Claim Missing Document
Check
Articles

Found 14 Documents
Search

PEMANFAATAN FLY ASH UNTUK PENINGKATAN NILAI CBR TANAH DASAR Apriyanti, Yayuk; Hambali, Roby
SIPIL Vol 2, No 2 (2014)
Publisher : SIPIL

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (5.683 KB)

Abstract

Tanah dasar merupakan pondasi bagi perkerasan jalan, baik perkerasan yang terdapat padajalurlalulintas maupun bahu jalan.Sebagai pondasiperkerasan, harus mempunyai kekuatan ataudaya dukung terhadap beban kendaraan. Tanah dasar yang mempunyaikekuatanyang rendahakanmengakibatkan perkerasanmudahmengalami deformasidan retak.Berdasarkan klasifikasi tanahdari AASHTO dapat diketahui bahwa salah satu jenis tanah dasar yang dukungnya rendah adalahjenis tanah lempung. Sebagian tanah di daerah Pulau Bangka jenis tanahnya adalah tanahlempung. Salah satu parameter untuk mengetahui tanah dasar tersebut baik atau tidak dapatdilihat dari daya dukung tanah (kekuatan tanah) yaitu dengan pengujian CBR. Tanah dasar yangkurang baik daya dukung tanahnya memiliki nilai CBR yang rendah. Salah satu cara untukmemperbaikinya adalah dengan stabilisasi kimiawi menggunakan bahan fly ash yang didapat darihasil pembakaran batu bara oleh perusahaan smelter yang tersedia cukup banyak di PulauBangka.Untuk memanfaatkan fly ash ini, maka dilakukanlah penelitian mengenai pemanfaatan flyash yang digunakan sebagai bahan stabilisasi tanah, dalam hal ini untuk meningkatkan nilai CBRtanah dasar dengan menggunakan variasi fly ash 10%, 13% dan 16% dan umur pemeraman 1, 7,14 dan 28 hari. Hasil penelitian menunjukkan bahwa tanah lempung jenis A-7-6 mengalami peningkatan nilaiCBR seiring dengan penambahan prosentase fly ashserta lamaya umur pemeraman.. Peningkatannilai CBR maksimum terjadi pada Prosentase fly ash 16% umur 28 hari dengan nilai CBR sebesar15,1%. Prosentase peningkatan nilai CBR sebesar 202 % dari tanah A-7-6 tanpa campuran(tanah asli). Kata kunci : Tanah dasar, tanah lempung, fly ash
ANALISIS POTENSI LONGSOR PADA LERENG GALIAN PENAMBANGAN TIMAH (Studi Kasus Area Penambangan Timah Di Jelitik, Kabupaten Bangka) Prastyo, Riki Dwi; Hambali, Roby
SIPIL Vol 2, No 1 (2014)
Publisher : SIPIL

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (5.683 KB)

Abstract

Akibat kegiatan penambangan Timah terbentuklah sebuah lereng galian. Lereng denganstrukturtanah dan kemiringan tertentu menimbulkan potensi longsor yang membahayakankeselamatan pekerja tambang. Oleh karenanya dilakukan analisis potensi kelongsoranpada lereng galian penambangan Timah tersebut dengan melihat faktor keamanan (SF)lereng, serta menganalisis sejauh mana pergerakan tanah (deformasi) akibat penggalian.Analisis dilakukan dengan memodelkan lereng galian menggunakan program Plaxis 2D-Versi 8, berdasarkan data primer dan studi parametrik. Data yang diperlukan yaitu tinggilereng (H), stratigrafi, sudut kemiringan lereng (α), berat volume tanah (γ), koevisienpermeabilitas (k), modulus elastisitas tanah (E), angka poisson (v), kohesi tanah (c), sudutgeser tanah (ϕ) dan asumsi muka air tanah. Selain itu dilakukan juga simulasi perbaikanlereng dengan mengubah geometri asli lereng berdasarkan dua alternatif solusi perbaikanyaitu dengan memperkecil sudut kemiringan lereng dan membuat berm/trap pada lereng.Hasil analisis kelongsoran pada lereng galian penambangan Timah mendapatkan faktorkeamanan (SF) sebesar 1,18 sehingga lereng teridentifikasi pada kondisi keruntuhanpernah terjadi artinya lereng berpotensi longsor. Adapun deformasi yang terjadi sebesar31,01*10-3 meter, artinya akibat penggalian memungkinkan massa tanah bergarak sejauh31,01*10-3 meter sebelum terjadi keruntuhan sempurna. Dari dua alternatif analisisperbaikan yang direkondasikan, solusi terbaik didapatkan dengan membuat berm/trapsebanyak 6 berm dengan sudut kemiringan pada setiap berm sebesar 50ᵒ dan lebar antarberm sebesar 3 meter. SF yang disapatkan sebesar 2,56 mengalami peningkatan sebesar116,96 %, dengan deformasi sebesar 17,71*10-3 meter, mengalami pengecilan sebesar42,89 %. Karena penggalian tetap mengalami pergerakan massa tanah (deformasi), tetapiberdasarkan analisis faktor keamanan, lereng pada kondisi aman (tidak berpotensilongsor).Kata kunci : Lereng galian, potensi kelongsoran, solusi perbaikan lereng.
ANALISIS PENGARUH BACK WATER (AIR BALIK) TERHADAP BANJIR SUNGAI RANGKUI KOTA PANGKALPINANG Anandhita, Tia; Hambali, Roby
SIPIL Vol 3, No 2 (2015)
Publisher : SIPIL

