Claim Missing Document
Check
Articles

Found 8 Documents
Search

Uji Daya Hambat Ekstrak Daun Jamblang (Syzygium Cumini (L.) Skeels) Terhadap Pertumbuhan Bakteri Streptococcus Pyogenes dan Proteus Mirabilis Venny Patricia; Wawan Sofwan Zaini; Ahmad Yani; Siti Atikah
Jaringan Laboratorium Medis Vol 3, No 1 (2021): May 2021
Publisher : Poltekkes Kemenkes Semarang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.31983/jlm.v3i1.7932

Abstract

Infectious diseases are a problem for public health and can increase patient morbidity and mortality. Bacteria that cause infectious diseases include Streptococcus pyogenes and Proteus mirabilis. Inappropriate use of antibiotics can cause resistance problems and the effects of undesirable drugs. Jamblang (Syzygium cumini) leaf extract can be used as a natural antibacterial drug. There is a study showing the content of active compounds in the leaves of Jamblang are Flavonoids, tannins, alkaloids, and saponins are components of chemical compounds that are suspected as antibacterial. This study aims to determine the antibacterial activity of Jamblang leaf extract against Streptococcus pyogenes and Proteus mirabilis bacteria. The method used is the Minimum Inhibitory Concentration method using well diffusion. The study used Jamblang leaf extract with various concentrations of 10%, 20%, 30%, and 40%, the test bacteria used were Streptococcus pyogenes and Proteus mirabilis, using positive control of chloramphenicol, and negative control of 10% DMSO. The results showed that Jamblang leaf extract can inhibit the growth of Streptococcus pyogenes and Proteus mirabilis bacteria in all concentrations. In the Kruskall Wallis Non-Parametric statistical test the two bacteria obtained P 0.05.In Streptococcus pyogenes bacteria the value of P = 0.031, and Proteus mirabilis bacteria the value of P = 0.015. These results indicate a real difference in this study.
The Antioxidant and Cytotoxic Effects of Cosmos caudatus Ethanolic Extract on Cervical Cancer Betty Nurhayati; Ira Gustira Rahayu; Sonny Feisal Rinaldi; Wawan Sofwan Zaini; Ervi Afifah; Seila Arumwardana; Hanna Sari Widya Kusuma; Rizal Rizal; Wahyu Widowati
The Indonesian Biomedical Journal Vol 10, No 3 (2018)
Publisher : The Prodia Education and Research Institute (PERI)

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.18585/inabj.v10i3.441

Abstract

BACKGROUND: Oxidative stress is closely related to all aspects of cancer. Cosmos caudatus ethanolic extract (CCEE) has been proved to have antioxidant effect that inhibited cancer cell growth due to its bioactive compounds such as catechin, quercetin and chlorogenic acid. This study aimed to evaluate antioxidant and anticancer activity of CCEE and its compounds.METHODS: Total phenol was measured according to the Folin-Ciocalteu method. Catechin, quercetin and chlorogenic acid contained in CCEE were identified by high-performance liquid chromatography (HPLC). Antioxidant activity was evaluated by 2,2′-azino-bis-(3-ethylbenzthiazoline-6-sulfonic acid) (ABTS)-reducing activity, 1,1-diphenyl-2-picrylhydrazyl (DPPH) scavenging activity, and ferric reducing antioxidant power (FRAP) activity test. The cytotoxic activity of CCEE was determined by MTS [3-(4,5-dimethylthiazol-2-yl)-5-(3-carboxymethoxyphenyl)-2-(4-sulfophenyl)-2H-tetrazolium] assay on HeLa cells.RESULTS: The result showed that total phenol of CCEE was 181.64±0.93 µg Cathecin/mg extract. ABTSreducing activity test showed that catechin had the highest activity (2.90±0.04 µg/mL), while CCEE had moderate activity compared to other compounds. FRAP activity test demonstrated that catechin had the highest activity (315.83 µM Fe(II)/µg) compared to other compounds. DPPH scavenging activity of CCEE was 22.82±0.05 µg/mL. Cytotoxicity test on HeLa cell showed that CCEE had lower activity (inhibitory concentration (IC)50= 89.90±1.30 µg/mL) compared to quercetin (IC50 = 13.30±0.64 µg/ mL).CONCLUSION: CCEE has the lowest antioxidant activity compared to quercetin, catechin, and chlorogenic acid and has the lowest anticancer activity compared to quercetin. However, CCEE and its compounds has potential as antioxidant and anticancer properties.KEYWORDS: antioxidant, anticancer, catechin, Cosmos caudatus, quercetin
UJI KONSENTRASI BUNUH MINIMAL (KBM) INFUSUM DAN AIR PERASAAN DAUN BINAHONG (ANREDERA CORDIFOLIA) TERHADAP BAKTERI SALMONELLA TYPHI DAN STAPHYLOCOCCUS AUREUS SECARA IN-VITRO Wawan Sofwan Zaini; Nining Kurniati; Arief Fadillah
Jurnal Medikes (Media Informasi Kesehatan) Vol 5 No 1 (2018): April
Publisher : Politeknik Kesehatan Kementerian Kesehatan Banten

