Claim Missing Document
Check
Articles

Found 7 Documents
Search

Peaceful End-of-Life-Care Program and Do Not Resuscitate (DNR) orders among nurses: A literature review M Sobirin Mohtar; Silvi Yanti; Fitri Yuliana
Malahayati International Journal of Nursing and Health Science Vol 5, No 1 (2022)
Publisher : Program Studi Ilmu Keperawata Fakultas Kedokteran Universitas Malahayati Bandar Lampung

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.33024/minh.v5i1.3482

Abstract

Background: One of the emergency cases that often occurs outside the hospital and is often found in the Emergency Room is heart disease which is the first leading cause of death in the world. When nurses apply Peacefulness and life care, that is, nurses are not maximal in providing services due to various factors including the work environment of the Emergency Room with urgent and crowded conditions.Purpose: To identify Peaceful End-of-Life-Care Program and Do Not Resuscitate (DNR) orders among nurses: A literature reviewMethod: This type of literature research or literature review is characterized by descriptive analysis, namely the regular breakdown of the data that has been obtained. The data used in this research is secondary data.Results: In the 10 articles found, there were 5 articles that stated that nurses carried out end-of-life actions peacefully to patients and families. From several reviews of end-of-life care articles, important factors in dying care are reducing pain, involving families in end-of-life care, providing empathy, respecting and respecting patient and family decisions, and respecting the rights of patients and families.Conclusion: Nurse's experience in the peaceful end of life for patients near death, resuscitation, and emergency services. Obtained good results and the peaceful end of life is carried out in patients well.
LABORATE TEST FOR FE LEVELS IN KELAKAI BISCUITS Febby Siharina; Fitri Yuliana; Agustinus Hermino S. Putra
SEAJOM: The Southeast Asia Journal of Midwifery Vol 6 No 2 (2020): SEAJOM: The Southeast Asia Journal of Midwifery
Publisher : AIPKIND (Asosiasi Pendidikan Kebidanan Indonesia)

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.36749/seajom.v6i2.127

Abstract

As one of the causes of anemia, iron deficiency must be overcome immediately, one of which is by finding taste-friendly food sources that can be consumed easily by anyone who is prone to anemia. This research was conducted in laboratory to determine the levels of iron in Kelakai biscuits which are assumed to be a source of food to treat anemia in adolescent girls or pregnant women. Qualitative and quantitative test were used to obtain the desired results. Based on the research results, it was found that each Kelakai biscuit contained an Fe level of 245 mg/g, which means that the formulation of the Kelakai biscuit could meet the daily needs of iron when consumed 3-4 chips per day based on the absorption of Fe in adults. Therefore, to further prove the effectiveness of these biscuits in preventing anemia, studies involving samples, either small or large scale, are highly recommended.
Herbal Extract Of Ginger And Honey To Acute Respiratory Infection In Toddler; Literature Review Esti Susilowati; Fitri Yuliana; Ali Rakhman Hakim
JKM (Jurnal Kebidanan Malahayati) Vol 8, No 4 (2022): Volume 8 No.4 October 2022
Publisher : Program Studi Kebidanan Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Malahayati

