Claim Missing Document
Check
Articles

Found 11 Documents
Search

PENGARUH PARAMETER LAS PADA SAMBUNGAN PLUG WELDING LOGAM TAK SEJENIS ANTARA CARBON STEEL DAN STAINLESS STEEL DENGAN FILLER E308L Haikal Haikal; Surya Suseno; Moch. Chamim; Isnarno Isnarno
Jurnal Energi dan Teknologi Manufaktur Vol 3 No 01 (2020)
Publisher : Polinema Press, Politeknik Negeri Malang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.33795/jetm.v3i01.48

Abstract

Plug welding is one of the welding methods of joining material with filling techniques using filler metal. This study aims to determine the effect of variations in electrical current and depth of artificial penetration of Ø8 mm holes on the failure mode and tensile load bearing capacity of dissimilar metal plug welding connections between SS 304 series stainless steels and SS 400 series carbon steels. used are 200, 215 and 230 A while the variation in depth of artificial penetration with diameter of Ø8 mm is 0, 1 and 2 mm. The results of this study indicate that the variation of the welding current without any artificial penetration (0 mm) results in an interfacial failure failure mode. While the existence of artificial penetration with a depth of 1-2 mm produces pull out failure mode. The results of the shear tensile test showed that the highest welding strength was obtained at a variation of 230 A with a hole depth of 1 mm at an average of 12.6 kN while in the hole depth parameters 0 and 2 mm the weld strength values ​​were obtained at a mean of 5.6 and 7.8 kN.
PENGARUH MEDAN MAGNET MENGINDUKSI BUSUR PADA PENGELASAN AUTOGENOUS TUNGSTEN INERT GAS SAMBUNGAN TUMPUL BAJA TAHAN KARAT 304 Haikal Haikal; Moch. Chamim; Ario Sunar Baskoro; Isnarno Isnarno; Apri Wiyono
Jurnal Teknologi Vol 13, No 1 (2021): Jurnal Teknologi
Publisher : Fakultas Teknik Universitas Muhammadiyah Jakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24853/jurtek.13.1.89-100

Abstract

Dalam studi ini, penelitian mengenai penggunaan metode External Magnetic Field - Tungsten Inert Gas pada aplikasi sambungan tumpul dilakukan untuk mengetahui pengaruh dari pemampatan busur las terhadap kualitas hasil sambungan tumpul pelat tipis SS 304. Proses pengelasan ini dilakukan tanpa menggunakan logam pengisi tambahan (autogenous weld). Pada penelitian ini medan magnet luar ditimbulkan dengan meletakkan solenoid magnetik di sekeliling obor las TIG. Pengaktifkan medan elektromagnetik ini dilakukan secara dinamis dengan menggunakan mikrokontroler. Parameter pengelasan yang digunakan yaitu arus pengelasan 100; 105; 110 A dan kecepatan pengelasan 1,6; 1,8; 2,05 mm/s. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa pengelasan EMF-TIG dapat menghasilkan lebar manik yang lebih seragam di sepanjang jalur las dengan standar deviasi sebesar 0,08 dibandingkan dengan las TIG konvensional sebesar 0,12. Peningkatan kecepatan las sebesar 2,05 mm/s menyebabkan tidak berpengaruhnya penambahan medan magnet luar terhadap lebar manik las. Parameter arus 105 A dengan kecepatan 1,6; 1,8; 2,05 mm/s menghasilkan pemampatan lebar manik atas berturut- turut sebesar 0,87; 0,61; 0,1 mm. Parameter pengelasan dengan arus 105 A dan kecepatan las 1,6 mm/s memiliki efek pemampatan manik atas yang lebih besar yaitu sebesar 0,84 mm dibandingkan arus 110 A yaitu 0,38 mm.
Effect of Magnetic Field Induce Arc in Autogenous TIG Welding of 304 Stainless Steel Butt Joint Haikal Haikal; Moch. Chamim; Deni Andriyansyah; Emanuel Budi Raharjo; Ario Sunar Baskoro; Isnarno Isnarno
Automotive Experiences Vol 4 No 1 (2021)
Publisher : Automotive Laboratory of Universitas Muhammadiyah Magelang in collaboration with Association of Indonesian Vocational Educators (AIVE)

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (1193.534 KB) | DOI: 10.31603/ae.4199

