Abdul Rozak
Institut Seni Budaya Indonesia Aceh

Published : 18 Documents Claim Missing Document
Claim Missing Document
Check
Articles

Found 18 Documents
Search

ANALISIS MELODI LAGU ANEUK YATIM CIPTAAN RAFLY KANDE Abdul Rozak; Haria Nanda Pratama; Rico Gusmanto
Besaung : Jurnal Seni Desain dan Budaya Vol 5, No 2
Publisher : UNIVERSITAS INDO GLOBAL MANDIRI

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.36982/jsdb.v5i2.1839

Abstract

Aneuk Yatim adalah lagu yang diciptakan pada tahun 1999 oleh Rafly, memiliki pesan dan makna perdamaian dalam merespon persoalan gejolak politik di Aceh, serta merepresentasikan kondisi anak-anak di Aceh pada masa konflik. Melalui lirik maupun melodi, Rafly mampu menciptakan suasana kesedihan yang dapat dirasakan oleh masyarakat terhadap kondisi dan situasi di masa konflik. Vokal pada lagu Aneuk Yatim ciptaan Rafly memiliki struktur dan bentuk melodi yang terdiri dari ornamen musik, susunan perjalanan melodi dan scale. Penelitian ini menguraikan melodi pada lagu Aneuk Yatim ciptaan Rafly Kande menggunakan teori musik Barat. Tujuan penelitian ini yaitu mengetahui metode analisis melodi pada musik Pop di Indonesia umumnya dan musik Pop daerah khususnya. Pendekatan yang dilakukan adalah pendekatan kualitatif, dengan metode analisis deskriptif, dibantu dengan pendekatan etik dan emik untuk mempermudah kelancaran dalam proses pencarian data. Pemilihan metode dan pendekatan dilakukan melalui dokumentasi, observasi, dan wawancara dengan partisipan. Bentuk dan struktur melodi pada lagu Aneuk Yatim ciptaan Rafly Kande terdiri dari dua bagian dengan tempo 60 bpm, yang masing-masing bagian dibagi dalam dua kalimat/periode. Pada kalimat tersebut disusun berdasarkan bermacam-macam bentuk motif, yang masing-masing motif memiliki melodi dan scale yang diulang pada periode/kalimat selanjutnya dengan sedikit perubahan melodi pada akhir figures (frase penutup). Penggunaan tangganada pada lagu ini adalah Tangganada Minor Asli dan Minor Harmonis, dengan teknik pengembangan sekuen, diminished, dan augmented. Hasil dari penelitian ini diharapkan menjadi acuan dan referensi dalam perspektif objek formal maupun objek material, terkait dengan analisis bentuk dan struktur melodi, pengembangan pola melodi yang dibahas dalam keilmuan musik Barat.
ALIH KREATIVITAS PELAKU SENI KABUPATEN BIREUEN SEBAGAI PELUANG PENDAPATAN DI TENGAH WABAH COVID-19 (STUDI KASUS: NIZAR 41 PROJECT OFFICIAL) Angga Eka Karina; Abdul Rozak; Fani Dila Sari
Grenek: Jurnal Seni Musik Vol 9, No 2 (2020): Grenek: Jurnal Seni Musik
Publisher : Universitas Negeri Medan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24114/grenek.v9i2.20994

