Claim Missing Document
Check
Articles

Found 14 Documents
Search

PERBANDINGAN SISTEM PENDIDIKAN DI ASIA DAN EROPA Roza Safitri; Mislaini; Dzakiratul Husna
Jurnal Media Akademik (JMA) Vol. 2 No. 12 (2024): JURNAL MEDIA AKADEMIK Edisi Desember
Publisher : PT. Media Akademik Publisher

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.62281/v2i12.1086

Abstract

Artikel ini membahas pendekatan kurikulum, metode pengajaran, hasil pendidikan, dan dampak sosial dari sistem pendidikan di Asia dan Eropa. Sistem pendidikan di Asia, khususnya di negara seperti Jepang, Korea Selatan, dan Singapura, menekankan disiplin, pembelajaran berbasis STEM, dan pencapaian akademik. Meskipun unggul secara global dalam hal kompetisi akademik, sistem yang terstruktur dan kompetitif ini sering menimbulkan tantangan kesehatan mental bagi siswa. Sebaliknya, negara-negara Eropa, terutama kawasan Nordik, mengadopsi pendekatan holistik yang berpusat pada siswa, dengan fokus pada kesejahteraan emosional, kreativitas, dan akses pendidikan yang merata. Model pendidikan inklusif dan fleksibel Finlandia menjadi contoh bagaimana lingkungan belajar yang seimbang dapat mendukung perkembangan holistik siswa. Namun, kedua wilayah menghadapi tantangan: Asia menghadapi ketimpangan sosial dan tekanan akademik yang tinggi, sedangkan Eropa masih bergelut dengan kesenjangan akses pendidikan bagi kelompok yang terpinggirkan. Studi ini menyoroti peluang untuk saling belajar antara kedua wilayah guna menciptakan sistem pendidikan yang lebih inklusif, seimbang, dan kompetitif secara global.
PERBANDINGAN PENDIDIKAN ANAK USIA DINI DI INDONESIA DAN BELANDA Muhammad Gilang Afridiatama; Mislaini; Raygan Wiverdi
Jurnal Media Akademik (JMA) Vol. 2 No. 12 (2024): JURNAL MEDIA AKADEMIK Edisi Desember
Publisher : PT. Media Akademik Publisher

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.62281/v2i12.1087

Abstract

Penelitian ini membahas perbandingan pendidikan anak usia dini (PAUD) antara Indonesia dan Belanda, dengan fokus pada kurikulum, metode pembelajaran, peran pemerintah, dan kualitas sumber daya manusia. Di Indonesia, kurikulum PAUD diatur oleh Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan dan lebih terfokus pada pengembangan karakter serta keterampilan dasar. Sebaliknya, Belanda menerapkan kurikulum yang lebih fleksibel, yaitu VVE, yang menekankan pada pengembangan bahasa, kreativitas, dan interaksi sosial. Metode pembelajaran di Indonesia cenderung terstruktur dan berorientasi pada pengajaran langsung, sedangkan di Belanda lebih berpusat pada anak dan eksplorasi melalui permainan. Peran pemerintah di kedua negara juga berbeda; Indonesia memiliki pendekatan yang lebih terpusat, sementara Belanda memberikan otonomi lebih kepada lembaga pendidikan. Kualitas sumber daya manusia di sektor PAUD di Indonesia masih menghadapi tantangan, dengan banyak pendidik yang kurang terlatih, sedangkan di Belanda, pendidik diwajibkan memiliki kualifikasi yang lebih tinggi dan pelatihan berkelanjutan. Temuan ini menunjukkan bahwa meskipun kedua negara memiliki tujuan yang sama dalam mendukung perkembangan anak, pendekatan dan implementasinya sangat dipengaruhi oleh konteks sosial, budaya, dan kebijakan pendidikan masing-masing negara.
PERBANDINGAN SISTEM PENDIDIKAN AGAMA DI INDONESIA DAN MESIR YANG MENJADI DAYA TARIK MAHASISWA INDONESIA UNTUK MENUNTUT ILMU DI MESIR Halimah Tusyadiah; Mislaini; Raudhatul Jannah
Jurnal Media Akademik (JMA) Vol. 2 No. 12 (2024): JURNAL MEDIA AKADEMIK Edisi Desember
Publisher : PT. Media Akademik Publisher