Abstract

This paper reports the use of External Magnetic Field-Tungsten Inert Gas (EMF-TIG) method in butt joint applications to determine the effect of welding arc compression on the quality of butt joint of SS 304 thin plate was reported. The welding process was performed without using filler or autogenous welds. The external magnetic field was generated by placing a magnetic solenoid around the TIG welding torch. The results of this study showed that EMF-TIG welding can produce a more uniform bead width along the weld line compare with conventional TIG. Moreover, the D/W ratio obtained under external magnetic field was higher than without magnetic. However, the tensile strength of butt joint decreased with EMF-TIG because there is constriction in arc welding which produces shrinkage weld pool volume. In addition, high welding speeds result in a decrease in the tensile strength of both conventional TIG and EMF-TIG welds.
PERENCANAAN DAN PERANCANGAN MESIN PERAJANG GRUBI SEMI OTOMATIS DENGAN PISAU TIPE INSERT CUTTER SYSTEM SEBAGAI MEDIA PENCACAH UNTUK UMKM DI KABUPATEN KARANGANYAR Haikal Haikal; Agung Supriyanto; Nur Cholis; Yoga Imam Malik; Aris Setiyawan
Adi Widya : Jurnal Pengabdian Masyarakat Vol 4 No 1 (2020): ADIWIDYA
Publisher : Lembaga Penelitian dan Pengabdian Masyarakat

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.33061/awpm.v4i1.3547

Abstract

Umbi merupakan jenis tumbuhan yang sering diolah dan dikonsumsi oleh masyarakat di Indonesia. Dengan perkembangan jaman hingga saat ini, olahan ketela rambat semakin banyak, salah satunya adalah grubi. Kabupaten karanganyar tepatnya di tawangmangu banyak UMKM yang memproduksi grubi atau walangan. Pembuatan grubi dilakukan dengan cara sederhana, yaitu dengan dirajang manual menggunakan pisau. Tujuan dari perancangan mesin ini adalah untuk menghasilkan desain mesin perajang grubi semi otomatis dengan pendorong pegas.Tahapan dalam perancangan mesin perajang grubi semi otomatis ini terdiri dari ide perancangan, pengumpulan data dan bahan, perancangan desain, perhitungan komponen, pemotongan, perakitan, pengujian dan analisa mesin. Hasil perhitungan mesin perajang grubi semi otomatis menunjukkan bahwa kapasitas perajangan berkisar 30 kg/jam. Mekanisme pencacah menggunakan insert cutter system sebagai media pencacah dengan dimensi pelat dudukan pisau 45x170x5 mm. Hasil perajangan yang optimal diperoleh antara 90% sampai 95% pada sudut mata pisau 3° dengan jumlah cutter  penyayat sebanyak 83 buah.
Effect of power and diameter on temperature and frequency in induction heating process of AISI 4140 steel Amarulloh Amarulloh; Haikal Haikal; Nugroho Tri Atmoko; Bagus Radiant Utomo; David Setiadhi; Denis Marchant; Xiaomeng Zhu; Tri Widodo Besar Riyadi
Mechanical Engineering for Society and Industry Vol 2 No 1 (2022)
Publisher : Universitas Muhammadiyah Magelang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.31603/mesi.6782

Abstract

This research aims to design an induction heating system and to investigate the effect of power supply and specimen diameter on specimen temperature and frequency on the coil. This study began with the development of an induction heating system that made use of circulating coolers outfitted with Thermoelectric Cooler Materials (TEC). It was intended to keep the temperature of the coil and the Printed Circuit Board (PCB) as low as possible. This study used AISI 4140 steel material with diameter variations of 7 mm, 14 mm, 21 mm, and 28 mm, with power levels of 60 W, 240 W, 540 W, and 960 W. The temperature was measured using a thermocouple connected to the specimen, and the frequency value obtained was measured using an oscilloscope. The research findings show that varying the applied power affects the frequency of the coil and the temperature of the specimen, with the higher the power, the faster the temperature of the specimen rises. The 60 W power can heat the specimen at an average temperature of 470°C and a frequency of 102 kHz. When the power variation is 960 W, the temperature in the specimen is 746°C, and the frequency is 110 kHz. On the temperature and frequency gradient pattern in the 0-600 s period, there are two stages, the first of which is ferromagnetic and the second of which is paramagnetic.
PENGARUH PERBEDAAN BESAR ARUS PADA SPOT WELDING MENGGUNAKAN GTAW DENGAN MATERIAL STAINLESS STEEL 304 Moch Chamim; Petrus Heru Sudargo; Haikal
Teknika Vol 6 No 1 (2019): March 2019
Publisher : Pusat Penelitian dan Pengabdian Masyarakat

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (290.304 KB)

