Halmar Halide
Departmen Geofisika, FMIPA, Universitas Hasanuddin, Makassar, Indonesia

Published : 6 Documents Claim Missing Document
Claim Missing Document
Check
Articles

Found 6 Documents
Search

Early Warning System for Dengue Hemorrhagic Fever (DHF) Epidemics in Makassar Halmar Halide; Rais Rais; Peter Ridd
Jurnal Matematika & Sains Vol 16, No 1 (2011)
Publisher : Institut Teknologi Bandung

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

A three-month in advance warning system for upcoming DHF epidemics is developed. The system uses a simple predictive regression model based on past and present DHF cases, climate and meteorological observations as inputs to predict future DHF cases. Using Peirce score as a measure of prediction skill, the model only successfully predicts a moderately-severe epidemic at lead times of up to 6 months. Another model uses a discriminant method is also developed. This model gives much higher skill score and longer lead times than that of the regression model. The economic benefit of using the discriminant models forecast to protect a family from an epidemic is also demonstrated. It is shown that families who are implementing such a prediction into their decision making process gain more benefit than those with un-informed decisions. 
Faktor Osean – Atmosfer untuk Memprediksi Titik Panas (Hostspot) di Wilayah Asia Tenggara Bagian Selatan Santriwati; Halmar Halide; Hasanuddin
JURNAL GEOCELEBES Vol. 5 No. 2: October 2021
Publisher : Departemen Geofisika, FMIPA - Universitas Hasanuddin, Makassar

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.20956/geocelebes.v5i2.13454

Abstract

Penelitian ini bertujuan untuk membuat pemodelan prediksi titik panas (hotspot) di wilayah Asia Tenggara bagian Selatan dengan sejumlah prediktor signifikan menggunakan Model Multiple Regression (MR) dan untuk melakukan verifikasi prediksi model tersebut. Data yang digunakan dalam penelitian ini yaitu data observasi titik panas (hotspot) di Wilayah Indonesia yakni di Pulau Kalimantan dan Sumatera dan di Wilayah Semenanjung Malaysia serta Sabah-Sarawak. Kemudian data indeks El Nino Southern Oscillation (ENSO), Madden-Julian Oscillation (MJO), Indian Ocean Dipole (IOD) dan Monsun selama 6 tahun mulai dari tahun 2013 hingga 2018 sebagai data prediktor. Metode yang digunakan yaitu Model Multiple Regression dengan Metode Regresi Stepwise dan verifikasi skill model prediksi yang digunakan yaitu Korelasi Pearson dan RMSE. Berdasarkan hasil pemodelan dan verifikasi prediksi terbaiknya, diperoleh nilai Korelasi Pearson sebesar 0,698 dan nilai RMSE-nya sebanyak 908 hotspot. Untuk model prediksi di wilayah Sumatera oleh 7 prediktor signifikan yang terkait dengan kejadian hotspot yaitu, IOD 0 (IOD pada bulan munculnya hotspot), MJO 0, MJO 9, MJO 10, Mons 1, MJO 8, dan MJO 5. Untuk wilayah Kalimantan nilai Korelasi Pearson sebesar 0,795 dan nilai RMSE-nya sebanyak 1150 hotspot oleh 4 prediktor signifikan, MJO 9 (MJO pada 9 bulan sebelum munculnya hotspot), Mons 1, Mons 0, dan ENSO 3. Untuk wilayah Semenanjung Malaysia diperoleh nilai Korelasi Pearson sebesar 0,145 dan nilai RMSE-nya sebanyak 135 hotspot oleh 2 prediktor signifikan, Mons 2 (Mons pada 2 bulan sebelum munculnya hotspot) dan MJO 0. Kemudian untuk wilayah Sabah dan Sarawak diperoleh nilai Korelasi Pearson sebesar 0,242 dan nilai RMSE-nya sebanyak 113 hotspot oleh 2 prediktor signifikan, IOD 2 (IOD pada 2 bulan sebelum munculnya hotspot) dan MJO 0. Untuk wilayah Sumatera prediktor yang paling berpengaruh yaitu IOD 0, yakni fenomena IOD khususnya fenomena IOD (+) penyebab terjadinya musim kering ini beberapa kali terjadi di wilayah Pulau Sumatera karena letaknya berdekatan langsung dengan Samudera Hindia sehingga iklimnya juga dipengaruhi oleh lautan di dekatnya. Untuk fenomena MJO dan Monsun yang paling berpengaruh di Wilayah Kalimantan (MJO 9), Semenanjung Malaysia (Mons 2) serta Sabah - Sarawak (MJO 0). Kedua fenomena tersebut secara periodik selalu melintas di ketiga wilayah tadi khususnya berkontribusi pada bulan-bulan terjadinya musim kering, sehingga diindikasikan dapat mempengaruhi munculnya hotspot.
PKM KONSERVASI AIR TANAH DI KECAMATAN MAPPAKASUNGGU DAN MANGGARABOMBANG KABUPATEN TAKALAR Muhammad Hamzah Syahruddin; Amiruddin Amiruddin; Halmar Halide; Sakka Sakka; Makhrani Makhrani
Panrita Abdi - Jurnal Pengabdian pada Masyarakat Vol. 4 No. 2 (2020): Jurnal Panrita Abdi - Juni 2020
Publisher : LP2M Universitas Hasanuddin