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.62281/v2i12.1111

Abstract

Sistem pendidikan agama di Indonesia dan Mesir memiliki karakteristik yang berbeda, mencerminkan konteks sosial, budaya, dan sejarah masing-masing negara. Di Indonesia, lembaga pendidikan agama seperti pesantren, madrasah, dan perguruan tinggi Islam (UIN dan IAIN) berperan penting dalam mendidik generasi muda. Pesantren tidak hanya mengajarkan ilmu agama, tetapi juga membentuk karakter santri melalui kehidupan sehari-hari yang disiplin. Madrasah mengintegrasikan kurikulum pendidikan umum dengan pendidikan agama, sehingga siswa mendapatkan pengetahuan yang lebih luas. Kementerian Agama Republik Indonesia bertanggung jawab dalam pengelolaan pendidikan agama, termasuk pengembangan kurikulum dan akreditasi lembaga. Meskipun menghadapi tantangan seperti keterbatasan akses pendidikan di daerah terpencil dan kualitas pengajaran yang bervariasi, sistem pendidikan agama di Indonesia memiliki potensi untuk berkembang dan berkontribusi dalam membentuk karakter generasi muda. Di sisi lain, Mesir, dengan Universitas Al-Azhar sebagai lembaga pendidikan Islam tertua, menekankan tradisionalisme dalam pengajaran ilmu agama. Al-Azhar berfungsi sebagai pusat keilmuan Islam yang tidak hanya menawarkan program studi agama, tetapi juga mengeluarkan fatwa dan memberikan bimbingan kepada umat Islam. Kurikulum di Al-Azhar sangat komprehensif, mencakup berbagai disiplin ilmu agama, dan memberikan kesempatan bagi mahasiswa untuk memahami konteks sosial dan budaya ajaran Islam. Daya tarik Al-Azhar bagi mahasiswa internasional, termasuk dari Indonesia, terletak pada reputasinya yang kuat dan kemudahan akses beasiswa. Perbandingan antara kedua sistem menunjukkan bahwa Indonesia lebih mengedepankan integrasi ilmu, sedangkan Mesir lebih fokus pada penguasaan mendalam terhadap ilmu agama. Metode pembelajaran di Indonesia cenderung modern, sementara Mesir masih mempertahankan pendekatan tradisional. Meskipun terdapat perbedaan, kedua sistem memiliki tujuan yang sama dalam membentuk generasi yang berakhlak mulia dan berpengetahuan luas. Kolaborasi antara kedua sistem pendidikan ini dapat memperkaya pemahaman dan praktik pendidikan agama, menciptakan sinergi yang positif dalam pengembangan pendidikan agama di tingkat global. Dengan memahami kelebihan dan tantangan masing-masing sistem, diharapkan dapat tercipta sinergi yang bermanfaat bagi pendidikan agama di kedua negara.
STRATEGI PENDIDIKAN SINGAPURA DALAM MENINGKATKAN SUMBER DAYA MANUSIA BERKUALITAS Adinda; Mislaini; Sisi Mulia
Jurnal Media Akademik (JMA) Vol. 2 No. 12 (2024): JURNAL MEDIA AKADEMIK Edisi Desember
Publisher : PT. Media Akademik Publisher

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.62281/v2i12.1113

Abstract

Penelitian ini membahas sistem pendidikan di Singapura yang mengedepankan kurikulum berbasis kompetensi dan pendekatan STEM (Sains, Teknologi, Teknik, dan Matematika). Pendidikan STEM diperkenalkan sejak jenjang dasar melalui pembelajaran coding, robotika, dan eksperimen sains, yang bertujuan membekali siswa dengan keterampilan analitik yang relevan di era digital. Singapura juga menyesuaikan kurikulumnya dengan kebutuhan pasar kerja, menciptakan lulusan yang mampu memecahkan masalah praktis secara inovatif. Selain itu, sistem pendidikan meritokratis dan inklusif di Singapura memberikan kesempatan yang sama bagi semua siswa, tanpa memandang latar belakang sosial atau ekonomi. Program beasiswa dan bantuan keuangan mendukung akses pendidikan bagi siswa dari keluarga kurang mampu. Pelatihan dan pengembangan guru menjadi fokus utama, dengan proses seleksi yang ketat dan program pengembangan profesional berkelanjutan. Singapura juga mengadopsi konsep pendidikan sepanjang hayat melalui inisiatif seperti SkillsFuture, yang memberikan dana pelatihan bagi warga untuk meningkatkan keterampilan mereka. Kemitraan dengan industri memastikan bahwa program pelatihan relevan dengan kebutuhan pasar, sementara peningkatan literasi digital menjadi prioritas untuk menjaga daya saing tenaga kerja. Dengan pendekatan ini, Singapura menciptakan ekosistem pembelajaran yang inklusif dan dinamis, memastikan bahwa individu dapat terus berkembang dan berkontribusi secara maksimal di masyarakat, serta mempertahankan posisi unggul di pasar global.
PENDIDIKAN KARAKTER UNTUK MEWUJUDKAN INDONESIA YANG LEBIH BAIK DENGAN INSPIRASI DARI JEPANG Siti Rain Harahap; Mislaini; Mei Armisah Tumanggor
Jurnal Media Akademik (JMA) Vol. 2 No. 12 (2024): JURNAL MEDIA AKADEMIK Edisi Desember
Publisher : PT. Media Akademik Publisher