Abstract

Salah satunya pelaku seni bernama Nizar 41 Project Official asal daerah Aceh adalah sebagai Drumer pada event-event grup Band Wedding dan lainnya, pendapatannya hanya dari acara yang disajikan secara live di panggung  publik, Proses ini terhenti akibat Pandemi Covid-19 dan pemberlakuan social distancing oleh pemerintah, Hal ini membuat Nizar kehilangan pendapatan utamanya, Sehingga Nizar beralih kreativitas menjadi konten kreator Youtube pada masa pandemi Covid-19, Penelitian ini bertujuan untuk Mengetahui bagaimana Alih Kreatifitas Pelaku Seni di Kabupaten Bireun sebagai peluang pendapatan di tengah wabah Covid-19. Penelitian ini menggunakan penelitian deskriptif kualitatif, Metode pengambilan sampel pada penelitian ini menggunakan metode snowball sampling dalam memilih informan. Subyek Informan dalam penelitian ini adalah Nizar sebagai konten kreator Youtube 41 Project Official. Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini terdiri atas empat alur kegiatan yaitu: (1) pengumpulan data, (2) reduksi data, (3) penyajian data, dan (4) penarikan kesimpulan. Hasil Penelitian ini adalah Profil Nizar sebagai seorang Drumer sebelum masa pandemi Covid-19 dan beralih kreativitas menjadi konten kreator Youtube, kreatifitas yang Nizar lakukan adalah membuat karya musik dalam bentuk lagu ciptaan bergenre pop serta lagu yang di arransemen ulang yang bertema religi.  Akun Youtube yang diberi nama “41 Project Official”  memiliki jumlah Subscribe 292 ribu dan jumlah rata-rata viewers pada karya videonya diatas 1 Juta viewers, Proses kreatif yang Nizar lakukan mulai dari membuat kerangka konsep karya, menentukan lagu, Proses perekaman musik, Proses perekaman klip video dan gambar, Mixing dan editing dan Video musik hasil akhir yang di upload pada Youtube.
KARAKTERISTIK MUSIKAL PADA FILM TENGGELAMNYA KAPAL VAN DER WIJCK Haria Nanda Pratama; Abdul Rozak
Gorga : Jurnal Seni Rupa Vol 10, No 2 (2021): Gorga : Jurnal Seni Rupa
Publisher : Fakultas Bahasa dan Seni Universitas Negeri Medan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24114/gr.v10i2.29202