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (287.973 KB) | DOI: 10.36743/medikes.v5i1.49

Abstract

Daun binahong (A.cordifolia) merupakan salah satu tanaman obat tradisional yang memiliki banyak manfaat, di antaranya sebagai obat batuk, diabetes, sesak nafas, luka bakar, luka pasca operasi, disentri, radang ginjal, radang usus, jerawat, gusi berdarah, melancarkan haid, penambah nafsu makan, dan meningkatkan daya tahan tubuh. Daun binahong mengandung berbagai macam zat aktif, yaitu alkaloid, saponin, flavonoid dan polifenol yang memiliki daya antibakteri. Di Indonesia penyakit infeksi oleh bakteri masih menjadi masalah kesehatan, maka perlu dikembangkan suatu bahan alam yang dapat dimanfaatkan sebagai alterbatif pengobatan, salah satunya adalah daun binahong. Penggunaan daun binahong di masyarakat untuk pengobatan sudah lama digunakan, namun perlu dilakukan penelitian secara ilmiah untuk menunjukkan khasiat dan dosis yang tepat. Dicoba dilakukan penelitian efektivitas antibakteri dari infusum dan air perasan daun binahong terhadap bakteri Salmonella typhi dan Staphylococcus aureus secara in-vitro dengan menentukan konsentrasi bunuh minimal dengan variasi waktu kontak menggunakan metode serial dilution. Penelitian ini merupakan penelitian eksperimental laboratorium dengan desain penelitian menggunakan Rancangan Acak Kelompok (RAK) di mana dilakukan perlakuan pada bakteri uji dengan variasi konsentrasi dan waktu kontak infusum dan air perasan daun binahong. Untuk kontrol negatif menggunakan aquades steril (0%) dan sebagai pembanding digunakan tetrasiklin dan khloramfenikol. Hasil penelitian menunjukkan bahwa infusum daun binahong dengan konsentrasi 60% dengan waktu kontak 60 menit memiliki daya hambat terhadap pertumbuhan S.typhi dan pada konsentrasi 80% dengan waktu kontak 180 menit terhadap S.aureus. Sedangkan Air perasan daun binahong dengan konsentrasi 100% dengan waktu kontak 90 menit memiliki daya hambat terhadap S.typhi, dan konsentrasi 100% dengan waktu kontak 60 menit terhadap S.aureus
UJI DAYA HAMBAT AIR PERASAN BUAH PARE (MOMORDICA CHARANTIA L.) TERHADAP PERTUMBUHAN BAKTERI STAPHYLOCOCCUS AUREUS DAN ESCHERICHIA COLI SECARA IN VITRO Wawan Sofwan Zaini; Shufiyani Shufiyani
Jurnal Medikes (Media Informasi Kesehatan) Vol 4 No 2 (2017): November
Publisher : Politeknik Kesehatan Kementerian Kesehatan Banten

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (907.166 KB) | DOI: 10.36743/medikes.v4i2.81

Abstract

Sejak dulu, masyarakat Indonesia telah menggunakan tanaman obat sebagai salah satu upaya dalam menanggulangi penyakit yang secara turun temurun diwariskan dari satu generasi ke generasi berikutnya. Penggunaan obat tradisional dinilai lebih aman dan memiliki efek samping yang relatif kecil daripada obat modern.(2) Salah satu tanaman herbal yang digunakan sebagai obat tradisional adalah buah pare (Momordica charantia L.) yang lazimnya dijadikan sebagai makanan, namun saat ini telah banyak digunakan sebagai antihelmintik, antimalaria, dismenore, pengobatan untuk eksim, sakit tenggorokan, abses, dan penyakit infeksi.(3 Tujuan dari penelitian ini yaitu nntuk mengetahui daya hambat air perasan buah pare terhadap pertumbuhan bakteri S.aureus dan E.coli. dan menentukan nilai Uji Daya Hambat Minimum air perasan buah pare yang masih bisa menghambat pertumbuhan bakteri S.aureus dan E.coli. Desain Penelitian menggunakan Eksperimental Laboratorium. Subyek penelitian adalah buah pare jenis lokal dan impor. Bakteri uji yang digunakan adalah S.aureus dan E.coli . Sampel : air perasan buah pare dengan konsentrasi 100%, 75%, 50%, dan 25% masing-masing sebanyak 5 ml. Waktu penelitian diperkirakan memerlukan 4 minggu.’ Hasil penelitian menunjukkan: Air perasan buah pare dapat menghambat pertumbuhan bakteri S. aureus tetapi tidak mempunyai daya hambat terhadap pertumbuhan E.coli, Air perasan buah pare (Momordica charantia L.) dapat menghambat pertumbuhan bakteri S. aureus dengan konsentrasi minimum 25% dalam waktu kontak 30 menit. Setelah melakukan penelitian maka, beberapa rekomendasi saran yang dapat diajukan adalah Dapat dilakukan penelitian lanjutan untuk pemeriksaan Ekstrak buah Pare dan dapat dilakukan penelitian dengan metode cakram.
UJI DAYA HAMBAT AIR PERASAN BUAH PARE (MOMORDICA CHARANTIA L.) TERHADAP PERTUMBUHAN BAKTERI S. aureus DAN E. coli SECARA IN VITRO Wawan Sofwan Zaini; Shufiyani Shufiyani
Jurnal Medikes (Media Informasi Kesehatan) Vol 3 No 2 (2016): November
Publisher : Politeknik Kesehatan Kementerian Kesehatan Banten