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.62281/v2i12.1114

Abstract

Pendidikan karakter di Jepang dan Indonesia memiliki pendekatan yang berbeda dalam menanamkan nilai-nilai sosial kepada siswa. Di Jepang, pendidikan karakter terintegrasi dalam kehidupan sehari-hari melalui kegiatan rutin di sekolah, seperti kerja bakti dan upacara bendera, yang menekankan disiplin, tanggung jawab, dan kerjasama. Keluarga dan masyarakat berperan aktif dalam mendukung pendidikan karakter anak, menciptakan lingkungan yang kolaboratif. Sebaliknya, di Indonesia, pendidikan karakter lebih terfokus pada pengajaran moral dan etika yang sering kali terpisah dari kegiatan sehari-hari. Meskipun nilai-nilai seperti gotong royong dan religiusitas ditekankan, implementasinya tidak selalu konsisten. Tantangan yang dihadapi Jepang termasuk tekanan sosial dan kompetisi akademis, sedangkan Indonesia menghadapi ketidakmerataan kualitas pendidikan dan keberagaman budaya. Meskipun demikian, kedua negara berupaya mengatasi tantangan ini melalui kebijakan dan program yang mendukung pendidikan karakter. Penelitian ini menunjukkan bahwa kolaborasi antara sekolah, keluarga, dan masyarakat sangat penting dalam membentuk karakter siswa. Untuk meningkatkan pendidikan karakter di Indonesia, disarankan agar ada integrasi yang lebih baik antara pendidikan formal dan informal, serta peningkatan keterlibatan orang tua dan masyarakat. Dengan langkah-langkah ini, diharapkan pendidikan karakter di Indonesia dapat lebih efektif dan memberikan dampak positif bagi perkembangan generasi muda.
PERBANDINGAN INTEGRASI TEKNOLOGI DALAM PENDIDIKAN DI INDONESIA DAN CINA Humaira Chairunnisa; Mislaini; Ulfatmi Hasanah
Jurnal Media Akademik (JMA) Vol. 2 No. 12 (2024): JURNAL MEDIA AKADEMIK Edisi Desember
Publisher : PT. Media Akademik Publisher

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.62281/v2i12.1115

Abstract

Integrasi teknologi dalam pendidikan menjadi fokus utama pemerintah di berbagai negara, termasuk Indonesia dan Cina, untuk meningkatkan kualitas pendidikan di era digital. Di Indonesia, program Digitalisasi Sekolah dan Rumah Belajar bertujuan untuk meningkatkan akses pendidikan, namun tantangan infrastruktur dan kesenjangan digital masih menghambat efektivitasnya. Banyak sekolah di daerah terpencil kekurangan akses internet dan perangkat teknologi, yang menciptakan ketidakmerataan dalam kualitas pendidikan. Di sisi lain, Cina telah meluncurkan kebijakan Smart Education China 2022, yang mendorong penerapan teknologi canggih seperti kecerdasan buatan dan big data dalam pendidikan. Meskipun Cina juga menghadapi tantangan di daerah pedesaan, investasi besar-besaran dalam infrastruktur pendidikan digital telah membantu menyamaratakan akses pendidikan. Penggunaan platform digital di Cina, seperti DingTalk dan WeChat Work, telah meningkatkan interaksi dan efisiensi pembelajaran. Hasil integrasi teknologi di Cina menunjukkan peningkatan prestasi siswa yang signifikan, sementara di Indonesia, meskipun akses meningkat, kualitas pendidikan masih terhambat oleh metode pengajaran tradisional dan kurangnya pelatihan guru. Kesimpulannya, kedua negara perlu fokus pada pengembangan infrastruktur dan peningkatan literasi digital untuk memastikan semua siswa mendapatkan pendidikan yang berkualitas dan setara.
PERBANDINGAN PENDIDIKAN ISLAM DI INDONESIA DAN INGGRIS DALAM PERAN SEKOLAH ISLAM DI NEGARA MUSLIM DAN MINORITAS MUSLIM Suci Rahma Aulia Fani Pane; Mislaini; Suci Sangrila
Jurnal Media Akademik (JMA) Vol. 2 No. 12 (2024): JURNAL MEDIA AKADEMIK Edisi Desember
Publisher : PT. Media Akademik Publisher