Abstract

ABSTRAK Las titik merupakan salah satu cara pengelasan resistansi listrik dimana dua logam atau lebih dijepit diantara dua elektroda logam. Arus yang kuat dialirkan melalui elektroda yang terbuat dari tembaga, karena aliran listrik yang harus melalui kedua logam yang dijepit maka pada tempat jepitan akan timbul panas karena adanya resitansi listrik yang menyebabkan logam ditempat tersebut mencair dan kemudian tersambung. Proses penjepitan membutuhkan peralatan yang komplek karena harus kuat. Sehingga peralatan las titik tidak digunakan oleh industri kecil sheet metal. Dengan latar belakang permasalahan tersebut, penelitian ini mencoba mengubah metode pengelasan titik dengan menggunakan model Tungsten Inert Gas Welding (TIG welding) yang langsung ditekankan diatas material. Variasi arus digunakan 90A, 100A, 110A digunakan untuk menyambung model single lap joint pada material stainless steel grade 304 tebal 2 mm ditahan selama 5 detik. Data yang diambil hasil kekuatan uji tarik dengan menganalisa metalografi makro untuk melihat ikatan material. Hasil pengelasan dengan 90 ampere penetrasi paling dalam dengan kekuatan tarik 408,5 N/mm2. ABSTRACT Spot welding is one way of welding electrical resistance where two or more metals are clamped between two metal electrodes. Electric current is flowed through an electrode made of copper, because the electric current must go through the two clamped metals so that the clamps will heat up due to electrical resistance that causes the metal in the place to melt and then connect. The clamping process requires complex equipment because it must be strong. So that point welding equipment is not used by home sheet metal industries. With the background of these problems, this study tries to change the method of point welding by using a TIG welding model that is directly emphasized on the material. Electric cCurrent variations used 90, 100, 110 A are used to connect the single lap joint model to stainless steel grade 304 with 2 mm thick material held for 5 seconds. The data is taken by tensile strength test results by analyzing macro metallography to see the bonding of the material. Welding results with 90 amperes of deepest penetration with a tensile strength of 408.5 N / mm2.
PENGARUH TEKANAN TEMPA DAN WAKTU PENGELASAN TERHADAP SIFAT FISIK DAN MEKANIK SAMBUNGAN FRICTION WELDING LOGAM TAK SEJENIS SS-316 DAN AISI-4140 Bambang Margono; Haikal; Moch Chamim
Teknika Vol 6 No 1 (2019): March 2019
Publisher : Pusat Penelitian dan Pengabdian Masyarakat

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (456.563 KB)

Abstract

ABSTRAK Pengelasan gesek (friction welding) merupakan proses penyambungan logam tanpa terjadinya peleburan (solid state process), yang mana proses pengelasan terjadi sebagai akibat gesekan melalui penggabungan antara laju putaran salah satu benda kerja yang berputar. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh tekana tempa dan waktu pengelasan terhadap sifat fisik dan mekanik sambungan logam tak sejenis antara baja tahan karat SS 316 dan AISI 4140. Variasi tekanan tempa yang digunakan 110 kg/cm2, 130 kg/cm2 dan 150 kg/cm2, sedangkan variasi waktu pengelasan yang digunakan adalah 35 detik, 50 detik dan 65 detik. Hasil dari penelitian menunjukkan bahwa meningkatnya variasi tekanan tempa dan waktu pengelasan mengakibatkan berkurangnya panjang spesimen, dikarenakan terjadi proses pelumeran pada daerah sambungan pengelasan pada kedua material. Sedangkan semakin berkurangnya panjang spesimen disisi lain mengakibatkan melebarnya panjang flash yang dihasilkan. Hasil struktur mikro terlihat terjadi pengkasaran butir (grain coarsened) terjadi pada daerah HAZ bentuk dan ukuran butiran berbeda jika dibandingkan dengan logam induk. Nilai kekerasann daerah sambungan rerata sebesar 246,4 HVN. Nilai kekerasan pada logam induk material AISI 4140 rerata sebesar 354,7 HVN. Sedangkan logam induk material SS 316 rerata sebesar 183,5 HVN. Nilai kekerasan antara kedua logam induk tersebut sangat berbeda jauh dikarenakan fasa pada baja AISI 4140 lebih dominan fasa perlit yang memiliki kekerasan tinggi. Nilai kekuatan tarik yang optimal dihasilkan pada variasi tekanan tempa130 kg/cm2 variasi waktu gesek 35 detik dengan nilai sebesar 455.02 N/mm2.
ANALISIS PEMBEBANAN TERHADAP PANJANG GELOMBANG CAHAYA BERBASIS SENSOR FIBER BRAGG GRATING (FBG) Fatimah Nur Hidayah; Haikal Haikal
Teknika Vol 7 No 3 (2022): April 2022
Publisher : Pusat Penelitian dan Pengabdian Masyarakat

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (300.237 KB) | DOI: 10.52561/teknika.v7i3.169