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (727.811 KB) | DOI: 10.36743/medikes.v3i2.106

Abstract

Salah satu upaya untuk mengobati penyakit infeksi bakteri yaitu dengan penggunaan obat modern (antibiotik), namun disamping harganya relatif mahal juga bisa menimbulkan efek samping. Penggunaan tanaman obat sebagai obat herbal telah direkomendasikan oleh WHO, karena disamping mudah diperoleh juga efek samping ditimbulkannya relatif tidak ada. Secara empiris di masyarakat pemanfaatan buah pare untuk pengobatan penyakit seperti penyakit perut, diare, demam, dan lain sebagainya telah banyak digunakan dan dipercayai bisa menyembuhkan penyakit tersebut, namun pembuktian secara ilmiah di laboratorium belum banyak dilakukan. Dari beberapa penelitian yang telah dilakukan, diketahui bahwa buah pare mengandung senyawa flavonoid dan alkaloid yang mempunyai sifat antibakteri. Mekanisme flavonoid sebagai antibakteri adalah dengan menghambat sintesis DNA, mengganggu fungsi membran sitoplasma dan menghambat transfer energi yang dibutuhkan untuk metabolisme bakteri. Sedangkan alkaloid akan mengganggu komponen penyusun peptidoglikan sel bakteri, sehingga dinding sel tidak terbentuk utuh dan menyebabkan kematian sel. Telah dilakukan penelitian tentang uji daya hambat air perasan buah pare (Momordica charantia L.) variasi konsentrasi (100%, 75%, 50%, 25%) terhadap pertumbuhan bakteri Staphylococcus aureus dan Escherichia coli secara in vitro dengan metode konsentrasi hambat minimum (KHM) dalam variasi waktu (0’, 30’, 60’, 90’) . Hasil penelitian menunjukkan air perasan buah pare dapat menghambat pertumbuhan bakteri S. aureus tetapi tidak mempunyai daya hambat terhadap pertumbuhan E.coli. Air perasan buah pare (Momordica charantia L.) dapat menghambat pertumbuhan bakteri S. aureus dengan konsentrasi minimum 25% dalam waktu kontak 30 menit.
UJI DAYA HAMBAT EKSTRAK KEMBANG TELANG (Clitoria ternatea) TERHADAP PERTUMBUHAN BAKTERI Pseudomonas aeruginosa Wawan Sofwan Zaini
Jurnal Medikes (Media Informasi Kesehatan) Vol 8 No 2 (2021): November
Publisher : Politeknik Kesehatan Kementerian Kesehatan Banten

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.36743/medikes.v8i2.320

Abstract

Infeksi mata konjungtivitis yang disebabkan oleh bakteri Pseudomonas aeruginosa dapat diobati dengan obat tradisional yaitu tanaman kembang telang ( Clitoria ternatea ), karena kembang ini memiliki senyawa aktif yang berfungsi sebagai zat antimikroba seperti Antosionin, flavonoid, tanin, saponin, terpenoid dan alkaloid. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui aktivitas antibakteri ekstrak kembang telang ( Clitoria ternatea ) terhadap pertumbuhan bakteri Pseudomonas aeruginosa . Penelitian ini menggunakan sampel ekstrak kembang telang ( Clitoria ternatea ) yang diperoleh dengan cara maserasi menggunakan pelarut etanol 70%.Penelitian ini menggunakan metode difusi sumuran lalu ekstrak kembang telang ( Clitoria ternatea ) dibagi menjadi beberapa konsentrasi 30.000, 40.000, 50.000, 60.000 dan 70.000 ppm dengan menggunakan kontrol positif antibiotik kloramfenikol, dan kontrol negatif dengan DMSO 10%. Hasil penelitian menunjukan bahwa konsentrasi 50.000 ppm merupakan konsentrasi minimal yang sudah bisa menghambat pertumbuhan bakteri Pseudomonas aeruginosa . Pada uji statistik menggunakan Kruskal Wallis didapatkan nilai Asymp.Sig < 0,05 yang berarti ada perbedaan yang nyata (signifikan) antara konsentrasi yang diuji dan H1 yang diterima yang berarti ekstrak kembang telang ( Clitoria ternatea ) efektif dalam menghambat pertumbuhan bakteriPseudomonas aeruginosa . Kata Kunci: Ekstrak kembang telang ( Clitoria ternatea ), Pseudomonas aeruginosa, Uji Daya Hambat
Perbandingan Hasil Pemeriksaan Gula Darah Sewaktu Metode POCT dan metode GOD-PAP pada pasien diabetes mellitus dengan nilai kritis di IGD RSAU dr. M. Hassan Toto Bogor Nining Kurniati; Putri Wulandari; Wawan Sofwan Zaini
Jurnal teknologi Kesehatan Borneo Vol 3 No 2 (2022): Jurnal teknologi Kesehatan Borneo
Publisher : POLTEKKES KEMENKES PONTIANAK