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.62281/v2i12.1116

Abstract

Sekolah Islam di Indonesia dan Inggris memiliki peran yang signifikan dalam membentuk identitas keislaman siswa, meskipun menghadapi tantangan yang berbeda. Di Indonesia, sebagai negara dengan mayoritas Muslim, sekolah Islam berfungsi untuk memperkuat iman dan karakter siswa melalui pendidikan yang mengintegrasikan ilmu pengetahuan umum dan ajaran Islam. Sekolah-sekolah ini juga berperan dalam membangun solidaritas antar umat Islam dan mempromosikan nilai-nilai moderat dalam masyarakat yang beragam. Sebaliknya, di Inggris, sekolah Islam berfungsi sebagai tempat perlindungan identitas bagi siswa Muslim di tengah masyarakat yang mayoritas non-Muslim. Sekolah-sekolah ini tidak hanya mengajarkan pendidikan umum dan agama, tetapi juga berusaha mengurangi stereotip negatif terhadap umat Islam dan mempromosikan kerukunan antaragama. Kurikulum di kedua negara dirancang untuk menyeimbangkan pendidikan agama dan umum, meskipun dengan penekanan yang berbeda sesuai konteks sosial dan budaya masing-masing. Tantangan yang dihadapi oleh sekolah Islam di Indonesia berkaitan dengan modernisasi dan globalisasi, sedangkan di Inggris lebih terkait dengan integrasi sosial dan diskriminasi. Meskipun demikian, kedua jenis sekolah ini berkontribusi dalam mencetak generasi muda yang tidak hanya cerdas secara akademis, tetapi juga memiliki komitmen sosial yang kuat, siap berkontribusi positif dalam masyarakat.
PERBANDINGAN KURIKULUM DI FINLANDIA DAN INDONESIA DARI PERSPEKTIF KEUNGGULAN Muhammad Fadhil; Mislaini; Rayhan Surya Ramadhan
Jurnal Media Akademik (JMA) Vol. 2 No. 12 (2024): JURNAL MEDIA AKADEMIK Edisi Desember
Publisher : PT. Media Akademik Publisher

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.62281/v2i12.1124

Abstract

Kurikulum pendidikan di Finlandia dan Indonesia menunjukkan perbedaan signifikan dalam struktur, fokus, dan pendekatan pengajaran. Finlandia menerapkan kurikulum struktur tunggal yang memberikan kesempatan setara bagi semua siswa tanpa memisahkan berdasarkan kemampuan akademis. Pendekatan ini mendukung pembelajaran yang inklusif dan fleksibel, di mana guru memiliki kebebasan untuk menyesuaikan metode pengajaran sesuai kebutuhan siswa. Sebaliknya, kurikulum di Indonesia cenderung terfragmentasi, dengan pemisahan antara jalur pendidikan umum dan kejuruan, yang dapat menimbulkan stigma negatif dan menghambat potensi siswa. Selain itu, Finlandia menekankan pengembangan keterampilan hidup, sosial, dan emosional, sedangkan di Indonesia, fokus masih sering terletak pada pencapaian akademis. Peran guru di Finlandia sebagai profesional yang otonom dan fasilitator juga berbeda dengan peran guru di Indonesia yang lebih terikat pada kurikulum yang kaku. Dalam hal penilaian, Finlandia mengutamakan penilaian formatif yang mendukung proses belajar, sementara Indonesia lebih berorientasi pada ujian akhir. Dengan mengadopsi elemen-elemen dari sistem pendidikan Finlandia, Indonesia dapat menciptakan lingkungan belajar yang lebih adil dan efektif, serta meningkatkan kualitas pendidikan secara keseluruhan. Kesimpulannya, pendekatan yang lebih terbuka dan fleksibel dalam kurikulum, pengembangan keterampilan hidup, peran guru, dan sistem penilaian dapat memberikan manfaat signifikan bagi siswa di Indonesia.
MENGADOPSI SISTEM SEKOLAH GRATIS DI NORWEGIA PELAJARAN BAGI INDONESIA Luthfi Hakim; Mislaini; Syahrul Ramadhan
Jurnal Media Akademik (JMA) Vol. 2 No. 12 (2024): JURNAL MEDIA AKADEMIK Edisi Desember
Publisher : PT. Media Akademik Publisher