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (5.683 KB)

Abstract

Beberapa permasalahan pokokyang menyebabkan terjadinya banjir di Sub DAS Rangkuisebagian besar disebabkan oleh penyempitan penampang sungai akibat sedimentasi, curahhujan yang cukup tinggi, serta pengaruh back water (air balik) yang terjadi pada saatpasang laut tinggi. Back water tersebut menyebabkan terbendungnya aliran dari hulu,sehingga elevasi muka air pada penampang sungai meningkat. Tujuan dari penelitian iniadalah menganalisis pengaruh back water (air balik) terhadap banjir Sungai RangkuiKota Pangkalpinang. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metodepenelusuran aliran melalui pemodelan aliran tak seragam (unsteasy flow) menggunakanperangkat lunak HEC-RAS.Beberapa data yang digunakan sebagai input ditetapkanberdasarkan analisis dan perhitungan. Boundary condition sebelah hulu digunakan debitrencana kala ulang 2, 5, 10 dan 25 tahun, sedangkan boundary condition sebelah hiliradalah tinggi muka air pasang tertinggi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa besarnyadebit rencana pada periode ulang 2 tahun (Q2)=46.08 m³/d, periode 5 tahun (Q5)=57.68m³/d, periode 10 tahun (Q10)=64.88 m³/d dan periode 25 tahun (Q25)=72.79 m³/d. Tinggimuka air tertinggi dengan kenaikan muka air banjir (luapan) berkisar antara 0.15-1.4 muntuk kondisi tanpa pasang surut dan 0.60-1.90 m untuk kondisi dengan pengaruh pasangsurut. Semakin tingginya pasang surut yang terjadi, maka backwater sangat berpengaruhterhadap kenaikan elevasi di muka air hulu maupun hilir yang menyebabkan kenaikanelevasi muka air pada periode waktu tertentu, hingga melebihi elevasi tanggul yang adasaat ini.Kata kunci : banjir, penelusuran aliran, back water
ANALISIS NILAI KORELASI DEBIT LIMPASAN LANGSUNG METODE INFIL TERHADAP DEBIT LIMPASAN LANGSUNG TERUKUR Hambali, Roby
SIPIL Vol 1, No 1 (2013)
Publisher : SIPIL

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Aliran di sungai dalam bentuk hidrograf dapat disederhanakan menjadi dua komponen, yaitu aliran dasar dan aliran permukaan (limpasan langsung). Debit limpasan langsung (direct runoff) merupakan akumulasi dari bagian hujan yang jatuh ke permukaan tanah dan tidak terinfiltrasi (hujan efektif) dalam satu cakupan luas DAS persatuan waktu. Analisis debit limpasan langsung sangat penting untuk perhitungan debit (hidrograf) banjir suatu sungai. Oleh karena limpasan langsung terjadi akibat hujan efektif, maka pemilihan metode yang tepat dalam perhitungan hujan efektif menjadi sangat penting. Salah satu metode yang pernah digunakan adalah metode SCS CN. Cara ini dianggap kurang baik karena nilai CN bervariasi terhadap kelembaban tanah serta peningkatan laju curah hujan menyebabkan kenaikan laju infiltrasi secara linier, padahal secara prinsip tidak terdapat hubungan yang linier antara hujan dan infiltrasi. Salah satu metode yang dianggap baik adalah metode INFIL yang menggunakan hubungan antara nilai CN dan parameter infiltrasi. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengevaluasi hidrograf limpasan langsung hasil hitungan berdasarkan hujan efektif metode INFIL terhadap hidrograf limpasan langsung terukur pada DAS Bedog. Analisis statistik (nilai korelasi) digunakan untuk mengevaluasi metode yang digunakan. Berdasarkan hasil analisis terhadap 12 data banjir terpilih, hidrograf limpasan langsung hasil hitungan berdasarkan hujan efektif metode INFIL menunjukkan korelasi yang tinggi terhadap hidrograf limpasan langsung terukur, yaitu rata-rata sebesar 0,91. Kata Kunci: Hujan efektif, limpasan langsung, nilai korelasi
Kajian Ketersediaan Air Das Kabal Untuk Pengairan Sawah Desa Sebagin, Kabupaten Bangka Selatan Roby Hambali
Jurnal Teknik Sipil Vol 2, No 2 (2011): Oktober
Publisher : Universitas Bandar Lampung