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (1099.32 KB) | DOI: 10.20956/pa.v4i2.4896

Abstract

Groundwater Conservation in Mappakasunggu and Manggarabombang, District TakalarAbstract. Groundwater is water that is contained in layers of soil or rocks below the surface. Many damages are caused by excessive groundwater extraction. For example, one of the residents' wells in Tamaona Lengkese that had been closed because the water had turned to salt water after being used for 10 years. This phenomenon shows that there is sea water intrusion because the rate of groundwater exploitation is greater than the rate of recharge. Besides that, every year there is a drought in the dry season and flooding in the rainy season. Therefore, to avoid a prolonged water crisis, there must be efforts from the government and all levels of society to conserve groundwater. To overcome the various problems of the partners, the Unhas PPMU-PKM team conducted groundwater conservation counseling and training. Counseling is done to the community to understand the existence of ground water and how its conservation. While training was given to improve the skills of the community to conserve groundwater. The results of this education and training are that more than 80% participants have understood how the presence of ground water and its conservation and are able to conserve groundwater with infiltration holes and injection wells.Keywords: Biopore, permeability, ground water, conservation.Abstrak. Air tanah adalah air yang terdapat dalam lapisan tanah atau bebatuan di bawah permukaan tanah. Banyak dampak kerusakan yang ditimbulkan akibat pengambilan air tanah yang berlebihan. Sebagai contoh, salah satu sumur  warga di Tamaona Lengkese yang telah ditutup karena airnya sudah berubah menjadi air asin setelah digunakan 10 tahun. Fenomena ini menunjukkan adanya intrusi air laut karena laju pengambilan air tanah jauh lebih besar dibandingkan dengan laju pengimbuhan. Selain itu setiap tahun di daerah tersebut terjadi kekeringan pada musim kemarau dan banjir pada musim hujan. Oleh karena itu, harus ada upaya pemerintah dan lapisan masyarakat untuk melakukan konservasi air tanah untuk menghindari krisis air berkepanjangan. Untuk mengatasi berbagai persoalan mitra tersebut tim PPMU-PKM Unhas melakukan penyuluhan dan pelatihan konservasi air tanah. Penyuluhan dilakukan kepada masyarakat untuk memahami keberadaan air tanah dan bagaimana konservasinya. Sedangkan pelatihan diberikan untuk meningkatkan keterampilan masyarakat untuk melakukan konservasi air tanah. Hasil dari penyuluhan dan pelatihan ini adalah peserta telah memahami bagaimana keberadaan air tanah dan konservasinya diatas 80% dan mampu melakukan konservasi air tanah dengan lubang resapan dan sumur injeksi.Kata kunci:  Biopori, permeabilitas, air tanah, konservasi.
PEMANFAATAN TEKNOLOGI KONSERVASI AIR TANAH DAN PENJERNIHAN AIR DI KELURAHAN BUNTU SUGI KECAMATAN ALLA KABUPATEN ENREKANG Muhammad Hamzah Syahruddin; Amiruddin; Halmar Halide; Sakka; Paharuddin; Samsu Arif
Panrita Abdi - Jurnal Pengabdian pada Masyarakat Vol. 6 No. 4 (2022): Jurnal Panrita Abdi - Oktober 2022
Publisher : LP2M Universitas Hasanuddin