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.62281/v2i12.1125

Abstract

Sistem pendidikan gratis di Norwegia telah menjadi model yang menarik bagi banyak negara, termasuk Indonesia. Di Norwegia, pendidikan dasar dan menengah disediakan tanpa biaya, didanai melalui pajak tinggi sebagai bagian dari model kesejahteraan sosial. Negara ini menginvestasikan sekitar 6,5% dari PDB untuk pendidikan, menunjukkan komitmen yang kuat terhadap akses pendidikan berkualitas bagi semua warga negara, termasuk mahasiswa internasional. Sistem pendidikan di Norwegia berfokus pada pembelajaran yang berorientasi pada siswa, pengembangan keterampilan kritis, dan dukungan bagi semua anak, termasuk mereka yang memiliki kebutuhan khusus. Di sisi lain, sistem pendidikan di Indonesia menghadapi tantangan signifikan, seperti biaya pendidikan yang bervariasi, durasi wajib belajar yang lebih pendek, dan kesenjangan kualitas antara sekolah di daerah perkotaan dan pedesaan. Meskipun ada upaya untuk meningkatkan akses pendidikan, masih banyak anak di daerah terpencil yang tidak mendapatkan pendidikan yang memadai. Tantangan dalam mengadopsi sistem pendidikan gratis di Indonesia meliputi alokasi anggaran yang memadai, kesiapan infrastruktur, dan kesadaran masyarakat. Namun, terdapat peluang untuk meningkatkan sistem pendidikan melalui dukungan dari sektor swasta, pemanfaatan teknologi, dan kolaborasi antara pemerintah dan masyarakat. Pembelajaran dari Norwegia, seperti pentingnya investasi dalam pendidikan, keterlibatan pemerintah, dan fokus pada kualitas pendidikan, dapat memberikan panduan bagi Indonesia dalam upaya menciptakan sistem pendidikan yang lebih baik dan berkualitas.
Perkembangan Sistem Pendidikan di Swedia Raysa Azzahra; Mislaini; Aidil Zulfikar
Journal Educational Research and Development | E-ISSN : 3063-9158 Vol. 1 No. 2 (2024): Oktober - Desember
Publisher : GLOBAL SCIENTS PUBLISHER

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.62379/jerd.v1i2.71

Abstract

Pendidikan di swedia memiliki kualitas yg sangat bagus yang di karenakan kondisi Negara swedia yg sangat maju dan tingkat ekonomi dan keamanan yg tingga yang menjadikan swedia memiliki tingkat pendidikan yg berikualitas, tetapi di sisi lain ada kelemahan nya juga. Lantaranya adalah kehidupan di swedia yg segalanyas serba mahal dan memiliki kebutuhan ekonomi yg tinggi sehingga membuat kita harus bekerja extra untuk bertahan hidup dan menuntut ilmu di sana. Saat ini, Swedia menawarkan pendidikan gratis dari tingkat dasar hingga universitas, menekankan pembelajaran berbasis siswa, inovasi, dan keberlanjutan. Penelitian ini bertujuan untuk memahami bagaimana kebijakan, pendekatan pengajaran, dan integrasi teknologi telah meningkatkan kualitas pendidikan di Swedia. Hasil kajian menunjukkan bahwa keberhasilan sistem ini terletak pada fleksibilitas kurikulum, kualitas guru, serta dukungan kolaboratif antara pemerintah dan masyarakat. Kesimpulannya, model pendidikan Swedia membuktikan bahwa pendekatan inklusif dan berorientasi masa depan dapat menciptakan sistem pendidikan yang berdaya saing global sekaligus responsif terhadap kebutuhan Masyarakat.