Abstract

The film Tenggelamnya Kapal Van Der Wijck is a drama film released on December 19, 2013. The film Tenggelamnya Kapal Van Der Wijck, directed by Sunil Soraya and produced by Ram Soraya, is adapted from a novel by the writer and cultural expert Haji Abdul Malik Karim Amrullah, or commonly known as Buya Hamka. This film tells the story of conflict and conflict due to differences in social status. This is supported by the effect of music in creating an atmosphere in each scene which includes dialogue and action of characters that are supported by the setting of time, place and atmosphere in the film. The object of this research focuses on one of the cinematic elements in the film Tenggelamnya Kapal Van Der Wijck, namely music or sound. Music and sound become one of the elements that build the setting of time, place, and atmosphere in the film, which affects the mood of the audience. Music and sound are useful for adding dramatic effects when scenes in the storyline are seen in every shot (shots, scenes, and sequences). The musical characteristics of the film Tenggelamnya Kapal Van Der Wijck which include rhythm, melody, harmony, tempo, song structure and sound color produce a film atmosphere according to the scene in the film which is considered to have an important role in building a dramatic effect on the film that affects the mood of the audience. This research was conducted with a qualitative approach with descriptive analysis method. The data source is direct observation of the film Tenggelamnya Kapal Van Der Wijck. The stage of data collection carried out by researchers is to collect documents which include original film VCD and library studies which include books and scientific writings as comparative material related to material objects and formal objects in this study. Based on these data, an analysis of the musical characteristics of the film Tenggelamnya Kapal Van Der Wijck was conducted was conducted. The results of the study will show that music in the use of musical instruments, major or minor scales, dynamics, motifs, and tempos are characteristics in building a dramatic effect on the film.Keywords: tenggelamnya Kapal Van Der Wijck.AbstrakFilm Tenggelamnya Kapal Van Der Wijck merupakan sebuah film drama yang dirilis pada tanggal 19 Desember 2013. Film Tenggelamnya Kapal Van Der Wijck yang disutradarai Sunil Soraya dan diproduksi oleh Ram Soraya ini diadaptasi dari novel mahakarya sastrawan sekaligus budayawan Haji Abdul Malik Karim Amrullah, atau yang biasa dikenal dengan Buya Hamka. Film ini mengisahkan tentang pertentangan dan konflik karena perbedaan status sosial. Hal ini didukung oleh efek musik dalam menciptakan suasana di dalam setiap adegan yang meliputi dialog dan aksi tokoh yang didukung oleh latar waktu, tempat serta suasana pada film. Objek penelitian ini berfokus pada salah satu unsur sinematik pada film Tenggelamnya Kapal Van Der Wijck, yaitu musik atau suara. Musik dan suara menjadi salah satu unsur yang membangun latar waktu, tempat, dan suasana pada film, yang berpengaruh pada mood penonton. Musik  dan suara tersebut berguna untuk menambah efek dramatis ketika adegan-adegan pada alur cerita yang terlihat di setiap pengambilan gambar (shot, scene, dan sequence). Karakteristik musik pada film Tenggelamnya Kapal Van Der Wijck yang meliputi irama, melodi, harmoni, tempo, struktur lagu dan warna bunyi menghasilkan suasana film sesuai dengan adegan di dalam film yang dianggap memiliki peran yang penting dalam membangun efek dramatis pada film yang mempengaruhi mood penonton. Penelitian ini dilakukan dengan pendekatan kualitatif dengan metode analisis deskriptif. Sumber datanya adalah pengamatan langsung atas film Tenggelamnya Kapal Van Der Wijck. Tahap pengumpulan data dilakukan peneliti adalah mengumpulkan dokumen yang meliputi VCD original film dan studi Pustaka yang meliputi buku dan tulisan ilmiah sebagai bahan komparasi yang berkaitan dengan objek material dan objek formal pada penelitian ini. Berdasarkan data tersebut, dilakukan analisis terhadap karakteristik musikal pada film Tenggelamnya Kapal Van Der Wijck. Hasil penelitian akan menunjukkan bahwa musik dalam pemakaian instrumen musik, tangganada mayor atau minor, dinamika, motif, dan tempo menjadi karakteristik dalam membangun efek dramatis pada film.Kata Kunci: tenggelamnya kapal Van Der Wijck. Authors:Haria Nanda Pratama : Institut Seni Budaya Indonesia AcehAbdul Rozak : Institut Seni Budaya Indonesia Aceh References:Cresswell, John W. (2010). Research Design Pendekatan Kualitatif, Kuantitatif, dan Mixed. Yogyakarta: Pustaka Belajar.Djohan. (2009). Psikologi Musik. Yogyakarta: Penerbit Best Publisher.Kristianto, Y.P, Sumono. (2008). Pengantar Ilmu Akustik Suara dan Pendengaran. Jakarta: Remaja Kosdakaya.Lestarini, Aulia, Anggia. (2014). Perkembangan Internasional British Pop Culture Pasca Perang Dunia Kedua. Skripsi. Surabaya: Universitas Airlangga.Moleong, J, Lexy. (2006). Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya.Pratama, Haria Nanda. (2017). Materalistis dan Alur Dramatik pada Film Tenggelamnya Kapal Van Der Wijck. Tesis. Padangpanjang: Pascasarjana Institut Seni Indonesia Padang Panjang.Pratista, Himawan. (2008). Memahami Film. Yogyakarta: Homerian Pustaka.
Fungsi Musik pada Film Tenggelamnya Kapal Van Der Wijck (The Function of Music in the Sinking of the Van Der Wijck Ship) Abdul Rozak; Haria Nanda Pratama
MUSICA : Journal of Music Vol 1, No 2 (2021): MUSICA : JOURNAL OF MUSIC
Publisher : Institut Seni Indonesia Padangpanjang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (492.161 KB) | DOI: 10.26887/musica.v1i2.2101

