Surya Rahman
Institut Seni Budaya Indonesia Aceh

Published : 8 Documents Claim Missing Document
Claim Missing Document
Check
Articles

Found 8 Documents
Search

PEMANFAATAN BATOK KELAPA SEBAGAI MEDIA PEMBUATAN BIO-INSTRUMEN MUSIK Surya Rahman; Rico Gusmanto
Besaung : Jurnal Seni Desain dan Budaya Vol 5, No 2
Publisher : UNIVERSITAS INDO GLOBAL MANDIRI

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.36982/jsdb.v5i2.1855

Abstract

Bio-musical instruments can be defined as musical instruments made from plant wastes in the surrounding environment. One of the plant waste that is easily found in the community is coconut shell. Coconut shells are often overlooked for their use as a creative medium, especially in the field of music. Musical instruments are the main media for creativity in the art of music. The rise of musical instruments or musical instruments with high prices has become one of the inhibiting factors for young people to be creative in the field of music. Seeing this phenomenon, it is deemed necessary to develop people's creativity in making their own musical instruments at economical prices but still able to compete with manufactured musical instruments. In making this bio-instrument, the method used consists of problem identification, preparation, application, and evaluation. Through this method, the results obtained in the use of coconut shell waste into creative media are the Kalimba instrument played by plucking the iron keys as the source of the tone, while the coconut shell is used as the main medium for the sound resonance of the Kalimba instrument. Kalimba is classified into a type of lamellophone instrument, which is a musical instrument that has a tongue or a thin plate. In addition to the easy-to-use manufacturing process, the tools and materials in making these instruments are also easy to find and can even take advantage of used materials. The results of making bio-musical instruments are expected to become a reference and reference for academics and non-academics, regarding how to make musical bio-instruments using coconut shell waste. Keywords : Bio-Music Intrument, Coconut Shells, Kalimba
Identifikasi Interval Melodi Lagu Aneuk Yatim Ciptaan Rafly Kande Surya Rahman; Rico Gusmanto
MUSICA : Journal of Music Vol 1, No 1 (2021): MUSICA: JOURNAL OF MUSIC
Publisher : Institut Seni Indonesia Padangpanjang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (1375.127 KB) | DOI: 10.26887/musica.v1i1.1717

Abstract

Aneuk Yatim is a Aceh Pop song created by Rafly who is a member of the Kande Group. This group creates songs using lyrics, characters, and Aceh music instruments. The vocals of this song consist of three parts, where each part has antecedents and consequent sentences or what is known as question sentences and answer sentences. Each sentence of the song has a measurable interval. In western music theory, the intervals are in the order of Prime, Second, Terts, Quart/Kwart, Quint/Kwint, Sekt, Septim, None, Decim, Undecim, Dodecim, and Tredecim. Then, this study identifies the use of intervals using western music theory in studying and analyzing each part of the Aneuk Yatim song by Rafly Kande. This study uses a qualitative method with stages in the form of data reduction, data presentation, and looking of conclusions. Data analysis was carried out with an interactive model as a way to looking the conclusions and verify all things contained in the reduction and presentation of the data when data collection ended. The purpose of this study is to identify more deeply the tune intervals in the melody in each part of music. The result of this research is to know the shape of the interval of each melodic journey of the Aneuk Yatim song.Keywords: Aneuk Yatim; Interval; Melody; Rafly KandeABSTRAKLagu Aneuk Yatim adalah lagu Pop Aceh ciptaan Rafly yang tergabung dalam Grup Kande. Grup ini menciptakan karya lagu menggunakan lirik, karakter, dan penggunaan instrumen musik Aceh. Vokal lagu ini terdiri dari tiga bagian, dimana setiap bagian memiliki kalimat antecedents dan consequents atau yang dikenal dengan kalimat tanya dan kalimat jawab. Setiap kalimat lagu memiliki interval atau jarak nada yang dapat diukur. Dalam teori musik barat, interval tersebut memiliki urutan antara lain Prime, Second, Terts, Quart/Kwart, Quint/Kwint, Sekt, Septim, None, Decim, Undecim, Dodecim, dan Tredecim. Dengan demikian, penelitian ini mengidentifikasi penggunaan interval dengan menggunakan teori musik barat dalam mengkaji dan menganalisis setiap bagian pada lagu Aneuk Yatim karya Rafly Kande. Penelitian ini menggunakan metode kualitatif dengan tahapan berupa reduksi data, penyajian data, dan penarikan kesimpulan. Analisa data dilakukan dengan model interaktif sebagai cara untuk menarik kesimpulan dan verifikasi atas semua hal yang terdapat dalam reduksi dan sajian datanya ketika pengumpulan data berakhir. Tujuan dari penelitian ini adalah mengidentifikasi lebih dalam mengenai interval nada pada melodi dalam sebuah karya musik. Hasil dari penelitian ini adalah mengetahui bentuk jarak nada dari setiap perjalanan melodi dari lagu Aneuk Yatim.Kata Kunci: Aneuk Yatim; Interval Nada; Melodi Lagu; Rafly Kande
Konsep Dialog Bunyi pada Karya Musik Cang Panah Rico Gusmanto; Surya Rahman
DESKOVI : Art and Design Journal Vol 5, No 2 (2022): DESEMBER 2022
Publisher : Universitas Maarif Hasyim Latif