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.20956/pa.v6i4.9453

Abstract

Ground water is stored in layers called aquifers. These aquifers can be found in coastal plains, foothills, inter-mountain valleys, alluvial plains and karst topographic areas. The village of Buntu sugi, located in the foothill area in the form of alluvial plains and a little karst topography in the north. Buntu Sugi Village has four ground water sources in the form of springs. The four springs are Bubun Salle, Bubu Sudu, Bubun Matua, and Wailandan. All these springs are used by the community for daily living needs for cooking and for drinking water and used for agriculture. The condition of water resources in Buntu Sugi Urban Village is decreasing quantity and quantity is smaller flow rates in the dry season and a higher turbidity level in the rainy season. The efforts made in this community service are to educate the community on how to conserve springs or ground water and how to process polluted ground water so that it is suitable for use. Furthermore, training will be given to the appropriate technology community that can be used in the process of processing and purifying polluted water. The training on making Biopori Infiltration Holes and making water purification equipment has given the ability for participants. ---  Air tanah tersimpan dalam lapisan yang disebut akuifer. Akuifer tersebut dapat dijumpai pada dataran pantai, daerah kaki gunung, lembah antar pegunungan, dataran aluvial dan daerah topografi karst. Kelurahan Buntu sugi yang berada di daerah kaki gunung berupa dataran alluvial dan sedikit topografi karst di bagian utara. Wilayah Kelurahan Buntu Sugi terdapat empat sumber air tanah berupa mata air yaitu Bubun Salle, Bubun Sudu, Bubun Matua, dan Wailandan. Seluruh mata air tersebut digunakan masyarakat untuk keperluan hidup sehari-hari untuk memasak, untuk air minum dan kebutuhan pertanian. Penurunan kuantitas dan kuantitas ditandai dengan debit aliran yang semakin kecil pada musim kemarau dan melimpah pada musim hujan dengan tingkat kekeruhan yang semakin tinggi. Upaya yang dilakukan dalam pengabdian masyarakat ini adalah melakukan penyuluhan kepada masyarakat bagaimana melestarikan mata air atau air tanah dan bagaimana memproses air tanah yang tercemar sehingga layak digunakan. Tujuan pengabdian untuk melakukan edukasi kepada masyarakat pentingnya konservasi air tanah dan bagaimana teknologi konservasi air tanah dan pelatihan kepada masyarakat teknologi tepat guna (TTG) yang dapat digunakan dalam proses pengolahan dan penjernihan air yang tercemar.  Pelatihan pembuatan Lubang Resapan Biopori (LRB) dan pembuatan alat penjernihan air telah memberikan keterampilan kepada peserta untuk membuat resapan air dan alat penjernihan air.
Estimasi Dosis Efektif Pasien Bagian Abdomen dari Hasil Pemeriksaan CT-Scan Merek Siemens SOMATOM Ajeng Anggreny Ibrahim; Bualkar Abdullah; Halmar Halide
POSITRON Vol 8, No 2 (2018): November Edition
Publisher : Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Univetsitas Tanjungpura

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (805.788 KB) | DOI: 10.26418/positron.v8i2.25213