Abstract

Suara atau musik merupakan salah satu untur sinematik pada film, musik menjadi hal terpenting dalam membangun efek dramatis pada setiap adegan pada film untuk mempengaruhi mood penonton. Artinya musik pada film merepresentasikan efek pendengaran terhadap pengalaman visual. Objek material pada penelitian ini yaitu Film Tenggelamnya Kapal Van Der Wijck, sedangkan objek formal yaitu fungsi musik yang menjadi pendukung dalam membangun suasana serta mempengaruhi mood penonton. Tujuan Penelitian ini adalh untuk mengetahui fungsi musik dalam film Tenggelamnya Kapal Van Der Wijck. Metode penelitian yang digunakan pada penelitian ini berupa metode kualitatif. Hasil dari penelitian ini antara lain menutup suara yang tak diinginkan (noise); menjaga kesinambungan antar shots; menuntun perhatian kepada hal-hal penting dalam film melalui struktur atau hal-hal yang kongruen; mempengaruhi perasaan meskipun digunakan untuk mengiringi hal yang tidak berhubungan (dengan emosi); menyampaikan maksud kelanjutan cerita, khususnya dalam situasi (adegan) yang membingungkan; berintegrasi dengan film dan memungkinkan simbolisasi terhadap masa lalu dan masa depan melalui teknik leitmotiv; meningkatkan rasa nyata dari sebuah film; dan menambah nilai seni dari sebuah film.Kata Kunci: Fungsi; Musik; Film Tenggelamnya Kapal Van Der WijckABSTRACTSound or music is one of the cinematic elements in the film, music is the most important thing in building a dramatic effect on every scene in the film to affect the mood of the audience. This means that the music in the film represents the auditory effect on the visual experience. The material object in this study is the film Tenggelamnya Kapal Van Der Wijck, while the formal object is the function of music which is a supporter in building the atmosphere and influencing the mood of the audience. The purpose of this study was to determine the function of music in the film Tenggelamnya Kapal Van Der Wijck. The research method used in this study is a qualitative method. The results of this study include closing unwanted sounds (noise); maintain continuity between shots; directing attention to important things in the film through congruent structures or things; affect feelings even if used to accompany things that are not related (with emotions); convey the meaning of the continuation of the story, especially in a confusing situation (scene); integrates with film and enables symbolization of the past and future through leitmotiv techniques; enhance the real feel of a film; and add to the artistic value of a film.Keywords: Function; Music; The Tenggelamnya Kapal Van Der Wijck Movie
Bentuk Penyajian Musik Kesenian Nandong pada Upacara Khitanan di Desa Lataling Kecamatan Teupah Selatan Kabupaten Simeulue Abdul Rozak; Haria Nanda Pratama; Nadra Akbar Manalu
DESKOVI : Art and Design Journal Vol 5, No 2 (2022): DESEMBER 2022
Publisher : Universitas Maarif Hasyim Latif

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.51804/deskovi.v5i2.1935

Abstract

Kesenian Nandong adalah seni vokal yang diwariskan secara turun-tumurun pada masyarakat Simeulue. Kesenian Nandong merupakan sejenis seni tutur yang syair-syairnya berisikan karangan yang mengandung nasehat, sindiran, rintihan yang dilantunkan dengan iringan alat musik yaitu kedang/gendang dan biola. Nandong  dilantunkan menggunakan bahasa Devayan khas bahasa Simeulue, namun dalam kesenian Nandong juga menggunakan bahasa Aneuk Jamee. Keunikan Nandong selain terdapat dalam bahasa Aneuk Jamee yaitu dilantunkan dengan nada yang tinggi dan melengking serta saling bersahut-sahutan oleh pria dengan suara tinggi dan melengking. Penelitian ini dilakukan dengan pendekatan kualitatif, yang berusaha mengaplikasikan teori untuk menjelaskan fenomena-fenomena yang terjadi pada objek penelitian. Metode dalam penelitian ini dilakukan secara deskriptif yang diwujudkan dalam bentuk keterangan atau gambar tentang kejadian atau kegiatan yang dilakukan menyeluruh dengan mendatangi langsung di Desa Lataling, Kecamatan Teupah Selatan, Kabupaten Simeulue. Adapun langkah tersebut dilakukan dengan tahapan yaitu: penentuan subjek penelitian; pemilihan setting dan instrumen penelitian, teknik, dan analisis data. Hasil penelitian akan menunjukkan bahwa terdapat analisis terhadap fenomena musik pada kesenian ini. Fenomena tersebut seperti pemakaian timbre low, disusul timbre high dengan berbagai intensitas kemunculan, serta diperoleh deskripsi tangga nada (scale), dan pengurutan nada-nada yang terdapat dalam Nandong tersebut dimulai dari nada terendah sampai nada yang tertinggi.
DIFUSI KEBUDAYAAN PADA KESENIAN TULO-TULO DI KOTA SABANG Haria Nanda Pratama; Nadra Akbar Manalu; Abdul Rozak
Gorga : Jurnal Seni Rupa Vol 11, No 2 (2022): Gorga : Jurnal Seni Rupa
Publisher : Fakultas Bahasa dan Seni Universitas Negeri Medan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24114/gr.v11i2.38329

