Claim Missing Document
Check
Articles

Found 4 Documents
Search

Social media addiction and stress among indonesian medical students in Banjarmasin Aldiya Jamila; Dwi Setyohadi; Sherly Limantara; Pagan Pambudi; Oski Illiandri
Jurnal Kedokteran Syiah Kuala Vol 21, No 2 (2021): Volume 21 Nomor 2 Agustus 2021
Publisher : Universitas Syiah Kuala

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24815/jks.v21i2.19603

Abstract

It has been known that some medical student has a high level of stress because of its academic burden. If it could not be well managed this will lead the student to bad academic achievement and academic failure. Many early student monitoring tool has been used to prevent student academic failure, however, there was no satisfying tool until its getting worse into academic failure. An academic supervisor needs to find a new tool to screen the stress level of a medical student at an early stage. Nowadays, social media can not be separated from student life. Some students had high social media activity and some not. Recent studies report that social media activity can reflect one’s mental health. However, the relation between social media addiction and mental health among medical students is still unknown. This study aimed to find a relation between student social media intensity and level of neuroticism in medical students. This study used a cross-sectional approach,  conducted on eighty-four students in medical school. Social Networking Time Use Scale (SONTUS) has been used to measure social media activity and Depression, Anxiety, and Stress Scale (DASS) was used to measure mental health. Data analyzed using the Spearman test. The results showed that 35.7% of respondents used social media with low intensity, 51.1% moderate intensity, 12% high intensity, and 1.2% very high intensity. The rate of depressive symptoms in 63% of respondents was in the normal range, 14.3% mild, 15.5% moderate, 4.8% severe, and 2.4% very severe. The level of anxiety symptoms in 31% of respondents was in the normal range, 12% mild, 29.8% moderate, 14.3% severe, and 13.1% very severe. The correlation between the intensity of social media use and the level of depressive symptoms is not significant (p=0.109; r=0.136), but significant with the level of anxiety symptoms (p=0.013; r=0.241). Base on the result, it was concluded that social media addiction is related to the high level of stress type of anxiety but not depression. Further research needs to be conducted with a more subject sample.
GAMBARAN KECENDERUNGAN DEPRESI KELUARGA PASIEN SKIZOFRENIA BERDASARKAN KARAKTERISTIK DEMOGRAFI DAN PSIKOSOSIAL Yudha Khusnia Rohmatin; Sherly Limantara; Syamsul Arifin
Berkala Kedokteran Vol 12, No 2 (2016)
Publisher : Fakultas Kedokteran Universitas Lambung Mangkurat

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (589.442 KB) | DOI: 10.20527/jbk.v12i2.1874

Abstract

Abstract: Depression is a serious mental health problem. Prevalence is estimated 5-10% per year. The presence of a schizophrenic family member is a known stressor which can cause chronic stress. Chronic stress are oftenly associated with depression. The goal of this study is to establish the depression likelihood of schizophrenia patient’s family based on demographic and psychosocial characteristics at Sambang Lihum Hospital, South Kalimantan. This study is a descriptive study, and the samples are obtained through non probability samplingand purposive sampling. Questionnaires are used to collect general data of schizophrenia patient’s family, Beck Deperession Inventory-II (BDI-II) dan Holmes and Rahe Life Stress Inventory (HRLSI).The results of this study shows the rate of depression based on severity, which are 54% normal, 22% mild, 19% moderate and 5% severe. Normal or depression-negative dominates the distribution in the 46-55 age range (early geriatrics) at 64%, lives in the city at 55,55%, male at 55,31%, high school education at 81,81%, socioeconomical status based on full-time occupation at 100%, and income > minimum wage at 63,33%, unmarried at 69,23%, first-degree relative at 59,25%, and mild stressful life events at 80,76%. Keywords: depression likelihood, schizophrenia patient’s family, demography, psychosocial stress Abstrak: Depresi merupakan masalah kesehatan yang cukup serius. Prevalensi depresi di dunia diperkirakan 5-10% per tahun. Memiliki anggota keluarga yang menderita skizofrenia merupakan suatu stressor yang mengakibatkan stres yang bersifat kronik. Peristiwa kehidupan yang berlangsung lama atau stres kronik lebih banyak dihubungkan dengan depresi. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui gambaran kecenderungan depresi keluarga pasien skizofrenia berdasarkan karakteristik demografi dan psikososial di RSJ Sambang Lihum Kalimantan Selatan. Metode penelitian yang digunakan adalah studi deskriptif. Pengambilansampeldilakukandengan metode non probability sampling melalui purposive sampling.Jumlah sampel adalah 100 responden. Instrumen yang digunakan berupa kuesioner yang memuat biodata umum keluarga pasien skizofrenia, Beck Deperession Inventory-II (BDI-II) dan Holmes and Rahe Life Stress Inventory (HRLSI). Hasil penelitian didapatkan kategori normal (tidak depresi) 54%, derajat depresi ringan 22%, derajat depresi sedang 19%dan derajat depresi berat 5%. Tidak depresi (normal) mendominasi distribusi pada usia 46-55 tahun (masa lansia awal) sebesar 64%, tempat tinggal di daerah kota sebesar 55,55%, jenis kelamin laki-laki sebesar 55,31%, tingkat pendidikan SMA sebesar 81,81%, status sosioekonomi berdasarkan aktivitas ekonomi bekerja penuh waktu sebesar 100% dan berdasarkan pendapatan >UMP sebesar 63,33%, status pernikahan tidak menikah sebesar 69,23%, status dalam keluarga saudara kandung sebesar 59,25%, peristiwa hidup stressful stres ringan sebesar 80,76%. Kata-kata kunci: kecenderungan depresi, keluarga pasien skizofrenia, demografi, stress psikososial
HUBUNGAN TINGKAT KECEMASAN TERHADAP IPK MAHASISWA PSKPS FK ULM Dewi Saptarina; Pandji Winata Nurikhwan; Didik Dwi Santoyo; Mohammad Bakhriansyah; Sherly Limantara
Homeostasis Vol 6, No 1 (2023)
Publisher : Universitas Lambung Mangkurat