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.30602/jtkb.v3i2.251

Abstract

Diabetes Mellitus (DM) adalah penyakit metabolik yang menyebabkan hiperglikemia kronis akibat defek pada sekresi insulin, aksi insulin, atau keduanya. Indonesia menempati peringkat keenam di dunia untuk jumlah penderita Diabetes. Pemeriksaan laboratorium seperti Gula Darah Sewaktu menjadi kunci dalam menetapkan diagnosis dan evaluasi pengobatan klinik. Laboratorium RSAU dr. M. Hassan Toto menawarkan dua metode pengukuran, yaitu Metode Point of Care Testing (POCT) dengan Clever Check dan Metode GOD-PAP dengan Tokyo Boeki TRX-7010. Penelitian ini bertujuan untuk membandingkan hasil pengukuran gula darah dengan metode POCT dan GOD-PAP pada pasien Diabetes Mellitus dengan nilai kritis. Penelitian ini menggunakan metode analitik dengan rancangan komparatif dan melibatkan 25 pasien sebagai subyek penelitian. Hasil analisis menggunakan uji T Berpasangan menunjukkan bahwa tidak ada perbedaan signifikan antara hasil pengukuran gula darah dengan metode POCT dan GOD-PAP. Diharapkan penggunaan metode laboratorium ini tetap diikuti dengan Quality Control untuk meningkatkan akurasi hasil.
The Potential Antibacterial Effect of Papaya Leaf Extract (Carica papaya L) and Miana Leaf Extract (Coleus scutellarioides L) as Adjuvant Therapy for Rifampicin-Resistant Tuberculosis Wawan Sofwan Zaini; Nining Kurniati; Khayan Khayan; Bagus Muhammad Ihsan; Widyana Lakshmi Puspita; Muhammad Ifham Hanif
Poltekita : Jurnal Ilmu Kesehatan Vol. 17 No. 1 (2023): May
Publisher : Poltekkes Kemenkes Palu

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.33860/jik.v17i1.2044

Abstract

The adhesion of Rifampicin-resistant TB to neutrophils plays an essential role in colonization. Several active compounds in papaya leaf and Miana leaf (Coleus scutellarioides L) are believed to regulate or prevent the formation of bacterial colonies. The purpose of this study was to determine the anti-bacterial effectiveness of extracts of papaya leaf (Carica Papaya L.) and Miana leaf (Coleus scutellarioides L) against bacterial isolates of Rifampicin-Resistant TB strain (RR). This research method is a in vitro laboratory experiment, and extracts of papaya leaf and Miana leaf (50, 25, 12,5%) were tested as anti-bacterial using the M-TB susceptibility test using the Proportion Method. The results showed the anti-bacterial ability of papaya leaf extract against bacterial isolates of the MTBC-Resistant Rifampicin strain at a concentration of 50% with a resistance percentage value of 0% so that it was included in the Sensitive category, but at a concentration of 25% the resistance percentage value was 42.86% % and a concentration of 12.5%, the percentage value of resistance is 42.86% so that it is included in the category of resistance (Resistant > 1% and Sensitive < 1%). The anti-bacterial ability of miana leaf extract against bacterial isolates of the MTBC-Resistant Rifampicin strain at a concentration of 50% with a resistance percentage value of 5.33%, at a concentration of 25%, with a resistance percentage value of 17.14%, and at a concentration of 12.5%, with a resistance percentage value of 100%, so all are included in the resistant category. The Conclusion 50% papaya leaf extract inhibits the formation of Rifampicin-resistant MTBC-resistant bacterial colonies, allowing its usage as a substitute ingredient in Rifampicin-resistant MTBC-resistant medications.