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.51804/deskovi.v5i2.1793

Abstract

“Cang Panah” merupakan sebuah komposisi musik dari hasil reinterpretasi keude kupi sebagai axis mundi masyarakat Aceh dalam bentuk dialog bunyi. Banyaknya aktivitas sosial yang dilakukan masyarakat di keude kupi menjadi fenomena menarik yang diusung dalam karya musik ini. Aktivitas ini dilandasi oleh kebiasaan masyarakat Aceh yang saban hari menghabiskan waktu di keude kupi. Beragam aktivitas ini muncul disebabkan oleh terjadinya interaksi sosial antar masyarakat. Interaksi sosial yang terjadi di keude kupi dapat dibedakan menjadi tiga jenis, yaitu interaksi antara individu dengan individu, interaksi individu dengan kelompok, dan interaksi kelompok dengan kelompok. Karya ini disajikan dalam tiga bagian karya, yang mana setiap bagian merupakan representasi dari setiap jenis interaksi sosial. Tujuan dari penelitian ini adalah untu mengetahui bentuk dialog bunyi yang digunakan dalam mengaktualisasikan gagasan pada karya seni musik “Cang Panah”. Metode yang digunakan untuk mencapai tujuan tersebut adalah deskriptif kualitatif dengan pendekatan analisis musik. Hasil penelitian yang ditemukan adalah dialog bunyi diinterpretasikan dalam bentuk permainan reponsorial melalui teknik call and respons.
KARYA MUSIK CANG PANAH: REPRESENTATIF KEUDE KUPI SEBAGAI AXIS MUNDI BAGI MASYARAKAT ACEH Surya Rahman; Rico Gusmanto
Gorga : Jurnal Seni Rupa Vol 11, No 2 (2022): Gorga : Jurnal Seni Rupa
Publisher : Fakultas Bahasa dan Seni Universitas Negeri Medan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24114/gr.v11i2.36366

