tersusun rencana penyediaan danpengelolaan  public  space sehingga  dapat  terwujud  ruang  kota  yang  nyaman,produktif,   dan   berkelanjutan,   sehingga   keseimbangan   lingkungan   hidup   danlingkungan  binaan  pada  masing-masing  kawasan  dapat  terjaga  dengan  baik.Melalui   kegiatan penelitian  ini   pula Peran Public Space Sebagai UpayaPeningkatan Partisipasi Masyarakat  dalam Menjaga Lingkungan Binaan Kotadiharapkan  akan  dapat  diperoleh  arah,  bentuk,  fungsi,  dan  peran  public  spacepada  masing-masing  kawasan,  secara  menyeluruh,  baik  dalam  kedudukannyasebagai  public  space  alami:  berupa  habitat  liar  alami,  kawasan  lindung,  dantaman nasional, maupun public space non-alami atau binaan, sebagai hasil olahkarya manusia.  Sehingga  pada  tahap  berikutnya  dapat  dilakukan  identifikasiterhadap  ketersediaan  public  space  non-alami  pada  setiap  kawasan  yang  ada  disetiapkota.
PENGARUH PERUBAHAN FUNGSI PUBLIC SPACE TERHADAP KAWASAN DISEKITARNYA STUDI KASUS TAMAN BANJARSARI SURAKARTA RULLY RULLY
Jurnal Teknik Sipil dan Arsitektur Vol. 20 No. 24 (2017): JURNAL TEKNIK SIPIL DAN ARSITEKTUR
Publisher : Fakultas Teknik Universitas Tunas Pembangunan Surakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Sebagai bagian dari rencana tata ruang kedudukan public space akan menjadi penentu keseimbangan lingkungan hidup dan lingkungan binaan. Rencana tata ruang menjadi landasan dalam mengantisipasi pesatnya perkembangan ruang-ruang terbangun, yang harus diikuti dengan kebijakan penyediaan ruang terbuka, oleh sebab itu public space merupakan elemen penting keberadaannya yang tanpa disadari baik secara langsung maupun tidak langsung akan mempengaruhi kawasan disekitarnya. Ruang Terbuka Hijau (RTH) sebagai bagian dari penataan ruang kota perlu ditetapkan keberadaannya secara serius, direncanakan secara menyeluruh dan diperkuat dengan peraturan yang tegas untuk memperjelas status hukumnya. Latar belakang pemikiran yang digunakan sebagai landasan Penelitian Pengaruh Perubahan Fungsi Public Space terhadap Kawasan disekitarnya dengan study kasus Taman Banjarsari Surakarta didasarkan pada proses, tahapan dan faktor-faktor yang mempengaruhi perubahan fungsi dan aktifitas di kawasan Taman Banjarsari dari sejak dibangun hingga sekarang. Dari hasil penelitian diharapkan dapat diketahui bagaimana pengaruh yang ditimbulkan oleh adanya perubahan fungsi ruang terbuka publik pasif menjadi ruang terbuka publik aktif pada taman Banjarsari Surakarta terhadap kualitas kawasan di sekitarnya. Dengan demikian pengembangan dan pengelolaannya lebih terarah serta dapat menghindari perubahan fungsi Ruang Terbuka Hijau menjadi fungsi lainnya, dan mengupayakan terciptanya Kota Hijau sebagai bagian dari Ruang Terbuka Publik di kawasan perkotaan. Pada proses analisis, terdapat variabel penelitian yang dibangun dari kajian teori, yang dianalisis menggunakan metode kuantitatif rasionalistik. Temuan studi menunjukkan perubahan kualitas kawasan pemukiman di sekitar taman Banjarsari pasca perubahan fungsi dan variabel fungsi taman Banjarsari yang berpengaruh paling signifikan terhadap perubahan tersebut, yang kemudian akan ditarik menjadi kesimpulan.