Abstract

Tulo-tulo is an art created by the people of Nias who transmigrated to Sabang City. The people of Nias settled and lived in the area and then presented their culture in the form of Tulo-tulo art. Tulo-tulo became an art that was adopted by the people of Sabang City and was able to survive in a new area. The existence of Tulo- tulo is a cultural attribute that is able to play a role as an element of building the identity of the people of Sabang City. The occurrence of this did not escape the process of cultural diffusion where it was possible that a group of people brought their culture to a new area. This process can be seen through the history of the birth of tulo-tulo art, until its existence in the midst of the people of Sabang City, it can be identified through the concept of performance and the form of presentation of the art of Tulo-tulo. To dissect the diffusion process in Tulo-tulo art, the researcher uses the diffusion theory according to Koentjaraningrat. The purpose of this study is to identify the process of cultural diffusion in Tulo-tulo art as a form of community identity in Sabang City. The workings of this research use qualitative methods with the following stages: Literature Study, Observation, Interview and Documentation. The source of the data is direct observation with the performers of the tulo-tulo art in the city of Sabang. To help collect data in this study, the researcher used an ethical and emic approach. Where the results of this study will discuss the origin of the art of Tulo- tulo; the concept and form of presentation of the Tulo-tulo art performance; and Tulo-tulo as a result of cultural diffusion. Thus, the diffusion process in the art of tulo-tulo which is seen in the concept of the performance is a blend of the culture of the people of Nias and Aceh. The occurrence of this combination in acculturation can be seen from the performers of the arts, the use of language, and the accompaniment of music.Keywords: tulo-tulo, cultural diffusion, Sabang city. AbstrakTulo-tulo merupakan sebuah kesenian yang diciptakan oleh masyarakat Nias yang bertransmigrasi ke Kota Sabang. Masyarakat Nias menetap dan tinggal di wilayah tersebut dan kemudian menghadirkan kebudayaannya dalam bentuk kesenian Tulo-tulo. Tulo-tulo menjadi kesenian yang diadopsi oleh masyarakat Kota Sabang dan mampu bertahan di wilayah yang baru. Keberadaan Tulo-tulo menjadi atribut budaya yang mampu berperan sebagai unsur pembangun identitas masyarakat Kota Sabang. Terjadinya hal tersebut tidak luput dari proses difusi kebudayaan di mana kemungkinan karena adanya sekelompok masyarakat membawa budayanya ke wilayah yang baru. Proses tersebut dapat dilihat melalui sejarah lahirnya kesenian tulo-tulo, hingga keberadaannya di tengah-tengah masyarakat Kota Sabang, hal tersebut dapat