Abstract

Cang Panah is a musical composition inspired by the phenomenon of Acehnese people's activities in Keude Kupi. The people of Aceh always come to Keude Kupi every day to carry out various activities. This activity is formed from social interactions carried out by the community. There are three forms of social interaction found in Keude Kupi, namely interactions between individuals, individuals with groups, and interactions between groups. these three forms of social interaction are social values created by the activities of the Acehnese people. This makes keude kupi an axis mundi for the people of Aceh in terms of social interaction. This plant is actualized in the form of musical works using the principle of sound dialogue. The purpose of the creation of this art is to actualize the social values contained in the keude kupi through musical works in the form of sound dialogue. The method used in making this art is a combination of the creation process by Pande Made Sukerta and Rahayu Supanggah which is elaborated in four stages, namely searching for musical moments, formulating work ideas, determining work, and expressing ideas for interpretation of art. The result of this research is a music which is divided into three parts. Each part of the work is a representation of the form of community social interaction. Keywords: Aceh, Axis Mundi, Keude Kupi. AbstrakCang Panah merupakan sebuah karya komposisi musik yang terinspirasi dari fenomena aktivitas masyarakat Aceh di keude kupi. Masyarakat Aceh selalu mendatangi keude kupi saban hari untuk melakukan berbagai aktivitas. Aktivitas ini terbentuk dari interaksi sosial yang dilakukan masyarakat. Terdapat tiga bentuk interaksi sosial yang ditemukan pada keude kupi, yaitu interaksi antar individu, individu dengan kelompok, serta interaksi antar kelompok. Tiga bentuk interaksi sosial ini merupakan nilai-nilai sosial yang tercipta dari aktivitas masyarakat Aceh. Hal ini menjadikan keude kupi sebagai axis mundi bagi masyarakat Aceh ditinjau dari interaksi sosial. Gagasan ini diaktualisasikan dalam bentuk karya musik menggunakan prinsip dialog bunyi. Tujuan dari penciptaan seni ini adalah mengaktualisasikan nilai-nilai sosial yang terdapat pada keude kupi melalui karya musik dalam bentuk dialog bunyi. Metode yang digunakan pada penciptaan seni ini adalah kombinasi proses penciptaan oleh Pande Made Sukerta dan Rahayu Supanggah yang dielaborasi dalam empat tahapan yaitu pencarian momen musikal, perumusan ide garapan, penentuan garapan, dan menuangkan ide interpretasi garapan. Hasil yang dicapai dari penelitian karya seni ini adalah sebuah musik yang terbagi menjadi tiga bagian karya. Setiap bagian karya merupakan representatif dari bentuk interaksi sosial masyarakat.  Kata Kunci: Aceh, Axis Mundi, Keude Kupi.Authors:Surya Rahman : Institut Seni Budaya Indonesia Aceh Rico Gusmanto : Institut Seni Budaya Indonesia Aceh References:Cresswell, J. W. (2010). Research Design. Pendekatan Kualitatif, Kuantitatif, dan Mixed. Yogyakarta: Pustaka Belajar.Gusmanto, R., Cufara, D. P., & Ihsan, R. (2021). Kekitaan: Komposisi Musik Yang Mengungkap Identitas Budaya Kabupaten Pasaman Barat. Ekspresi Seni: Jurnal Ilmu Pengetahuan Dan Karya Seni, 23(1), 18–34.Herdianto, F., Yusnelli, & Antara, F. (2021). Komposisi Musik Badondong Baibo dalam Musik Instrmental. GORGA: Jurnal Seni Rupa, 10(1), 115–124.Kemdikbudristek. (2016a). Bunyi. Retrieved June 17, 2022, from KBBI Daring website: https://kbbi.kemdikbud.go.id/entri/bunyiKemdikbudristek. (2016b). Dialog. Retrieved June 17, 2022, from KBBI Daring website: https://kbbi.kemdikbud.go.id/entri/dialogKhairani, C. (2015). Pendorong Interaksi Sosial Masyarakat Aceh Dalam Warung Kopi. Lentera: Jurnal Ilmiah Sains Dan Teknologi, 14(10), 50–57.Manalu, N. A., & Febryanti Sukman, F. (2020). Tari Seudati Inong Sebagai Wujud Representasi Kesetaraan Gender Dikabupaten Aceh Besar. GORGA: Jurnal Seni Rupa, 9(2), 367–376.Mursyidin. (2018). Pergeseran Pola Interaksi Warung Kopi pada Masyarakat Aceh Barat. Community: Pengawas Dinamika Sosial, 4(2), 201–210.Pebriana, P. H. (2017). Analisis Penggunaan Gadget terhadap Kemampuan Interaksi Sosial pada Anak Usia Dini. Jurnal Obsesi: Jurnal Pendidikan Anak Usia Dini, 1(1), 1–11.Rahman, S., Sidharta, O., & Sastra, A. I. (2017). Sorak Rang Balai: Dendang Sebagai Representasi dan Identitas Metode Promosi dalam Budaya Dagang Masyarakat Minangkabau. Bercadik: Jurnal Pengkajian Dan Penciptaan Seni, 4(2), 206–212.Saldana, J. (2011). Understanding Qualitative Research. Fundamental of Qualitative Research. New York: Oxford University Press.Setiawan, H. (2011). Landasan Konseptual Perencanaan dan Perancangan Pusat Pendidikan Musik di Yogyakarta. Universitas Islam Jaya Yogyakarta.Soekanto, S. (2010). Sosiologi Suatu Pengantar. Jakarta: Rajawali Press.Suhendra, H., Martarosa, & Haris, A. S. (2018). Basosoh: Komposisi Musik Aleatoric dalam Format Orkestra Fluxus. Gorga: Jurnal Seni Rupa, 7(2), 156–163.Taqwadin, D. A., Sulaiman, A. N., Akmal, S., & Fauzan, I. (2019). Potensi Budaya Minum Kopi (Ngopi) dalam Membangun Kembali Koeksistensi Masyarakat Aceh Paska Konflik. Jurnal Ilmiah Islam Futura, 19(1), 86–102.
Reinterpretasi Keude Kupi Sebagai Axis Mundi Masyarakat Aceh dalam Bentuk Dialog Bunyi Rico Gusmanto; Surya Rahman
Grenek: Jurnal Seni Musik Vol 11, No 2 (2022): Grenek: Jurnal Seni Musik
Publisher : Universitas Negeri Medan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24114/grenek.v11i2.38802

