Septiana, Yorisye
Departemen Ilmu Kesehatan Anak Fakultas Kedokteran Dan Ilmu Kesehatan, Universitas Kristen Krida Wacana, Jakarta, Indonesia

Published : 5 Documents Claim Missing Document
Claim Missing Document
Check
Articles

Found 5 Documents
Search

Dilema Etik Dokter Membuka Rahasia Medis Pasien Menular Seksual ke Pasangan Djai Yen Liauw; Elsa Monica Adriani; Aivi Mujono; Christa Adelia; James Gunawan; Jeceline Sutarto; Jonathan Naaman C; Klemens Andreas Charistio; Maria Raphaella G; Myra Antonia; Mela Dina Marie B; Yorisye Septiana
Jurnal MedScientiae Vol. 2 No. 1 (2023): April
Publisher : Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Ukrida

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Sexually transmitted diseases could be transmitted through unprotected vaginal, anal, and oral sex. Infectious diseases can cause various symptoms and even cause death in humans. One of the duties of a doctor is to prevent the spread of a disease, but in this scenario the doctor has to reveal the patient's identity to others. Various opinions and stigmas that arise in Indonesian society have made it more difficult for sexually transmitted diseases patients to reveal their condition even to their closest family. This increases the dilemma faced by doctors. Based on various aspects ranging from human rights, the right-to life, bioethics by adhering to the prima facie principle, as well as the convention law, the medical secrets of infectious disease patients must be disclosed to the family for togetherness' sake.
Dilema Etik Dokter Membuka Rahasia Medis Pasien Menular Seksual ke Pasangan Djai Yen Liauw; Elsa Monica Adriani; Aivi Mujono; Christa Adelia; James Gunawan; Jeceline Sutarto; Jonathan Naaman C; Klemens Andreas Charistio; Maria Raphaella G; Myra Antonia; Mela Dina Marie B; Yorisye Septiana
Jurnal MedScientiae Vol. 2 No. 1 (2023): April
Publisher : Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Ukrida

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.36452/jmedscientiae.v2i1.2641

Abstract

Sexually transmitted diseases could be transmitted through unprotected vaginal, anal, and oral sex. Infectious diseases can cause various symptoms and even cause death in humans. One of the duties of a doctor is to prevent the spread of a disease, but in this scenario the doctor has to reveal the patient's identity to others. Various opinions and stigmas that arise in Indonesian society have made it more difficult for sexually transmitted diseases patients to reveal their condition even to their closest family. This increases the dilemma faced by doctors. Based on various aspects ranging from human rights, the right-to life, bioethics by adhering to the prima facie principle, as well as the convention law, the medical secrets of infectious disease patients must be disclosed to the family for togetherness' sake.
Efektifitas Fototerapi Pada Bayi Baru Lahir dengan Hiperbilirubinemia Berdasarkan Jenis Lampu dan Panjang Gelombang Fototerapi Calvin Augurius; Suryadi Susanto; Yorisye Septiana
Jurnal Kedokteran Meditek Vol 27 No 2 (2021): MEI - AGUSTUS
Publisher : Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Krida Wacana

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.36452/jkdoktmeditek.v27i2.1923

Abstract

Hiperbilirubinemia adalah peningkatan kadar bilirubin dalam darah, baik oleh faktor fisiologis maupun non fisiologis yang secara klinis menimbulkan gejala yang disebut ikterus (kuning). Fototerapi adalah salah satu manajemen untuk mencegah kerusakan otak akibat bilirubin pada neonatus. Bilirubin merupakan target fototerapi menyerap sinar secara maksimal pada spektrum biru (460-490 nm). Namun, literatur lain mengatakan spektrum panjang gelombang berbeda, yaitu pirus (497 nm) juga sama efektifnya dalam menurunkan kadar bilirubin. Tujuan penelitian adalah mengetahui jenis lampu dan rentang panjang gelombang fototerapi yang paling efektif terhadap neonatus hiperbilirubinemia. Eligibilitas penelitian berdasarkan Participant, Intervention, Comparison, and Outcomes (PICO) dan Boolean Operator. Database elektronik berasal dari Pubmed dan Google Scholar. Kriteria inklusi berupa neonatus hiperbilirubinemia, usia gestasi ≥34 minggu sampai 42 minggu atau berat lahir ≥2000g dan kriteria eksklusi berupa bayi hiperbilirubinemia dengan sebab inkompatibilitas ABO, kelainan kongenital, metabolik, dan hemolitik lainnya. Berdasarkan seleksi dan penilaian kualitas, didapatkan 9 artikel dapat dianalisa. Pada pembahasan didapatkan fototerapi lampu hijau panjang gelombang 500 nm memiliki efektifitas yang sama dengan fototerapi gelombang biru panjang gelombang 470 nm dalam penurunan bilirubin total serum, sehingga dapat digunakan sebagai alternatif. Fototerapi LED memiliki efektifitas yang sama dalam penurunan bilirubin total serum jika dibandingkan dengan fototerapi konvensional.
Perbandingan Hubungan Pola Asuh Orangtua dengan Perkembangan Sosial Emosi Anak Usia 4-5 Tahun Rini Lesmana; Yvonne Marthina; Yorisye Septiana
Jurnal Kedokteran Meditek Vol 27 No 1 (2021): JANUARI - APRIL
Publisher : Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Krida Wacana