Abstract

Penelitian ini bertujuan untuk menghitung dosis efektif yang diterima pasien yang mengalami eksaminasi CT pada bagian perut (abdomen). Data yang digunakan pada penelitian ini adalah data pasien yang dikumpulkan dari Departemen Radiologi di salah satu rumah sakit di Makassar dan merupakan hasil eksaminasi CT-Scan Simens tipe SOMATOM bagian abdomen 80 pasien. Hasil penelitian menunjukkan bahwa nilai rata-rata  CTDIvol dan dosis efektif yang diterima pasien laki-laki masing-masing 7,87 mGy dan 5,52 mSv, sedangkan untuk pasien perempuan masing-masing 7,53 mGy dan 4,97 mSv Dosis yang diterima pasien tersebut masih dalam ambang batas yang telah ditetapkan oleh BAPETEN.
KONSERVASI MATA AIR DAN PENJERNIHAN AIR BERBAHAN FILTER ORGANIK DI DESA PANA, KECAMATAN ALLA, KABUPATEN ENREKANG: tidak ada Muhammad Hamzah Syahruddin; Amiruddin; Halmar Halide; Sakka; Hasniati
Panrita Abdi - Jurnal Pengabdian pada Masyarakat Vol. 8 No. 3 (2024): Jurnal Panrita Abdi - Juli 2024
Publisher : LP2M Universitas Hasanuddin

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.20956/pa.v8i3.23043

Abstract

The springs included in the administrative area of ​​Pana Village are waibuktu, wailandan, waidollok, waiallak, and waipana. Pana Village is also crossed by two rivers, namely the Mata Allo River and the Salu Dollok River. The springs and rivers in Pana Village have not been managed in an integrated manner, so the people of Pana Village have difficulty getting water, especially during the dry season. Therefore, conserving springs in Pana Village is important to maintain the existence and sustainability of springs in the area. Conservation of the Pana Village spring needs to be done because the upstream water catchment area continues to develop as agricultural land and settlements, so it can potentially damage the spring catchment area. The conservation of springs in Pana Village is carried out by making rectangular cube biopore infiltration wells to increase water absorption into the soil. Active participation of the community in constructing rectangular cube biopore recharge wells so that water is always available during the dry season in terms of quality and quantity. In addition, through the community service program from the Department of Geophysics, UNHAS conducts outreach to the people of Pana Village so that the community's active participation preserves the environment and springs and river resources. Conservation of springs in Pana Village is carried out by introducing the community to conservation technologies that can be used. Conservation technology includes greening water catchment areas, making cubical biopore infiltration holes, and training in making water purification equipment made from organic filters. The training participants have understood the existence of groundwater and its conservation above 97%. They can conserve groundwater springs by making cubic biopore infiltration holes (LRBK) and can use water purification tools made from organic filters (PABFO).  ---    Mata air yang masuk dalam wilayah administrative Desa Pana adalah waibuktu, wailandan, waidollok, waiallak, dan waipana. Desa Pana juga dilewati dua sungai yaitu sungai mata allo dan sungai salu dollok. Mata air dan sungai di desa pana belum dikelola secara terintegrasi sehingga masyarakat Desa Pana kesulitan air terutama pada musim kemarau. Oleh karena itu Konservasi mata air di Desa Pana adalah usaha yang penting dilakukan untuk mempertahankan keberadaan serta keberlanjutan mata air di daerah tersebut. Konservasi mata air Desa Pana perlu dilakukan karena daerah hulu resapan air terus berkembang sebagai lahan pertanian dan pemukiman sehingga berpotensi merusak daerah resapan mata air. Konservasi mata air di Desa Pana dilakukan dengan membuat sumur resapan biopori kubus persegi panjang untuk meningkatkan resapan air ke dalam tanah.  Partisipasi aktif masyarakat dalam membuat sumur respan biopori kubus persegi panjang agar senantiasa air tersedia pada musim kemarau baik dalam hal kualitas maupun kuntitasnya. Selain itu melalui program pengabdian kepada masyarakat dari Departemen geofisika UNHAS melakukan penyuluhan kepada masyarakat Desa Pana agar partisipasi aktif masyarakat melestarikan lingkungan hidup dan sumber daya mata air dan sungai. Konservasi mata air di Desa Pana dilakukan dengan memperkenalkan kepada masyarakat teknologi konservasi yang dapat digunakan. Teknologi konservasi meliputi mnghijaukan daerah tangkapan air, pembuatan lubang resapan biopori kubus dan pelatihan pembuatan alat penjernihan air berbahan filter organik. Peserta pelatihan telah memahami keberadaan air tanah dan konservasinya diatas 97% dan mampu melakukan konservasi mata air tanah dengan membuat lubang resapan biopori kubus (LRBK) dan mampu membuat alat penjernihan air berbahan filter organik (PABFO).