Abstract

Kehidupan masyarakat Aceh tidak bisa dipisahkan dengan keude kupi (warung kopi). Banyak aktivitas masyarakat yang dilakukan di keude kupi, sehingga menimbulkan stigma negatif terhadap tempat ini. Stigma negatif tersebut ditinjau dari banyaknya aktivitas membuang-buang waktu, seperti duduk berlama-lama saban hari di keude kupi, padahal dibalik stigma tersebut terdapat nilai sosial yang terjadi. Nilai sosial ini dibentuk dengan adanya interaksi sosial antara individu dengan individu, individu dengan kelompok, dan kelompok dengan kelompok. Dengan terjadinya interaksi sosial ini, komunikasi yang terbentuk dapat menghasilkan berbagai macam informasi, sehingga banyak masyarakat yang menjadikan keude kupi sebagai axis mundi. Gagasan ini diaktualisasikan melalui karya seni musik dengan menginterpretasikan kembali interaksi sosial tersebut ke dalam bentuk penggarapan dialog bunyi. Tujuan dari penelitian karya seni ini adalah untuk mengaktualisasikan interaksi sosial di keude kupi sebagai axis mundi masyaraat Aceh melalui dialog bunyi menggunakan pendekatan reinterpretasi. Untuk merealisasikan tujuan tersebut, penelitian ini menggunakan metode penciptaan dengan menggabungkan proses penciptaan musik dari Pande Made Sukerta (Menyusun Gagasan Isi, Menyusun Ide Garapan, Menentukan Garapan) dan teori garap dari Rahayu Supanggah (Materi Garap, Pengarap, Sarana Garap, Prabot, Penentu Garap, dan Pertimbangan Garap).
Konsep Dialog Bunyi pada Karya Musik Cang Panah Rico Gusmanto; Surya Rahman
DESKOVI : Art and Design Journal Vol. 5 No. 2 (2022): DESEMBER 2022
Publisher : Universitas Maarif Hasyim Latif

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.51804/deskovi.v5i2.1793

Abstract

“Cang Panah” merupakan sebuah komposisi musik dari hasil reinterpretasi keude kupi sebagai axis mundi masyarakat Aceh dalam bentuk dialog bunyi. Banyaknya aktivitas sosial yang dilakukan masyarakat di keude kupi menjadi fenomena menarik yang diusung dalam karya musik ini. Aktivitas ini dilandasi oleh kebiasaan masyarakat Aceh yang saban hari menghabiskan waktu di keude kupi. Beragam aktivitas ini muncul disebabkan oleh terjadinya interaksi sosial antar masyarakat. Interaksi sosial yang terjadi di keude kupi dapat dibedakan menjadi tiga jenis, yaitu interaksi antara individu dengan individu, interaksi individu dengan kelompok, dan interaksi kelompok dengan kelompok. Karya ini disajikan dalam tiga bagian karya, yang mana setiap bagian merupakan representasi dari setiap jenis interaksi sosial. Tujuan dari penelitian ini adalah untu mengetahui bentuk dialog bunyi yang digunakan dalam mengaktualisasikan gagasan pada karya seni musik “Cang Panah”. Metode yang digunakan untuk mencapai tujuan tersebut adalah deskriptif kualitatif dengan pendekatan analisis musik. Hasil penelitian yang ditemukan adalah dialog bunyi diinterpretasikan dalam bentuk permainan reponsorial melalui teknik call and respons.
Musical Phenomenon in the Traditional Art of Alee Tunjang in Aceh Surya Rahman; Berlian Denada; Abdul Rozak
Grenek: Jurnal Seni Musik Vol 12, No 2 (2023): Grenek: Jurnal Seni Musik
Publisher : Universitas Negeri Medan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24114/grenek.v12i2.49597

