This Author published in this journals
All Journal Lampuhyang
I Made Regeg
Stkip Agama Hindu Amlapura

Published : 3 Documents Claim Missing Document
Claim Missing Document
Check
Articles

Found 3 Documents
Search

Huluapad dan Tegen-tegenan di Desa Pakraman Muntigunung Kecamaan Kubu Kabupaten Karangasem Provinsi Bali I Made Regeg
LAMPUHYANG Vol 1 No 1 (2010)
Publisher : Lembaga Penjaminan Mutu STKIP Agama Hindu Amlapura

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.47730/jurnallampuhyang.v1i1.107

Abstract

Desa Pakraman Muntigunung, Kecamatan Kubu, Kabupaten Karangasem Provinsi Bali termasuk daerah sulit. Desa Pakraman tersebut mempunyai berbagai keunikan di antaranya adalah kepemimpinan adatnya dengan sistim Huluapad dan pelaksanaan upacara Tegen-tegenan. Diera globalisasi ternyata Huluapad tetap eksis dan sangat berperan dalam pelaksanaan panca yadnya, termasuk upacara Tegen-tegenan. Hal ini dikarenakan Huluapad dalam pergantiannya, menggunakan usia perkawinan (senioritas) dan ditunjuk dalam paruman desa Pakraman di Bale Agung. Bale Agung sangat disakralkan, jika berani menolak atau memaksakan diri dan berkata kasar (Baos gora) ingin menjadi pengurus, maka akan terjadi malapetaka di kemudian hari, baik bagi dirinya sendiri maupun keturunannya. Prinsip ngayah sampai sekarang masih terlaksana dengan baik. Hal ini terbukti setiap melaksanakan upacara panca yadnya termasuk upacara tegen-tegenan tetap berlangsung dengan baik dan sukses.Upacara Tegen-tegenan tetap dilaksanakan, karena pernah terjadi leluhur yang sudah di aben (Jero Mihyang) semestinya dapat bertemu di jabayan Pura Desa untuk bersama-sama menerima suguhan upakara tegen-tegenan tidak dilaksanakan sesuatu yang tidak masuk aka pernah terjadi yaitu adanya Bajag yang suka mencuri bayi, membawa karung dan juga gerubug menimpa krama desa Pakraman. Dengan kejadian itu upacara Tegen-tegenan merupakan rentetan dari upacara usaba Dalem tetap dilaksanakan, bahkan krama takut tidak tangkil dalam persembahan tersebut. Di manapun mereka berada pasti datang ke desa Pakraman Muntigunung untuk melaksanakan persembahan upakara Tegen-tegenan.
Sanggah Luh Perspektif Perkawinan dan Gender di Desa Pakraman Lebah Kecamatan Kubu Kabupaten Karangasem Provinsi Bali I Made Regeg
LAMPUHYANG Vol 4 No 1 (2013)
Publisher : Lembaga Penjaminan Mutu STKIP Agama Hindu Amlapura

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.47730/jurnallampuhyang.v4i1.137

Abstract

Penelitian bertujuan untuk: 1) mengetahui pengemponSanggah Luh, 2) mengetahui hak dan kewajiban laki-laki yang menikahi Luh/gadis dari keturunan Sanggah Luh, 3) mengetahui hubungan antara hak dan kewajiban sanggah Luh dengan Gender.Untuk menjawab atau memecahkan permasalahan tersebut maka metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah: Jenis Penelitian; Penelitian ini adalah termasuk dalam penelitian Kualitatif. Metode penentuan subjeknya adalah : Emperis. Subjek peneltiannya adalah semua krama desa Pakraman Lebah dan karena banyak subjek peneltian maka ditentukan sampel. Sampel yang digunakan adalah Purvusive Sampling. Metode pengumpulan datanya adalah: wawancara dan Pencatatan dokumen. Analisis data adalah Deskriftif dan induktif serta argumentatif.Dari analisis data, maka dapat disimpulkan hasil penelitian sebagai berikut :1) Pengempon dari sanggah Luh adalah semua daris garis keturunan Kumpi Ngatah dan kumpi Turut serta dari hasul pernikahan Luh/gadis yang nikah keluar garis keturuanan tetapi wajib menjadi pengempon di Sanggah Luh. 2) Hak dari Laki-laki yang menikahi gadis dari Sanggah Luh adalah 1) diberikan menggarap tanah pertanian yang dimiliki oleh keluarga istri, 2) diijinkan membangun rumah dilahan kelurga apabila suami sepakat, 3) Apabila ada Piodalan, krama mendapat bagian lungsuran Guling babi. Sedangkan kewajibannya adalah 1) Membayar peturunan pada saat piodalan dan pada saat membangun sanggah.2) ikut ngayah dalam membuat sanggah dan juga ngayah pada saat ada piodalan di Sanggah Luh.3) membuat banten untuk upacara di Sanggah Luh.3) ada hubungan antara hak dan kewajiban laki-laki yang menikahi gadis dari keturunan Sangah Luh dengan Gender.Para krama agar memperhatikan hukum adat yang berlaku di sanggah Luh dalam melaksanakan perkawinan agar tidak terjadi kesalahan di kemudian hari. Bagi Kantor Kementrian Agama RI dan PHDI agar selalu memberikan Dharma wacana yang ada kaitannya dengan perkawinan adan hukum adat.
Dinamika Penggunaan Busana Adat Ke Pura di Desa Peladung Kelurahan Padangkerta Kecamatan Karangasem Kabupaten Karangasem Ni Wayan Eka Wahyuni; I Wayan Dwija; I Made Regeg
LAMPUHYANG Vol 12 No 1 (2021)
Publisher : Lembaga Penjaminan Mutu STKIP Agama Hindu Amlapura

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan (1) bentuk busana ke Pura, (2)dinamika pengguaan busana adat ke Pura, dan (3) faktor yang mempengaruhi dinamikadalam penggunaan busana adat ke Pura yang digunakan oleh masyarakat Peladung dariperspektif ajaran Agama Hindu Penelitian ini adalah kualitatif, sumber data primer dansekunder. Intrunen penelitian berupa pedoman wawancara, dengan teknik penentuaninformen purpsive. Data dikumpulkan dengan teknik: wawancara, pencatatan dokumen,dan observasi. Temuan penelitian ini terkait bentuk busana ke pura adalah untuk priamengenakan pakaian yang terdiri dari ikat kepala (udeng), baju, kamen, kampuh (saput),serta selendang pengikat (umpal). Pakaian Adat untuk wanita pertama di pakaian yaitukebaya, kamen, senteng atau selendang, bulang pasang, sanggul, dan bunga sebagaipenghias rambut. Terjadi perubahan atau dinamika penggunaan busana adat ke Pura.Pemakaian khusus untuk pria menggunakan Baju, Pemakaian Kain (kamben), saput,destar/udeng, selendang (senteng/ubed-ubed/selmpot), khusus wanita diawali denganmenggunakan kebaya kamen. selendang/senteng. Faktor yang memengaruhi terjadinyadinamika penggunaan busana adat ke Pura yang digunakan oleh masyarakat DesaPeladung, Kelurahan Padangkerta, Kecamatan Karangasem, kabupaten Karangasem,yaitu faktor internal terdiri atas: tingkat bhakti dan faktor eksternal terdiri atas: orangtua, transformasi dan transisi budaya, globalisasi, ideologi pasar, dan media massa.