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.33024/jkm.v8i4.7989

Abstract

Latar Belakang: ISPA adalah penyebab utama morbiditas dan mortalitas pada balita. ISPA akan menyebabkan kematian pada bayi dan balita karena memiliki dampak pada gangguan fungsi pernapasan. Infeksi saluran pernafasan akut merupakan penyakit yang sering terjadi pada balita dengan kejadian tiga sampai enam kali dalam setahun. Pemberian herbal  tradisional sebagai terapi non farmakologi dapat digunakan sebagai terapi pendamping perawatan medis dalam menangani ISPA pada balita. Kandungan herbal jahe dan madu dikenal dapat menurunkan tingkat keparahan batuk di malam hari sehingga mengurangi gangguan tidur. Kualitas tidur yang baik dapat memperbaiki kondisi ISPA sehingga tidak terjadi komplikasi yang lebih buruk.Tujuan: Mengidentifikasi bukti ilmiah ekstrak herbal jahe dan madu terhadap ISPA pada Balita.Metode: Penelitian ini menggunakan pendekatan Literatur Review dengan mencari artikel pada database Pubmed, DOAJ, Google Scholar  dengan kata kunci “Balita, Jahe, Madu, dan ISPA” dan diperoleh 6 artikel yang sesuai dengan penilaian The JBI Critical Apprasial Tool.Hasil: Berdasarkan hasil penelitian bahwa hasil yang ditemukan dari enam (6) jurnal Internasional, 5 dengan metode RCT dan 1 menggunakan metode Quasi Eksperimen. terbukti dari 3 jurnal yang membenarkan bahwa jahe efektif dalam mengatasi batuk dan ISPA, dan 3 diataranya masih belum menemukan efek dari madu untuk penanganan ISPA pada balita. Dari hasil yang didapatkan Terapi non farmakologi pemberian jahe madu terbukti dapat menurunkan keparahan batuk serta meningkatkan kualitas tidur pada penderita ISPA.Kesimpulan: Ekstrak herbal jahe dan madu dapat mengurangi batuk maupun ISPA pada balita, terbukti dari 3 jurnal yang membenarkan bahwa jahe efektif dalam mengatasi batuk dan ISPA, dan 3 diataranya masih belum menemukan efek dari madu untuk penanganan ISPA pada balita.Saran: Diharapkan dapat digunakan sebagai obat herbal yang aman tanpa menimbulkan efek samping Kata Kunci: Balita, Ekstrak Herbal Jahe, Honey, ISPA ABSTRACT Background: Acute respiratory infections (ARI) is the main cause of morbidity and mortality in children under five. ARI will cause death in infants and toddlers because it has an impact on respiratory function disorders. Acute respiratory infection is a disease that often occurs in toddlers with an incidence of three to six times a year. The provision of traditional herbs as non-pharmacological therapy can be used as a complementary therapy for medical care in dealing with ARI in toddlers. The herbal content of ginger and honey is known to reduce the severity of coughs at night, thereby reducing sleep disturbances. Good sleep quality can improve the condition of ARI so that there are no worse complications.Purpose: Identify scientific evidence of herbal extracts of ginger and honey to ARI in toddlers.Method: This study uses a Literature Review approach by searching for articles in the Pubmed, DOAJ, Google Scholar databases with the keywords "Toddler, Ginger, Honey, and Acute Respiratory Infections" and obtained 6 articles that match the assessment of The JBI Critical Apprasial Tool.Results: Based on the results of the study that the results were found from six (6) international journals, 5 using the RCT method and 1 using the Quasi Experiment method. it is proven from 3 journals that confirm that ginger is effective in overcoming coughs and ARI, and 3 of them still have not found the effect of honey for handling ARI in toddlers. From the results obtained, non-pharmacological therapy with ginger honey has been shown to reduce cough severity and improve sleep quality in ARI patients.Conclusion: Ginger and honey herbal extracts can reduce coughs and ARI in toddlers, as evidenced by 3 journals that confirm that ginger is effective in treating coughs and ARIs, and 3 of them still haven't found the effect of honey for treating ARI in toddlers.Suggestion: It is hoped that it can be used as a safe herbal medicine without causing side effects Keyword: Acute Respiratory Infections, Extract of Ginger, Honey, Toddler
Analisis Kadar Surfaktan Anionik Pada Air Sungai Martapura Dengan Metode Spektrofotometri Visible Razmi Razmi; Tuti Alawiyah; Fitri Yuliana
Jurnal Pelayanan Kefarmasian dan Sains Vol 2 No 2 (2022): Journal of Pharmaceutical Care and Sciences (JPCS)
Publisher : LPPM Universitas Sari Mulia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.33859/jpcs.v2i2.152