diidentifikasi melalui konsep pertunjukan dan bentuk penyajian kesenian Tulo-tulo. Untuk membedah proses difusi pada kesenian Tulo-tulo, peneliti menggunakan teori difusi menurut Koentjaraningrat. Tujuan dari penelitian ini adalah mengidentifikasi proses difusi kebudayaan dalam kesenian Tulo-tulo sebagai bentuk identitas masyarakat di Kota Sabang. Cara kerja dari penelitian ini menggunakan metode kualitatif dengan tahapan antara lain: Studi Pustaka, Observasi, Wawancara dan Dokumentasi. Sumber data yang dilakukan adalah pengamatan lansung dengan pelaku kesenian tulo-tulo yang berada di kota Sabang. Untuk membantu pengumpulan data dalam penelitian ini, peneliti menggunakan pendekatan Etik dan Emik. Di mana hasil dari penelitian ini akan membahas asal usul kesenian Tulo-tulo; konsep dan bentuk penyajian pertunjukan kesenian Tulo-tulo; dan Tulo-tulo sebagai hasil difusi kebudayaan. Dengan demikian, proses difusi pada kesenian tulo-tulo yang terlihat pada konsep pertunjukannya merupakan perpaduan kebudayaan masyarakat Nias dan Aceh. Terjadinya perpaduan ini secara akulturasi terlihat dari pelaku kesenian, penggunaan bahasa, dan musik iringan.Kata Kunci: tulo-tulo, difusi kebudayaan, kota Sabang. Authors:Haria Nanda Pratama : Institut Seni Budaya Indonesia AcehNadra Akbar Manalu : Institut Seni Budaya Indonesia AcehAbdul Rozak : Institut Seni Budaya Indonesia Aceh References:Koentjaraningrat, K. (1990). Pengantar Ilmu Antrologi (Edisi Baru). Jakarta: PT. Penerbit Rineka Cipta.Maghfirah, A. M., & Erlinda, E. (2019). Transformasi Pencak Silat Parian Menjadi Tari Garigiak di Istano Tuan Gadang Batipuah Kecamatan Batipuah Kabupaten Tanah Datar. Gorga: Jurnal Seni Rupa, 8(1), 137-142. https://doi.org/10.24114/gr.v8i1.12931.Manalu, N. A., & Sukman, F. F. (2020). Tari Seudati Inong sebagai Wujud Representasi Kesetaraan Gender Dikabupaten Aceh Besar. Gorga: Jurnal Seni Rupa, 9(2), 367-376. https://doi.org/10.24114/gr.v9i2.20673.Moleong, J. L. (2006). Metodologi Penelitian Kualitatif. Jakarta: PT. Remaja Rosdakarya.Rahayu, T. (2022). “Kebudayaan Masyarakat Nias”. Hasil Wawancara Pribadi: 15 Juli 2022, Medan.Safitri, W. (2022). “Asal-usul Kesenian Tulo-tulo”. Hasil Wawancara Pribadi: 26 Juli 2022, Kota Sabang.Siswantari, H., & Setyaningrum, F. (2018). Rampak Kendang Patimuan Cilacap Sebagai Wujud Difusi Kesenian Jawa Barat. Jurnal Kajian Seni, 4(2), 103-113. https://doi.org/10.22146/jksks.46449.Ulfa, M. (2021). Rekonstruksi Tari Tulo-tulo di Kota Sabang. Skripsi tidak diterbitkan. Banda Aceh: Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Syiah Kuala.
Tari Seudati Inong di Kabupaten Aceh Besar: Identifikasi Bentuk Koreografi Haria Nanda Pratama; Nadra Akbar Manalu; Abdul Rozak
DESKOVI : Art and Design Journal Vol 6, No 1 (2023): JUNI 2023
Publisher : Universitas Maarif Hasyim Latif

