Claim Missing Document
Check
Articles

Found 3 Documents
Search

MENINGKATKAN MOTORIK HALUS MELALUI KETERAMPILAN MEMBUAT KALUNG PADA ANAK TUNAGRAHITA SEDANG Roza Safitri
Jurnal Penelitian Pendidikan Khusus Vol 5, No 2 (2016)
Publisher : Universitas Negeri Padang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (156.455 KB) | DOI: 10.24036/jupe76800.64

Abstract

Roza Safitri. 2015. “Meningkatkan Motorik Halus Melalui Keterampilan Membuat Kalung Pada Anak Tunagrahita sedang Di Kelas IV SLB Negeri 2 Padang”. Penelitian ini dilatar belakangi oleh permasalahan yang ditemukan. Anak kelas IV/C1 mengalami kesulitan dalam motorik halus. Hal ini terlihat saat anak kesulitan mengambil manik-manik, memegang manik-manik, memasukkan benang ke dalam lubang manik-manik, dan memasukkan jari ke lubang gunting. Berdasarkan latar belakang tersebut peneliti berupaya untuk meningkatkan motorik halus anak tunagrahita sedang melalui keterampilan membuat kalung.Penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan kemampuan motorik halus melalui keterampilan membuat kalung. Maka jenis penelitian yang penulis lakukan adalah Eksperimen dalam bentuk Single Subject Research (SSR), dengan desain A-B dan teknis analisis datanya berupa grafik. Penilaian penelitian ini penulis menggunakan intrumen dan pengamatan.Hasil penelitian kemampuan motorik halus pada anak tunagrahita sedang kelas IV di SLB Negeri 2 Padang, terlihat pada kondisi baseline pengamatan dilakukan sebanyak 5 kali. Kemampuan motorik halus anak meningkat dan stabil pada hari ketiga, keempat dan kelima pengamatan di tabel 4.1 Kemampuan Awal Subjek. Pada kondisi intervensi pengamatan dilakukan sebanyak 10 kali. Dan kemampuan motorik halus anak dapat meningkat dan stabil pada hari ketiga belas, keempat belas, dan kelima belas di tabel 4.2 Perkembangan Kemampuan Subjek. Hasil analisis data dalam kondisi dan antar kondisi memiliki estimasi kecendrungan arah, stabilitas, jejak data dan perubahan level yang meningkat secara positif dan overlap data pada analisis antar kondisi semakin kecil di tabel 4.15 Rangkuman Hasil Antar Kondisi Kemampuan Motorik Halus Anak. Berdasarkan analisis data tersebut, menunjukkan bahwa keterampilan membuat kalung dapat meningkatkan kemampuan motorik halus pada anak tunagrahita sedang di kelas IV SLB Negeri 2 Padang.Kata kunci: motorik halus; anak tunagrahita sedang; keterampilan membuat kalung;
Strategi Pembelajaran PAI Untuk Mempersiapkan Siswa Menghadapi Era Globalisasi Diva Aufanisa; Roza Safitri; Dzakiratul Husna; Gusmaneli
Jurnal Kajian Islam dan Sosial Keagamaan Vol. 1 No. 4 (2024): April - Juni
Publisher : CV. ITTC INDONESIA

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

In the era of globalization, it is crucial for students to be prepared with the necessary skills and knowledge to compete in the global job market. This article discusses the strategies for implementing PAI (Pendidikan Anak Indonesia) in Indonesian schools to prepare students for the challenges of globalization. The article outlines the importance of PAI, its objectives, and the challenges faced in its implementation. It also presents practical strategies to overcome these challenges and ensure the success of PAI in Indonesian schools. By implementing these strategies, schools can provide students with the necessary skills and knowledge to succeed in the global job market and contribute positively to society
PERBANDINGAN SISTEM PENDIDIKAN DI ASIA DAN EROPA Roza Safitri; Mislaini; Dzakiratul Husna
Jurnal Media Akademik (JMA) Vol. 2 No. 12 (2024): JURNAL MEDIA AKADEMIK Edisi Desember
Publisher : PT. Media Akademik Publisher

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.62281/v2i12.1086

Abstract

Artikel ini membahas pendekatan kurikulum, metode pengajaran, hasil pendidikan, dan dampak sosial dari sistem pendidikan di Asia dan Eropa. Sistem pendidikan di Asia, khususnya di negara seperti Jepang, Korea Selatan, dan Singapura, menekankan disiplin, pembelajaran berbasis STEM, dan pencapaian akademik. Meskipun unggul secara global dalam hal kompetisi akademik, sistem yang terstruktur dan kompetitif ini sering menimbulkan tantangan kesehatan mental bagi siswa. Sebaliknya, negara-negara Eropa, terutama kawasan Nordik, mengadopsi pendekatan holistik yang berpusat pada siswa, dengan fokus pada kesejahteraan emosional, kreativitas, dan akses pendidikan yang merata. Model pendidikan inklusif dan fleksibel Finlandia menjadi contoh bagaimana lingkungan belajar yang seimbang dapat mendukung perkembangan holistik siswa. Namun, kedua wilayah menghadapi tantangan: Asia menghadapi ketimpangan sosial dan tekanan akademik yang tinggi, sedangkan Eropa masih bergelut dengan kesenjangan akses pendidikan bagi kelompok yang terpinggirkan. Studi ini menyoroti peluang untuk saling belajar antara kedua wilayah guna menciptakan sistem pendidikan yang lebih inklusif, seimbang, dan kompetitif secara global.