Abstract

Sensor fiber optik menawarkan alternatif kinerja yang tinggi karena memberikan solusi biaya rendah, tahan terhadap gangguan elektromagnetik, kemampuan multiplexing dan integrasinya tinggi. Kinerja sensor fiber optik berlaku untuk mengukur parameter fisik seperti tekanan dan suhu [1]. Saat ini banyak dikembangkan sensor fiber optik FBG yang memanfaatkan perubahan panjang gelombang karena adanya pembebanan. Pembebanan tersebut mengakibatkan adanya fenomena defleksi pada material uji. Prinsip kerja sensor FBG yaitu pengukuran pemantulan Panjang gelombang Bragg [2]. Tujuan dari penelitian ini yaitu menganalisis pembebanan terhadap pergeseran panjang gelombang cahaya pada fiber optik FBG. Metode yang digunakan ialah pemberian beban material uji rubber. Nilai pembebanan yang digunakan penelitian ini yaitu 10 kg. Pembebanan dilakukan dari arah atas permukaan material uji rubber, dengan dimensi 246 mm x 19 mm x 7 mm. Fiber optik FBG ditanam di tengah-tengah material rubber secara horizontal. Adanya pembebanan tersebut berpengaruh pada defleksi material, sehingga mengakibatkan pergeseran pemantulan panjang gelombang cahaya pada fiber optik FBG. Sumber cahaya yang digunakan adalah laser dengan rentang panjang gelombang 1510 nm – 1590 nm. Pergeseran Panjang gelombang saat pemberian beban dideteksi oleh serangkaian sensor serat optik FBG yang terhubung dengan komputer. Hasil penelitian menunjukkan bahwa ada pergeseran panjang gelombang pada pembebanan 10 kg. Nilai panjang gelombang Bragg () sebelum diberi pembebanan ialah 1550,6 nm, sedangkan nilai  setelah pembebanan yaitu 1554,02 nm. Nilai pergeseran panjang gelombang (??) tersebut sebesar 3,42 nm. Hal ini menunjukkan bahwa adanya pengaruh pembebanan terhadap defleksi material uji rubber. Fenomena defleksi mengakibatkan adanya pergeseran panjang gelombang pada fiber optik FBG yang tertanam dalam material uji. Oleh karena itu, metode pembebanan pada material uji rubber dapat digunakan sebagai aplikasi desain sensor FBG.   Kata kunci: Pembebanan, Sensor, Fiber Bragg Grating (FBG), Panjang gelombang, dan Defleksi.
Dissemination of corn sheller machines to increase productivity and efficiency for corn farmer associations in Wonogiri Regency Haikal Haikal; Bambang Margono; Moch Chamim; Yudis Adhana Surya; Zulkarnaen Ryeda Febriawan; Rendi Yanwar Perdana Putra; Apri Wiyono
Community Empowerment Vol 6 No 11 (2021)
Publisher : Universitas Muhammadiyah Magelang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (427.347 KB) | DOI: 10.31603/ce.5394

Abstract

Corn is a superior agricultural product for the Giri Harjo I farmer group, Girikikis Village, Giriwoyo District, Wonogiri. However, farmers process and peel corn manually, so it takes a more time and inefficient. In order to overcome this problem, this community service designed and made a corn sheller machine that was used to simplify and increase the productivity in the corn harvesting process. This service activity begins with the delivery of the corn sheller machine to the farmer group, then exposure and training on the use of the machine. Corn shelling is accomplished by inserting the corn into the sheller shaft, after which the grinding knife separates the corn kernels from the cob. The shelling test results show that this machine works well, is practical to use, is highly portable, the production process is faster, the corncobs are not damaged, and the electric power consumption is low. This machine has a 0.5 HP motor and a production capacity of 183 kg/hour for shelling corn kernels.
Desain dan Analisis Performa Mesin Pemipil Jagung Portabel Berkapasitas Sedang Haikal; Arif Hidayat Purwono; Agus Jamaldi; Bambang Margono; Edy Suryono; Johanes Wawan Joharwan; Apri Wiyono; Isnarno Isnarno; Dewi Ratna Nurhayati
Jurnal Penelitian Pertanian Terapan Vol 23 No 2 (2023)
Publisher : Politeknik Negeri Lampung.

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.25181/jppt.v23i2.2087

Abstract

Corn shelling tools have developed in Indonesia ranging from very simple corn shellers to mechanical corn shellers. However, the maize sheller with a medium-scale capacity has not been well developed. The research objective was to design and analyze the performance of a medium-capacity portable corn sheller machine to meet the maize harvest processing process, which can increase productivity, the quality of maize shelled with medium-scale capacity and also develop a new shelling tool design. This research was conducted in 3 stages, namely field observation, design, and machine performance. The results showed a corn sheller machine with a 0.5 hp electric motor. The results of the work show that the speed of the shelling process is very influential on the results of the shelling. The higher the speed of the shelling process, which is 2400 rpm, the better or no leftover corn is shredded.