Abstract

Latar Belakang : Surfaktan anionik berasal dari deterjen yang digunakan untuk mencuci pakaian di industri laundry. Hasil dari cucian menimbulkan dampak negatif yang menyebabkan adanya cemaran limbah di perairan sungai Martapura. Tujuan : Penelitian ini untuk melihat kadar surfaktan anionik serta membandingkan dengan literature dan melihat pengaruh pada jarak 100 meter, 200 meter dan 300 meter dari Industri laundry. Metode : Penelitian ini menggunakan jenis penelitian deskriptif dengan rancangan cross sectional. Populasi dan sampel yang digunakan yaitu limbah laundry di air Sungai Martapura diukur menggunakan metode Spektrofotometri Visible. Hasil : Berdasarkan hasil penelitian didapatkan kadar surfaktan anionik yang melebihi ambang batas yaitu pada jarak 100 meter sebesar 3,4 mg/l, jarak 200 meter sebesar 2,4 mg/l dan jarak 300 meter sebesar 1,6 mg/l sesuai dengan Peraturan Pemerintah No 82 tahun 2001 sebesar 0,2 mg/l. Terdapat pengaruh pada jarak 100 meter, 200 meter dan 300 meter dikarenakan semakin jauh jarak dari industri laundry maka akan semakin kecil konsentrasi yang didapat. Kesimpulan : Dari penelitian ini didapatkan nilai kadar surfaktan anionik dan adanya pengaruh pada jarak yang telah ditentukan. Kata Kunci : Kadar surfaktan anionik, Spektrofotometri Visible.
The Effectiveness Of Baby Hydrotherapy On The Quality Of Jaundice Baby’s Sleep Patterns; Literature Review Rabiatul Adawiah; Fitri Yuliana; Dede Mahdiyah
JKM (Jurnal Kebidanan Malahayati) Vol 9, No 2 (2023): Volume 9 No.2 April 2023
Publisher : Program Studi Kebidanan Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Malahayati

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.33024/jkm.v9i2.9808

Abstract

Latar Belakang: Masalah tidur yang terjadi pada bayi ikterus disebabkan karena kadar bilirubin yang tinggi dalam tubuh membuat sirkulasi darah tidak lancar, sistem saraf terganggu sehingga terjadinya penurunan kesadaran pada bayi, hal ini akan membuat bayi tidur terus menerus dan membuat tonus otot lemah yang bisa membuat bayi bahkan tidak dapat tidur sama sekali sehingga kebutuhan pola tidur terganggu, jika hal ini tidak dilakukan penanganan maka dapat mengakibatkan kerusakan bahkan kecacatan otak atau kern ikterus.Tujuan: Untuk mengetahui efektifitas terapi air yang akan diberikan untuk menangani gangguan tidur bayi ikterus.Metode: Metode yang digunakan yaitu pendekatan studi literature review dengan menggunakan 2 database (Portal Garuda dan Google Scholar). Penilaian dalam penelitian ini menggunakan The JBI Critical Appraisal Tools untuk mengkaji risiko bias dalam studi.Hasil: Hasil penelitian literature review berdasarkan dari 6 jurnal yang telah ditelaah bahwa terapi air atau baby hydrotherapy efektif terhadap kualitas tidur bayi ikterus bahkan dapat menurunkan kadar bilirubin yang berlebihan dalam tubuh bayi.Simpulan: Baby hydrotherapy merupakan terapi efektif yang dapat membantu meningkatkan kualitas tidur pada bayi ikterus, dikatakan efektif jika dilakukan pemberian dengan frekuensi 1-2 kali dalam seminggu selama 15 menit dengan menggunakan suhu air 36-38ºC. Kata Kunci : bayi, hydrotherapy, ikterus, kualitas pola tidur. ABSTRACT Background: Sleep problems that occur in jaundiced babies are caused by high levels of bilirubin in the body making blood circulation not smooth, the nervous system is disturbed so that there is a decrease in consciousness in the baby, this will make the baby sleep continuously and make muscle tone weak which can make babies can't even sleep at all so that the need for sleep patterns is disrupted, if this is not handled it can result in damage and even brain defects or kernicterus.Purpose: To determine the effectiveness of water therapy that will be given to treat sleep disorders in infants with jaundice.Method: The method used is a literature review study approach using 2 databases (Garuda Portal and Google Scholar). The assessment in this study uses The JBI Critical Appraisal Tools to assess the risk of bias in the study.Results: The results of a literature review research based on 6 journals that have been reviewed that water therapy or baby hydrotherapy is effective on the sleep quality of jaundiced babies can even reduce excessive bilirubin levels in the baby's body.Conclusion: Baby hydrotherapy is an effective therapy that can help improve sleep quality in jaundiced babies. It is said to be effective if given with a frequency of 1-2 times a week for 15 minutes using a water temperature of 36-38ºC. Keywords: baby, hydrotherapy, jaundice, quality of sleep patterns. 
Resiliensi pada Orang Tua yang Memiliki Anak dengan Acute Lymphoblastic Leukemia Umi Hanik Fetriyah; Fitri Yuliana; Ayu Susanti
Jurnal Keperawatan Vol 16 No 1 (2024): Jurnal Keperawatan: Maret 2024
Publisher : Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Kendal