PERAN UNGGULAN DAYA SAING ARSITEK DALAM MENINGKATKAN PROFESIONALISME PADA ERA GLOBALISASI Rully Rully
Jurnal Teknik Sipil dan Arsitektur Vol. 5 No. 9.A (2008): JURNAL TEKNIL SIPIL DAN ARSITEKTUR
Publisher : Fakultas Teknik Universitas Tunas Pembangunan Surakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Era Globalisasi dan liberalisasi perdagangan ditandai dengan semakin tingginya mobilitas sumberdaya manusia, modal, teknologi, dan informasi (intelectual property). Bagi Indonesia era perdagangan bebas berarti kemampuan untuk menjadikan komoditi ekspor yang memiliki unggulan daya saing tinggi (competitive advantage) dan tenaga ahli (intelectual property) Indonesia yang diharapkan mampu menjadi salah satu komoditi di pasar global, tidak terbatas untuk pasar dalam negeri, tetapi mampu menjadi experties di luar negeri. Wawasan Arsitek yang secara profesional mampu menghayati dan menuangkan ide dan gagasannya secara runtut dalam kesatuan proses pembangunan yang sistematik, diharapkan dapat menjadi modal dalam mengikuti persaingan bebas, khususnya pada proses perancangan dan rekayasa bangunan. Saat ini beragam strategi dan reposisi profesi arsitek di negara maju telah banyak dilakukan dalam menyikapi gelombang ekonomi baru yang lazim disebut kapitalisme global. Cepat atau lambat sistem ekonomi dengan pendekatan pasar bebas ini akan menjadi ancaman serius bagi bidang arsitektur di Indonesia. Hal ini dikarenakan hasil rancangan tidak cukup hanya perancangan (design) namun harus sampai pada rekayasa (engineering). Proses perancangan juga harus memperhatikan proses-proses yang mendahului maupun  akan berlangsung di depannya dalam satu kesatuan strategi dan tahapan pembangunan. Memperhatikan hal tersebut, maka masalah-masalah yang akan diteliti adalah hubungan antara wawasan Arsitek dalam menerapkan prinsip-prinsip perancangan dan rekayasa bangunan  dengan hasil rancang bangun yang mampu berperan sebagai komoditi jasa konstruksi di pasar global. Dari penelitian yang dilakukan ternyata terdapat signifikansi yang erat antara latar belakang pendidikan dengan pertimbangan perancangan, artinya seorang Arsitek profesional dengan latar belakang pendidikan yang sesuai dengan ciri profesionalismenya, akan mampu memberikan pertimbangan yang lebih baik dalam setiap tahapan pembangunan
PERANCANGAN ARSITEKTUR PADA BANGSAL SEWAYANA DI SITIHINGGIL UTARA KERATON SURAKARTA HADININGRAT Rully Rully
Jurnal Teknik Sipil dan Arsitektur Vol. 10 No. 14 (2011): jurnal teknik sipil dan arsitektur
Publisher : Fakultas Teknik Universitas Tunas Pembangunan Surakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Gaya arsitektur Keraton Surakarta menjadi daya tarik tersendiri diantara silsilah atau permasalahan Keraton lainnya.Kemegahan dan keunikan arsitektur Keraton Surakarta Hadiningrat sudah diakui masyarakat luas, bahkan masyarakat internasional. Gaya arsitekturnya memiliki nilai estetika yang sangat tinggi dan eksotis. Dibangun oleh Sunan Paku Buwono X tahun 1812 Jawa atau 1913 M. Lantai Bangsal Sewayana ditinggikan pada tahun Alip 1835 atau 1905 Masehi, letaknya di tengah halaman Sitihinggil. Berfungsi sebagai tempat para tamu undangan, para bangsawan, dan kerabat dalem serta abdi dalem yang akan menghadap raja (Sewa: menghadap, yana: orang). Mempunyai makna simbolis bahwa sampai di tempat ini   manusia diharapkan segera melanjutkan perjalanan menuju kesempurnaan hidup yang berorientasi pada Tuhan, hidup diibaratkan singgah untuk minum (urip hamung bebasan mampir ngombe). Pada bangsal Sewayana terbesit  suatu aturan bahwa pada waktu menghadap raja diharapkan seseorang segera mengutarakan maksudnya, dan segera untuk meninggalkan tempat tersebut. Bentuk Bangsal Sewayana yang di dalamnya terdapat Bangsal Manguntur Tangkil serta Bangsal Manguneng di dalam Bangsal Witono, memiliki bentuk berbeda-beda terutama bentuk atapnya, sehingga secara simbolis akan membedakan fungsi dan aura magis serta tingkatan efek psikologis yang berbeda-beda bagi yang ber-empati. Tata letak bangunan pada Sitihinggil Utara yang mengacu pada makna simbolis konsep penataan bangunan Keraton Kasunanan Surakarta Hadiningrat, yang memposisikan bangunan inti berada pada pusat dari kawasannya dan merupakan pusat orientasi bangunan-bangunan disekitarnya akan menimbulkan aura magis, dan efek psikologis tertentu terhadap yang ber-empati terhadapnya.