Claim Missing Document
Check
Articles

Found 3 Documents
Search

Perbandingan tingkat Caregiver burden pada ibu yang mengasuh pasien skizofrenia laki-laki dan perempuan Dianita Permatasari; Sakdiah Sakdiah; Zulfa Zahra
Jurnal Kedokteran Syiah Kuala Vol 20, No 1 (2020): Volume 20 Nomor 1 April 2020
Publisher : Universitas Syiah Kuala

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24815/jks.v20i1.18292

Abstract

Abstrak. Skizofrenia merupakan gangguan mental berat yang ditandai dengan gangguan yang mendalam pada proses berfikir, berbahasa, persepsi, dan pengalaman psikotik berupa mendengar suara-suara yang tidak lazim ataupun delusi. Sekitar 40-90% pasien skizofrenia hidup dengan caregiver yang biasanya ibu kandung yang mengasuh pasien tersebut. Skizofrenia tidak hanya berdampak pada pasien tetapi juga pada caregiver pasien tersebut. Dampak pada caregiver disebut caregiver burden yang dipengaruhi oleh beberapa faktor salah satunya adalah jenis kelamin pasien. Penelitian ini bertujuan mengetahui perbandingan tingkat caregiver burden pada ibu yang mengasuh pasien skizofrenia laki-laki dan perempuan. Desain penelitian ini adalah analitik cross sectional. Responden penelitian ini berjumlah 70 orang menggunakan metode accidental sampling. Data dianalisis menggunakan uji man whitney u . Penelitian ini memperoleh rentang tingkat caregiver burden  pada ibu yang mengasuh pasien skizofrenia laki-laki dalam tingkatan sedang sampai tinggi dengan rentang terbanyak adalah pada rentang tinggi (60%) dan rentang tingkat caregiver burden pada ibu yang mengasuh pasien skizofrenia perempuan dalam tingkatan rendah sampai dengan sedang dengan rentang terbanyak adalah pada rentang sedang (88,6%) menunjukkan p value 0,001. Kesimpulan dari penelitian, tidak terdapat perbandingan pada karakteristik demografi ibu yang mengasuh pasien skizofrenia dan terdapat perbandingan tingkat caregiver burden pada ibu yang mengasuh pasien skizofrenia laki-laki dan perempuan dimana tingkatan lebih tinggi pada ibu yang mengasuh pasien skizofrenia laki-laki.Kata Kunci : caregiver burden, caregiver, skizofreniaAbstract. Schizophrenia is a severe mental disorder characterized by profound disturbances in the process of thinking, language, perception, and psychotic experiences in the form of hearing unusual or delusional sounds. Approximately 40-90% of schizophrenic patients live with caregivers who are usually biological mothers for these patients. Schizophrenia not only affects patients but also the caregiver of these patients. The impact on caregiver is called caregiver burden which is influenced by several factors one of which is the sex of the patient. This study aims to compare the level of caregiver burden among mothers caring for male and female schizophrenic patients. The design of this study was cross sectional analytic. The number of respondents in this study were 70 people were taken using the accidental sampling method. Data were analyzed using the Whitney Man Test. This study obtained a range of caregiver burden levels for mothers who care for male schizophrenia patientsin moderate to high levels with the highest range is in the high range (60%)  and a range of caregiver burden levels for mothers who care for female schizophrenia patients in low to moderate levels with the highest range is in the moderate range (88,6%)  showing a p value of 0.001.  The conclusion of the study, there is no comparison on the demographic characteristics of mothers who care for schizophrenia patients and there is a comparison of the level of caregiver burden in mothers who care for male and female schizophrenic patients where the level is higher in mothers who care for male schizophrenic patients. Key Words : caregiver burden, caregiver, schizophrenia
Prevention of Mental Health Disorder among Adolescents during The COVID-19 Pandemic Khariri, Aqidah; Arya Ivan Mahendra; Maesarah; Nadhira Rahma Augustria; Rayhan Alma Shafannisa Heru; Zulfa Zahra
Jurnal Psikiatri Surabaya Vol. 11 No. 2 (2022): November
Publisher : Faculty of Medicine, Universitas Airlangga