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (549.394 KB) | DOI: 10.36448/jts.v2i2.265

Abstract

Pemerintah melalui Direktorat Jenderal Pengelolaan Lahan dan Air Kementerian Pertanian Republik Indonesia memberikan perhatian serius dengan melakukan ekstensifikasi lahan untuk budidaya pertanian di seluruh wilayah Indonesia. Upaya untuk memperluas baku lahan pertanian masih terhambat antara lain oleh keterbatasan lahan dan ketersediaan air. Penelitian ini akan membahas tentang ketersediaan air untuk lahan sawah Desa Sebagin Kecamatan Simpangrimba, Kabupaten Bangka Selatan melalui simulasi aliran menerus (continuous flow) DAS Kabal menggunakan model Mock. Data yang digunakan berupa data klimatologi rerata bulanan hasil pengukuran di stasiun klimatologi Pangkalpinang tahun 2000-2010 dan data hujan bulanan tahun 1998-2010 dari stasiun yang sama. Hasil penelitian menunjukkan besar debit andalan DAS Kabal untuk keperluan pertanian (Q,80)Desa Sebagin berkisar antara 0,698 m3/det hingga 1,373 m3/det. Nilai terkecil terjadi pads bulan Oktober dan nilai terbesar pads bulan Maret. Rasio runoff-rainfall rata-rata DAS Kabal sebesar 0,37 dengan nilai maksimum sebesar 0,48 terjadi pads tahun 2002 dan nilai minimum sebesar 0,2 terjadi pada tahun 1998.
Correcting Radar Rainfall Estimates Based on Ground Elevation Function Roby Hambali; Djoko Legono; Rachmad Jayadi
Journal of the Civil Engineering Forum Vol. 5 No. 3 (September 2019)
Publisher : Department of Civil and Environmental Engineering, Faculty of Engineering, UGM

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (1035.983 KB) | DOI: 10.22146/jcef.49395

Abstract

X-band radar gives several advantages for quantitative rainfall estimation, involving higher spatial and temporal resolution, also the ability to reduce attenuation effects and hardware calibration errors. However, the estimates error due to attenuation in heavy rainfall condition cannot be avoided. In the mountainous region, the impact of topography is considered to contribute to radar rainfall estimates error. To have more reliable estimated radar rainfall to be used in various applications, a rainfall estimates correction needs to be applied. This paper discusses evaluation and correction techniques for radar rainfall estimates based on ground elevation function. The G/R ratio is used as a primary method in the correction process. The novel approach proposed in this study is the use of correction factor derived from the relationship between Log (G/R) parameter and elevation difference between radar and rain gauge stations. A total of 4590 pairs of rainfall data from X-band MP radar and 15 rain gauge stations in the Mt. Merapi region were used in evaluation and correction process. The results show the correction method based on the elevation function is relatively good in correcting radar rainfall depth with values of Log (G/R) decreased up to 81.1%, particularly for light rainfall (≤ 20 mm/hour) condition. Also, the method is simple to apply in a real-time system.
ANALISIS NILAI KORELASI DEBIT LIMPASAN LANGSUNG METODE INFIL TERHADAP DEBIT LIMPASAN LANGSUNG TERUKUR Roby Hambali
FROPIL (Forum Profesional Teknik Sipil) Vol 1 No 1 (2013): FROPIL (Forum Profesional Teknik Sipil)
Publisher : Jurusan Teknik Sipil Universitas Bangka Belitung

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (493.839 KB) | DOI: 10.33019/fropil.v1i1.256