Abstract

Alee Tunjang is an art form originating from North Aceh Regency that consists of melodic and rhythmic music elements. The form of this art instrument is in the form of vocals that chant verses, and mortar beaten by alu/alee in the form of percussion rhythms with six sound colors. These two types of musical instruments form a distinctive musical fabric in the presentation of the performance, where melodic and rhythmic instruments are played not only as the main melody and melodic musical accompaniment, but the two elements become inseparable, as evidenced by the musical fills of Alee Tunjang that alternate and complement each other. The purpose of this research is to analyze the musical phenomena found in the art of Alee Tunjang. The method in this research uses a qualitative approach, with data collection techniques: literature review, observation, interview, and documentation. Alee Tunjang's music is divided into three sections, namely: Saleum, Kisah, and Lani, which consists of one vocal player and five lesung players, each with a constant rhythm and repetition. The tempo and rhythm are similar in all parts of the Alee Tunjang song/chapter. The difference in rhythm and cadence is found in the lesung 4th instrument which plays the tung sound color by playing a pattern on a different weak beat in each part of the song/chapter of Alee Tunjang.
ORGANOLOGI INSTRUMEN MUSIK ALEE TUNJANG Berlian Denada; Abdul Rozak; Surya Rahman
DESKOVI : Art and Design Journal Vol. 7 No. 1 (2024): JUNI 2024
Publisher : Universitas Maarif Hasyim Latif

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.51804/deskovi.v7i1.16538

Abstract

Alee Tunjang sebagai salah satu kesenian tradisi masyarakat Aceh yang mengandung unsur musik di dalamnya. Seiring berkembangnya zaman, keberadaan Alee Tunjang saat ini sangat jarang ditemukan. Pertunjukan kesenian ini hanya ditemukan pada beberapa wilayah di Kabupaten Aceh Utara. Alee Tunjang dimainkan dengan teknik memukulkan Alu ke dalam lesung, sehingga memunculkan warna suara yang khas. Alee Tunjang biasanya ditampilkan secara berkelompok dengan seorang syeh yang berperan sebagai vokal yang menyanyikan syair dengan menggunakan Bahasa Aceh. Dalam proses pelestarian Alee Tunjang perlu adanya dukungan dari pemerintah dan masyarakat sekitar. Selain pengenalan pada cara bermain, perlu adanya upaya memproduksi instrumen musik kesenian Alee Tunjang. Dalam proses produksi, Alee Tunjang tidak lepas dari pengetahuan terkait deskripsi alat musik yang dipakai yang disebut sebagai organologi musik. Oleh sebab itu penulis membuat artikel ini guna menjelaskan struktur organologi musik dari Alee Tunjang agar mempermudah seniman dan masyarakat dalam upaya pengenalan terhadap instrumen musik tersebut. Penelitian ini dilakukan dengan metode deskriptif dengan pendekatan kualitatif. Pendekatan dalam penelitian ini yaitu pendekatan kualitatif. Pendekatan ini dipilih berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh peneliti dilakukan dengan cara berinteraksi langsung dengan pelaku kesenian dalam proses pengumpulan data terhadap objek. Hasil penelitian ini terkait dengan deskripsi instrumen musik yang dipakai pada kesenian Alee Tunjang serta teknik permainan pada kesenian Alee Tunjang dalam menghasilkan bunyi. Alee Tunjang is one of the traditional arts of the Acehnese people that contains musical elements in it. Along with the development of the times, the existence of Alee Tunjang is currently very rare. This art performance is only found in several areas in North Aceh Regency. Alee Tunjang is played by beating the pestle into the mortar, giving rise to a distinctive sound color. Alee Tunjang is usually performed in groups with a syeh acting as a vocalist who sings verses in Acehnese. The preservation of Alee Tunjang requires support from the government and the local community. In addition to introducing how to play, there needs to be an effort to produce Alee Tunjang musical instruments. In the production process, Alee Tunjang cannot be separated from knowledge related to the description of the musical instruments used, which is called music organology. Therefore, the author created this article to explain the structure of Alee Tunjang's music organology in order to make it easier for artists and the public to recognize the instrument. This research was conducted using a descriptive method with a qualitative approach. The approach in this research is a qualitative approach. This approach was chosen based on the research conducted by the researcher by interacting directly with the performers in the process of collecting data on the object. The results of this research are related to the description of the musical instruments used in the Alee Tunjang art and the playing techniques in the Alee Tunjang art in producing sound.