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.51804/deskovi.v6i1.10669

Abstract

Tari Seudati Inong yang berkembang di Kabupaten Aceh Besar Provinsi Aceh dahulunya dikenal sebagai tarian yang dimainkan oleh kaum pria disebut dengan Seudati. Tari Seudati Inong ini diadopsi dari tari Seudati yang berasal dari Pidie yang kemudian dikembangkan dan diajarkan di Desa Cum Cum Aceh Besar. Pengembangan tari Seudati Inong didasarkan pada penggambaran identitas masyarakat Aceh dengan menghadirkan konsep baru yang menjadikan penari dari kaum perempuan/inong dalam pertunjukannya. Pada bentuk penyajiannya, tari Seudati Inong menampilkan gerakan tari yang energik sebagai wujud penggambaran semangat kaum perempuan Aceh dengan iringan syair dan musik internal dari tari tersebut. Penelitian ini menggunakan metode analisis deskriptif dengan pendekatan kualitatif dengan tahapan yang terdiri dari (1) Studi Pustaka; (2) Observasi; (3) Wawancara; dan (4) Dokumentasi. Bentuk penyajian koreografi diidentifikasi dan dianalisis dalam tiga dimensi yaitu dari isi; bentuk; dan teknik tari. Ketiga dimensi tersebut kemudian diidentifikasi sebagai fokus dari penelitian ini terkait bentuk penyajian yang diciptakan oleh koreografer. Dari dimensi isi, Gerak tari Seudati Inong dilihat dari isi terbagi menjadi lima bagian Saleum Aneuk/Saleum Syahi, Saleum Rakan, Likok, Saman, dan lani. Sedangkan dari dimensi bentuk dapat dilihat dari tata rias dan busana, iringan musik, dan tempat pertunjukan. Dari dimensi teknik memiliki gerakan yang cepat dan energik.
Bentuk Penyajian Musik Kesenian Nandong pada Upacara Khitanan di Desa Lataling Kecamatan Teupah Selatan Kabupaten Simeulue Abdul Rozak; Haria Nanda Pratama; Nadra Akbar Manalu
DESKOVI : Art and Design Journal Vol. 5 No. 2 (2022): DESEMBER 2022
Publisher : Universitas Maarif Hasyim Latif

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.51804/deskovi.v5i2.1935

Abstract

Kesenian Nandong adalah seni vokal yang diwariskan secara turun-tumurun pada masyarakat Simeulue. Kesenian Nandong merupakan sejenis seni tutur yang syair-syairnya berisikan karangan yang mengandung nasehat, sindiran, rintihan yang dilantunkan dengan iringan alat musik yaitu kedang/gendang dan biola. Nandong  dilantunkan menggunakan bahasa Devayan khas bahasa Simeulue, namun dalam kesenian Nandong juga menggunakan bahasa Aneuk Jamee. Keunikan Nandong selain terdapat dalam bahasa Aneuk Jamee yaitu dilantunkan dengan nada yang tinggi dan melengking serta saling bersahut-sahutan oleh pria dengan suara tinggi dan melengking. Penelitian ini dilakukan dengan pendekatan kualitatif, yang berusaha mengaplikasikan teori untuk menjelaskan fenomena-fenomena yang terjadi pada objek penelitian. Metode dalam penelitian ini dilakukan secara deskriptif yang diwujudkan dalam bentuk keterangan atau gambar tentang kejadian atau kegiatan yang dilakukan menyeluruh dengan mendatangi langsung di Desa Lataling, Kecamatan Teupah Selatan, Kabupaten Simeulue. Adapun langkah tersebut dilakukan dengan tahapan yaitu: penentuan subjek penelitian; pemilihan setting dan instrumen penelitian, teknik, dan analisis data. Hasil penelitian akan menunjukkan bahwa terdapat analisis terhadap fenomena musik pada kesenian ini. Fenomena tersebut seperti pemakaian timbre low, disusul timbre high dengan berbagai intensitas kemunculan, serta diperoleh deskripsi tangga nada (scale), dan pengurutan nada-nada yang terdapat dalam Nandong tersebut dimulai dari nada terendah sampai nada yang tertinggi.
Konsep Pertunjukan Tari Tulo-Tulo di Kota Sabang Nadra Akbar Manalu; Abdul Rozak; Haria Nanda Pratama
DESKOVI : Art and Design Journal Vol. 5 No. 2 (2022): DESEMBER 2022
Publisher : Universitas Maarif Hasyim Latif