Abstract

Aliran di sungai dalam bentuk hidrograf dapat disederhanakan menjadi dua komponen, yaitu aliran dasar dan aliran permukaan (limpasan langsung). Debit limpasan langsung (direct runoff) merupakan akumulasi dari bagian hujan yang jatuh ke permukaan tanah dan tidak terinfiltrasi (hujan efektif) dalam satu cakupan luas DAS persatuan waktu. Analisis debit limpasan langsung sangat penting untuk perhitungan debit (hidrograf) banjir suatu sungai. Oleh karena limpasan langsung terjadi akibat hujan efektif, maka pemilihan metode yang tepat dalam perhitungan hujan efektif menjadi sangat penting. Salah satu metode yang pernah digunakan adalah metode SCS CN. Cara ini dianggap kurang baik karena nilai CN bervariasi terhadap kelembaban tanah serta peningkatan laju curah hujan menyebabkan kenaikan laju infiltrasi secara linier, padahal secara prinsip tidak terdapat hubungan yang linier antara hujan dan infiltrasi. Salah satu metode yang dianggap baik adalah metode INFIL yang menggunakan hubungan antara nilai CN dan parameter infiltrasi. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengevaluasi hidrograf limpasan langsung hasil hitungan berdasarkan hujan efektif metode INFIL terhadap hidrograf limpasan langsung terukur pada DAS Bedog. Analisis statistik (nilai korelasi) digunakan untuk mengevaluasi metode yang digunakan. Berdasarkan hasil analisis terhadap 12 data banjir terpilih, hidrograf limpasan langsung hasil hitungan berdasarkan hujan efektif metode INFIL menunjukkan korelasi yang tinggi terhadap hidrograf limpasan langsung terukur, yaitu rata-rata sebesar 0,91
KAJIAN IMBANGAN AIR PULAU BANGKA Fadillah Sabri; Roby Hambali
FROPIL (Forum Profesional Teknik Sipil) Vol 1 No 2 (2013): FROPIL (Forum Profesional Teknik Sipil)
Publisher : Jurusan Teknik Sipil Universitas Bangka Belitung

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (882.861 KB) | DOI: 10.33019/fropil.v1i2.259

Abstract

Persoalan dalam pengelolaan sumberdaya air tidak akan terlepas dalam tiga persoalan utama, yaitu air berlebih ketika musim hujan, air berkurang di musim kemarau, dan kualitas sumber air yang semakin menurun dari waktu ke waktu. Bertambahnya jumlah penduduk suatu wilayah akan semakin menambah kebutuhan air secara global, namun besarnya kebutuhan tersebut tidak serta merta dapat terpenuhi. Imbangan air merupakan nisbah antara kebutuhan air dengan air tersedia. Kebutuhan air meliputi kebutuhan air irigasi dan kebutuhan air non-irigasi. Dengan meningkatnya pembangunan di Pulau Bangka, terutama pembangunan sarana dan prasarana umum, perdagangan dan industri, pertanian dan perkebunan akan menambah kebutuhan akan air baku. Status imbangan air di Pulau Bangka mutlak untuk diketahui agar pengeloaan sumberdaya air dapat terarah. Penelitian ini bertujuan untuk mendapatkan angka besaran kebutuhan air dan ketersedian air di Pulau Bangka serta menentukan status imbangan air di Pulau Bangka dengan menggunakan metode analisis kuantitatif nisbah antara kebutuhan air (KA) dan ketersediaan air (AT). Hasil penelitian menunjukkan bahwa Kebutuhan air di Pulau Bangka adalah sebesar 711,75 m3/kapita/tahun. Air tersedia di Pulau Bangka tahun 2013 hingga tahun 2023 menunjukkan nilai surplus pada musim hujan (Nopember-April) dan terjadi defisit ketersediaan air pada musim kemarau (Mei-Oktober). Kondisi imbangan air di seluruh wilayah di Pulau Bangka tergolong baik hingga tahun 2023, kecuali Pangkalpinang. Kondisi imbangan air di Kota Pangkalpinang tergolong buruk dengan nilai 388,13% pada tahun 2013, 454% pada tahun 2018 dan 531,04% pada tahun 2023
ANALISIS POTENSI LONGSOR PADA LERENG GALIAN PENAMBANGAN TIMAH Riki Dwi Prastyo; Roby Hambali
FROPIL (Forum Profesional Teknik Sipil) Vol 2 No 1 (2014): FROPIL (Forum Profesional Teknik Sipil)
Publisher : Jurusan Teknik Sipil Universitas Bangka Belitung

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (611.219 KB) | DOI: 10.33019/fropil.v2i1.270