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.20473/jps.v11i2.29688

Abstract

Introduction: The COVID-19 pandemic has negative impacts on mental health and is commonly found in adolescence. Mental health disorders, such as anxiety and depression, can increase the risk of many physical health problems and reduce performance in the work and social environments as well. Several studies about COVID-19 and anxiety showed that the younger population (especially young adults) tended to have more anxiety. When compared to the older population, the younger population also uses social media more often which can cause anxiety due to information overload and misinformation. Objective: This literature review is aimed to discuss further and broaden insight into the importance of mental health awareness and efforts to prevent mental health disorders among teenagers during the COVID-19 pandemic. Methods: Conduncting previous studies from PubMed and Google Scholar using these following keyword (mental health) AND (anxiety) AND (depression) AND (covid 19) AND (adolescents) by the journal publication filter for the last ten years. Results: Mental health promotions intend to increase an individual's mental capacity, overcome difficulties, and encourage someone to seek the necessary health help if they feel mental health disorder. It also promotes the prevention of stigma against mental disorders. In the COVID-19 pandemic. Conclusions: Understanding the symptoms and prevention of mental health disorders such as health promotion and protection from specific mental illnesses are becoming the primary prevention of mental health problems.
Hubungan antara Faktor Prediktor dengan Masalah Psikologis pada Pasien dengan Pengobatan Hemodialisa Riska Afrina; Zulfa Zahra; Pamungkas, Subhan Rio
Journal of Medical Science Vol 6 No 1 (2025): Journal of Medical Science
Publisher : LITBANG RSUDZA

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.55572/jms.v6i1.121

Abstract

Masalah psikologis seperti depresi dapat dijumpai pada pasien gagal ginjal kronik yang menjalani pengobatan hemodialisis. Kondisi ini bisa menimbulkan beberapa efek seperti ketidakpatuhan terhadap pengobatan, meningkatkan resiko rawat inap, menimbulkan beban pada caregiver, menurunkan kualitas hidup pasien bahkan beresiko lebih tinggi terhadap kematian. Beberapa penelitian sebelumnya di RSUD dr. Zainoel Abidin menunjukkan angka depresi pada pasien yang menjalani hemodialisa cukup tinggi. Ada beberapa faktor yang dapat memengaruhi terjadinya kondisi depresi tersebut. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara fator prediktor seperti kepribadian, mekanisme koping, dan persepsi dukungan sosial dengan masalah psikologis seperti depresi pada pasien hemodialisa di RSUD dr. Zainoel Abidin. Desain penelitian adalah analitik observasional dengan rancangan potong lintang (cross-sectional). Populasi adalah pasien gagal ginjal kronik yang menjalani hemodialisa. Teknik sampling menggunakan concecutive sampling selama periode Mei 2023 sampai Juli 2023, dan sampel berjumlah 88 responden. Variabel tergantung adalah depresi. Variabel bebas adalah kepribadian, mekanisme koping, dan persepsi dukungan sosial. Instrumen penelitian menggunakan kuisioner dan analisis data menggunakan uji Spearman. Hasil penelitian menunjukkan 64 responden tidak depresi (72,7%), 9 responden depresi ringan (10,2%), 7 responden depresi sedang (8%), 6 responden depresi parah (6,8%), dan 2 responden depresi sangat parah (2,3%). Uji Spearman menunjukkan adanya hubungan antara kepribadian dengan tingkat depresi (p value = 0,005). Kepribadian yang paling rentan mengalami depresi adalah tipe neuroticism, dimana sebanyak 50% dari kelompok kepribadian neuroticism menderita depresi yang sangat parah. Uji korelasi juga menunjukkan adanya hubungan antara kepribadian neuroticism dengan tingkat depresi (p value = 0,000). Penelitian juga menunjukkan adanya hubungan antara mekanisme koping dengan tingkat depresi (p value = 0,017). Pasien dengan strategi emotion-focused coping mengalami kecenderungan menderita depresi yang lebih tinggi. Kemudian juga didapatkan adanya hubungan antara persepsi dukungan sosial dengan tingkat depresi (p value = 0,015), dimana 33,3% pasien gagal ginjal kronik yang menjalani hemodialisa di RSUD dr. Zainoel Abidin yang mengalami tingkat depresi sangat parah berasal dari responden dengan persepsi dukungan sosial yang rendah.