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.20527/ht.v6i1.8800

Abstract

Kecemasan merupakan hal yang bisa terjadi karena adanya suatu respon terhadap berbagai kondisi. Kecemasan dapat terjadi akibat seseorang merasakan stres atau konflik sehingga terjadi perubahan keadaan dalam diri seseorang dan seseorang tersebut dituntut untuk dapat melakukan adaptasi, terutama perubahan-perubahan yang terjadi akibat pandemi virus Covid-19 yang dirasakan oleh seluruh masyarakat saat ini. Ketika menjalani pendidikan di kedokteran, banyak sekali tuntutan untuk memperoleh prestasi akademik yang baik agar dapat menjadi calon dokter yang bermutu tinggi. Mahasiswa pendidikan kedokteran diketahui memiliki tingkat penyebab stres yang cukup tinggi, sehingga stresor tersebut juga dapat mengakibatkan terjadinya kecemasan pada mahasiswa kedokteran. Penelitian ini merupakan studi cross-sectional. Metode penarikan sampel pada penelitian ini adalah total sampling. Pengumpulan data tingkat kecemasan dilakukan dengan menggunakan kuesioner Beck Anxiety Inventory (BAI) dan data IPK mahasiswa. Uji hipotesis yang digunakan adalah uji Spearman’s dengan nilai signifikansi p<0,05. Sampel penelitian yang didapatkan berjumlah 153 orang. Hasil penelitian didapatkan mahasiswa yang mengalami tingkat kecemasan rendah sebanyak 18%, tingkat kecemasan menengah 34% dan tingkat kecemasan tinggi 48%. Mahasiswa dengan nilai IPK<2,75 sebanyak 19 orang (12,4%) dan mahasiswa dengan IPK≥2,75 sebanyak 134 orang (87,6%). Berdasarkan uji Spearman’s didapatkan r value=-0,176. Kesimpulan penelitian ini adalah terdapat hubungan yang sangat lemah antara tingkat kecemasan dan IPK mahasiswa PSKPS FK ULM.
HUBUNGAN TINGKAT STRES TERHADAP NILAI UJIAN BLOK MAHASISWA PSKPS FK ULM Raditya Raditya; Pandji Winata Nurikhwan; Didik Dwi Sanyoto; Mohammad Bakhriansyah; Sherly Limantara
Homeostasis Vol 6, No 2 (2023)
Publisher : Universitas Lambung Mangkurat

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.20527/ht.v6i2.10005

Abstract

Mahasiswa adalah orang yang sedang menjalani proses pendidikan di perguruan tinggi. Ilmu pengetahuan dan teknologi berkembangan sangat pesat. Mahasiswa juga dituntut untuk mengikuti berkembangan tersebut dalam proses pendidikannya. Stres mahasiswa dapat disebabkan oleh faktor akademik dan non-akademik, seperti faktor persoalan dalam keluarga, faktor ekonomi, faktor tempat sosial dan lain-lain. Jika mahasiswa tidak dapat mengatasi stresnya dengan baik, hal ini akan mengakibatkan pengaruh terhadap hasil belajarnya. Stres merupakan suatu tekanan yang terasa pada diri seorang manusia. Stres pada seseorang mungkin disebabkan adanya konflik antara harapan dan kenyataan yang diinginkan seseorang, baik berupa jasmani maupun rohani. Pengumpulan data tingkat stres pada mahasiswa PSKPS FK ULM dilakukan dengan menggunakan kuesioner MSSQ (Medical Student Stressor Questionnaire) dan data nilai ujian blok mahasiswa PSKPS FK ULM. Penelitian ini merupakan studi cross-sectional. Metode penarikan sampael pada penelitian ini adalah stratified total sampling. Uji hipotesis yang digunakan adalah uji non-parametrik Spearman’s dengan nilai signifikansi p<0,01. Sampel penelitian berjumlah 141 orang. Hasil penelitian didapatkan mahasiswa yang mengalami tingkat stres ringan sebanyak 16%, tingkat stres sedang sebanyak 50%, tingkat stres berat sebanyak 31% dan stres sangat berat sebanyak 3%. Mahasiswa dengan nilai lulus ujian blok sebanyak 57% dan yang tidak lulus 43%. Berdasarkan uji Spearman’s didapatkan r = -0,251. Kesimpulan penelitian ini adalah terdapat hubungan yang lemah antara tingkat stres dan nilai ujian blok mahasiswa PSKPS FK ULM.Â