Abstract

Akibat kegiatan penambangan Timah terbentuklah sebuah lereng galian. Lereng dengan strukturtanah dan kemiringan tertentu menimbulkan potensi longsor yang membahayakan keselamatan pekerja tambang. Oleh karenanya dilakukan analisis potensi kelongsoran pada lereng galian penambangan Timah tersebut dengan melihat faktor keamanan (SF) lereng, serta menganalisis sejauh mana pergerakan tanah (deformasi) akibat penggalian. Analisis dilakukan dengan memodelkan lereng galian menggunakan program Plaxis 2D-Versi 8, berdasarkan data primer dan studi parametrik. Data yang diperlukan yaitu tinggi lereng (H), stratigrafi, sudut kemiringan lereng (α), berat volume tanah (γ), koevisien permeabilitas (k), modulus elastisitas tanah (E), angka poisson (v), kohesi tanah (c), sudut geser tanah (ϕ) dan asumsi muka air tanah. Selain itu dilakukan juga simulasi perbaikan lereng dengan mengubah geometri asli lereng berdasarkan dua alternatif solusi perbaikan yaitu dengan memperkecil sudut kemiringan lereng dan membuat berm/trap pada lereng. Hasil analisis kelongsoran pada lereng galian penambangan Timah mendapatkan faktor keamanan (SF) sebesar 1,18 sehingga lereng teridentifikasi pada kondisi keruntuhan pernah terjadi artinya lereng berpotensi longsor. Adapun deformasi yang terjadi sebesar meter, artinya akibat penggalian memungkinkan massa tanah bergarak sejauh meter sebelum terjadi keruntuhan sempurna. Dari dua alternatif analisis perbaikan yang direkondasikan, solusi terbaik didapatkan dengan membuat berm/trap sebanyak 6 berm dengan sudut kemiringan pada setiap berm sebesar 50ᵒ dan lebar antar berm sebesar 3 meter. SF yang disapatkan sebesar 2,56 mengalami peningkatan sebesar 116,96 %, dengan deformasi sebesar meter, mengalami pengecilan sebesar 42,89 %. Karena penggalian tetap mengalami pergerakan massa tanah (deformasi), tetapi berdasarkan analisis faktor keamanan, lereng pada kondisi aman (tidak berpotensi longsor).
PEMANFAATAN FLY ASH UNTUK PENINGKATAN NILAI CBR TANAH DASAR Yayuk Apriyanti; Roby Hambali
FROPIL (Forum Profesional Teknik Sipil) Vol 2 No 2 (2014): FROPIL (Forum Profesional Teknik Sipil)
Publisher : Jurusan Teknik Sipil Universitas Bangka Belitung

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (697.354 KB) | DOI: 10.33019/fropil.v2i2.278

Abstract

Tanah dasar merupakan pondasi bagi perkerasan jalan, baik perkerasan yang terdapat pada jalurlalu-lintas maupun bahu jalan.Sebagai pondasiperkerasan, harus mempunyai kekuatan atau daya dukung terhadap beban kendaraan. Tanah dasar yang mempunyaikekuatanyang rendahakan mengakibatkan perkerasanmudahmengalami deformasidan retak.Berdasarkan klasifikasi tanah dari AASHTO dapat diketahui bahwa salah satu jenis tanah dasar yang dukungnya rendah adalah jenis tanah lempung. Sebagian tanah di daerah Pulau Bangka jenis tanahnya adalah tanah lempung. Salah satu parameter untuk mengetahui tanah dasar tersebut baik atau tidak dapat dilihat dari daya dukung tanah (kekuatan tanah) yaitu dengan pengujian CBR. Tanah dasar yang kurang baik daya dukung tanahnya memiliki nilai CBR yang rendah. Salah satu cara untuk memperbaikinya adalah dengan stabilisasi kimiawi menggunakan bahan fly ash yang didapat dari hasil pembakaran batu bara oleh perusahaan smelter yang tersedia cukup banyak di Pulau Bangka.Untuk memanfaatkan fly ash ini, maka dilakukanlah penelitian mengenai pemanfaatan fly ash yang digunakan sebagai bahan stabilisasi tanah, dalam hal ini untuk meningkatkan nilai CBR tanah dasar dengan menggunakan variasi fly ash 10%, 13% dan 16% dan umur pemeraman 1, 7, 14 dan 28 hari. Hasil penelitian menunjukkan bahwa tanah lempung jenis A-7-6 mengalami peningkatan nilai CBR seiring dengan penambahan prosentase fly ashserta lamaya umur pemeraman.. Peningkatan nilai CBR maksimum terjadi pada Prosentase fly ash 16% umur 28 hari dengan nilai CBR sebesar 15,1%. Prosentase peningkatan nilai CBR sebesar 202 % dari tanah A-7-6 tanpa campuran (tanah asli).