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.32583/keperawatan.v16i1.1038

Abstract

Anak dengan Acute Lymphoblastic Leukemia (ALL) mengakibatkan morbiditas dan mortalitas yang tinggi. Pengobatan ALL membutuhkan waktu sangat lama dan menimbulkan efek samping. Kondisi inilah yang menyebabkan permasalahan fisik, psikologis sosial dan spiritual baik pada anak maupun orang tuanya. Orang tua semestinya memiliki resiliensi atau ketahanan diri dalam menghadapi masalah dan tekanan yang muncul selama merawat anak dengan ALL. Penelitian ini bertujuan mengidentifikasi resiliensi orang tua yang memiliki anak dengan Acute Lymphoblastic Leukemia dan karakteristik anak dan orang tua. Jenis penelitian kuantitatif desain cross-sectional, consecutive sampling. Sampel penelitian 60 orang tua yang memiliki anak dengan ALL dirawat di RSUD Ulin Banjarmasin. Pengumpulan data menggunakan kuesioner Corner Davidson Resilience Questionnaire memiliki validitas 0,30-0,70, reliabilitas 0,89, dan analisis data menggunakan uji univariate. Hasilnya sebagian besar anak berusia 0-5 tahun sebanyak 30 orang (50%), berjenis kelamin laki-laki sebanyak 39 orang (65%). Sebagian besar orang tua usia 30 - <40 tahun sebanyak 28 orang (46,67%), hubungan dengan anak yakni ibu sebanyak 48 orang (80%), tidak bekerja sebanyak 38 orang (63,33%) dan semuanya menikah (100%). Rata-rata resiliensi orang tua sebesar 73,75 dan sebagian kecil memiliki resiliensi rendah sebanyak 26 orang (43,33%). Perawat perlu mengkaji resiliensi dan faktor yang mempengaruhinya agar dpt segera dilakukan rencana intervensi yang tepat sehingga dpt meningkatkan kemampuannya dalam merawat anaknya.
Inovasi Pentol Ikan Patin Asap dengan Kelakai: Solusi Gizi Berbasis Lokal untuk Mengatasi Stunting Dede Mahdiyah; Putri Vidiasari Darsono; Fitri Yuliana; Dwi Sogi Sri Redjeki; Bayu Hari Mukti; Achmad Jaelani; Neni Widaningsih; Ilhamiyah Ilhamiyah
JURNAL PENGABDIAN AL-IKHLAS UNIVERSITAS ISLAM KALIMANTAN MUHAMMAD ARSYAD AL BANJARY Vol 10, No 3 (2024): AL-IKHLAS JURNAL PENGABDIAN
Publisher : Universitas Islam kalimantan MAB

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.31602/jpaiuniska.v10i3.16936

Abstract

Ikan patin merupakan sumber protein tinggi yang berlimpah di Indonesia, namun konsumsi di kalangan anak-anak masih rendah karena minimnya variasi olahan menarik. Untuk mengatasi masalah stunting yang masih tinggi di Indonesia, inovasi pentol ikan patin asap dengan daun kelakai (Stenochlaena palustris) diusulkan sebagai solusi gizi lokal. Tujuan dari program kosabangsa ini adalah meningkatkan akses pangan bergizi melalui produk inovatif yang disukai anak-anak. Metode pelaksanaan melibatkan identifikasi lokasi, pengumpulan data status gizi awal, penyusunan rencana kegiatan, pengembangan produk, serta pelatihan dan edukasi masyarakat mengenai cara pengolahan dan manfaat gizi produk. Produk dibuat dari ikan patin yang diasap dan dicampur dengan daun kelakai, yang dikenal kaya akan nutrisi dan serat. Hasil kegiatan menunjukkan peningkatan minat masyarakat, terutama ibu dan anak, dalam mengonsumsi produk berbasis ikan ini. Edukasi dan pelatihan juga meningkatkan pengetahuan peserta mengenai pentingnya protein hewani dan serat nabati untuk mencegah stunting. Kolaborasi lintas sektor memperkuat jaringan dukungan dan keberlanjutan program ini. Inovasi pentol ikan patin asap dengan kelakai efektif meningkatkan konsumsi pangan bergizi di masyarakat, dan dengan dukungan berkelanjutan dari pemerintah serta edukasi masyarakat, produk ini berpotensi berkontribusi pada penurunan angka stunting di Indonesia.