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.51804/deskovi.v5i2.1936

Abstract

Tari Tulo-tulo merupakan kesenian yang berasal dari masyarakat Nias yang menetap di Kota Sabang. Tari Tulo-tulo memiliki keunikan dimana tari ini kental dengan semangat perjuangan dalam penyajiannya. Saat ini Tari Tulo-tulo sebagai tari hiburan pada masyarakat di Kota Sabang. Konsep dalam penggarapan Tari Tulo-tulo berawal dari rasa kerinduan masyarakat Nias akan tanah kelahirannya. Dengan demikian konsep penyajian pada tari Tulo-tulo identik dengan tari peperangan. Konsep Tari Tulo-tulo terbagi menjadi tujuh bagian, dimana setiap bagian memiliki kesinambungan antara bagian satu dengan bagian lainnya. Pada penelitian ini akan mengidentifikasi konsep dan bentuk pertunjukan Tari Tulo-tulo melalui bentuk penyajian yang meliputi, gerak, pola lantai, musik, properti, tata rias dan kostum. Tujuan dari penelitian ini adalah mendeskripsikan konsep dan bentuk penyajian Tari Tulo-tulo di Kota Sabang. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah anilisis deskriptif dengan pendekatan kualitatif. Tahap-tahap yang digunakan dalam penelitian ini yaitu; Studi Pustaka, observasi, dokumentasi dan wawancara. Hasil dari penelitian ini adalah menjabarkan dan mengkaji tujuh bagian dari Tari Tulo-tulo yaitu Sereu, Talifusei, Haru manbaluse, Faliga Baluse, Bamaina, Simate mila menemali, dan Belatu terlak. Tari Tulo-tulo ditarikan oleh kaum pria berjumlah genap dan satu orang sebagai raja/syeh.
Tari Seudati Inong di Kabupaten Aceh Besar: Identifikasi Bentuk Koreografi Haria Nanda Pratama; Nadra Akbar Manalu; Abdul Rozak
DESKOVI : Art and Design Journal Vol. 6 No. 1 (2023): JUNI 2023
Publisher : Universitas Maarif Hasyim Latif

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.51804/deskovi.v6i1.10669

Abstract

Tari Seudati Inong yang berkembang di Kabupaten Aceh Besar Provinsi Aceh dahulunya dikenal sebagai tarian yang dimainkan oleh kaum pria disebut dengan Seudati. Tari Seudati Inong ini diadopsi dari tari Seudati yang berasal dari Pidie yang kemudian dikembangkan dan diajarkan di Desa Cum Cum Aceh Besar. Pengembangan tari Seudati Inong didasarkan pada penggambaran identitas masyarakat Aceh dengan menghadirkan konsep baru yang menjadikan penari dari kaum perempuan/inong dalam pertunjukannya. Pada bentuk penyajiannya, tari Seudati Inong menampilkan gerakan tari yang energik sebagai wujud penggambaran semangat kaum perempuan Aceh dengan iringan syair dan musik internal dari tari tersebut. Penelitian ini menggunakan metode analisis deskriptif dengan pendekatan kualitatif dengan tahapan yang terdiri dari (1) Studi Pustaka; (2) Observasi; (3) Wawancara; dan (4) Dokumentasi. Bentuk penyajian koreografi diidentifikasi dan dianalisis dalam tiga dimensi yaitu dari isi; bentuk; dan teknik tari. Ketiga dimensi tersebut kemudian diidentifikasi sebagai fokus dari penelitian ini terkait bentuk penyajian yang diciptakan oleh koreografer. Dari dimensi isi, Gerak tari Seudati Inong dilihat dari isi terbagi menjadi lima bagian Saleum Aneuk/Saleum Syahi, Saleum Rakan, Likok, Saman, dan lani. Sedangkan dari dimensi bentuk dapat dilihat dari tata rias dan busana, iringan musik, dan tempat pertunjukan. Dari dimensi teknik memiliki gerakan yang cepat dan energik.