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.36452/jkdoktmeditek.v27i1.1931

Abstract

Tumbuh kembang anak pada usia prasekolah terdiri dari 4 aspek yaitu aspek kognitif, bahasa, motorik, dan yang terpenting, sosial-emosi. Aspek sosial-emosi sangat dipengaruhi oleh pola asuh orangtua. Terdapat 3 tipe pola asuh orangtua yaitu tipe otoriter, demokrasi, dan permisif. Pola asuh dipengaruhi oleh beberapa faktor, yang paling penting adalah sosial ekonomi dan pendidikan. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui hubungan pola asuh orangtua dengan perkembangan sosial emosi anak serta mengetahui faktor-faktor yang memengaruhi pola asuh orangtua. Penelitian ini merupakan studi deskriptif analitik dengan pendekatan cross sectional. Pengumpulan data menggunakan teknik purposive stratified random sampling dengan sampel sebanyak 108. Sampel penelitian ini adalah orangtua murid dari 5 TK di Jakarta T.A. 2019/2020. Kuesioner yang digunakan adalah PSDQ (Parenting Style and Dimensions Questionnaires) untuk mengukur pola asuh orangtua dan ASQ:SE (Age and Stages Questionnaires: Social Emotional) untuk mengukur perkembangan sosial emosi anak. Hasil penelitian didapatkan adanya hubungan pola asuh orangtua dengan perkembangan sosial emosi anak (p= 0.004). Pola asuh yang baik akan menghasilkan perkembangan sosial emosi anak normal lebih banyak dan sebaliknya. Didapatkan juga adanya pengaruh status sosial ekonomi orangtua terhadap pola asuh orangtua (p= 0.002). Semakin rendah tingkat sosial ekonomi maka pola asuh cenderung otoriter dan sebaliknya.
Antibiotic Susceptibility Profile in Urinary Tract Infection Patients at Tarakan Regional Hospital Dharmawan, Ade; Wijaya, Pande I Gede Indra; Septiana, Yorisye; Pasaribu, Donna Mesina Rosadini; Tan, Henny Tannady; Simanjuntak, Lasma Susi F.
Muhammadiyah Medical Journal Vol 5, No 1 (2024): Muhammadiyah Medical Journal (MMJ)
Publisher : Faculty of Medicine and Health Universitas Muhammadiyah Jakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24853/mmj.5.1.28-35

Abstract

Background: Urinary tract infections (UTIs) are common in the community and hospital. In Indonesia, the incidence of UTI reaches 180,000 new cases per year. The most common pathogenic bacteria causing UTIs are dominated by Escherichia coli. Early empirical treatment of UTI cases can reduce morbidity. Knowing the pathogenic bacteria involved in urinary tract infections and their antimicrobial susceptibility patterns is necessary to provide appropriate empirical therapy. Purposes: Describe bacterial patterns and susceptibility profiles in urinary tract infection patients. Methods: A retrospective UTI dataset between 2019-2021whom admitted to Tarakan Regional General Hospital with a diagnosis of UTI. Resistance marker data for ESBL were obtained from the results of identification and resistance using the BD PhoenixTM Automated Microbiology System (Becton Dickinson, USA). The data was analyzed descriptively. Results: As many as 40 isolates were analyzed. Consist of E.coli (37.5%), Enterococcus faecium (20%) and Klebsiella pneumoniae (17.5%). The ESBL-producing E.coli bacteria rate reached 60%, while ESBL-producing K. pneumoniae reached 100%. Conclusion: E. coli was the most common pathogen, with the highest antibiotic sensitivity being imipenem, meropenem, and amikacin.