Lely Safrina
Program Studi Psikologi, Fakultas Kedokteran, Universitas Syiah Kuala

Published : 3 Documents Claim Missing Document
Claim Missing Document
Check
Articles

Found 3 Documents
Search

OPTIMALISASI PELAYANAN KESEHATAN RSUDZA : INTEGRASI KESEHATAN FISIK DAN KESEHATAN MENTAL Lely Safrina
Jurnal Kedokteran Syiah Kuala Vol 16, No 1 (2016): Volume 16 Nomor 1 April 2016
Publisher : Universitas Syiah Kuala

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Abstrak. Integrasi pelayanan psikologi di pusat pelayanan kesehatan negara Barat telah dimulai sejak pertengahan tahun 1970. Integrasi ini terjadi karena beberapa alasan, salah satunya adalah peningkatan biaya penanganan kesehatan, yang telah mengarahkan untuk mencari alternatif-alternatif  bagi  the traditional health care system. Melihat pentingnya integrasi kesehatan antara kesehatan fisik dan kesehatan mental, untuk pelayanan kesehatan yang optimal bagi rakyat Aceh maka pada september 2013 Direktur RSUDZA (Dr. Syahrul, SpS (K)) membuka pelayanan psikologi pada klinik Gabungan Tujuan penelitian untuk menggambarkan dinamika pelayanan psikologi di RSUDZA guna menemukan berbagai tantangan dan hambatan demi peningkatan pelayanan yang optimal. Metode tulisan ini adalah laporan tertulis peneliti selama melakukan pelayanan di RSUDZA. Hasil analisa pelaksanaan kegiatan pelayanan psikologi menunjukkan bahwa belum termaksimalkannya pelayanan psikologi oleh pelayanan kesehatan fisik lainnya, seperti rendahnya angka rujukan bagi pasien penyakit kronis dan terminal kepada psikolog dari dokter spesialis lainnya. Permasalahan utama pelayanan psikologi yaitu belum adanya clinical pathway atau prosedur pelayanan psikologi di rumah sakit dalam  sistem kesehatan nasional. Namun, psikolog rumah sakit harus tetap berusaha lebih maksimal dalam  mempromosikan peran psikolog dan ilmu psikologi di pelayanan kesehatan kepada praktisi kesehatan lainnya, termasuk kepada pengambil kebijakan. (JKS 2016; 1:14-19)  Kata Kunci : Psikolog, layanan psikologi, layanan kesehatan Abstract. The integration of psychological services in health care system within western countries has  been developed since 1970. It happened because of several circumtances, for instance an inclined cost of health. Thus, it drove alternatives to revise the traditional health care system. The importance of integrated health between physical and mental in order to optimalize  health services within Aceh community, therefore the Director of Aceh Provincial Hospital (Dr.dr. Syahrul, SpS (K)) has been initiated psychological services on September 2013 along with some others physical health services in one clinic. The purpose  of this paper is to give an overview of dynamics in the psychological services to figure out various challenges and obstacles. This paper is adopted from author’s real experiences in the field for 2 (two) years of practice in the hospital (RSUDZA). The results indicate that psychological services are underused and not fully optimalized in terms of collaboration among  other physical services, such as minimum number of chronic and terminal patient referral to psychologist from other health professionals. In addition, psychology clinical pathway has not developed yet in Indonesian Health Care System that makes it the major problem for practioners. However, psychologists need to be more encouraging to advocate other professionals (including policy makers) in terms of promoting psychology field functions in health system. (JKS 2016; 1:14-19)Keyword : Psychologist, psychology services, health care servic
Developing Communication Book for Schizophrenia in Aceh: Prospects and Challenges Maya Khairani; Rizanna Rosemary; Risana Rachmatan; Lely Safrina
Jurnal Ilmu Perilaku Vol 5 No 1 (2021): Jurnal Ilmu Perilaku
Publisher : Universitas Andalas

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.25077/jip.5.1.76-91.2021

Abstract

he lack of media information about Schizophrenia in Aceh explains caregivers’ limited understanding of mental disorders. Research on patient discharge systems found that communication media about Schizophrenia were still limited, mostly in the form of posters, flyers, or booklets. There was no specific information about the mental illness needed by the family or caregivers after the patient's discharged from the hospital. This study aims to develop and test a communication medium that can support the recovery process of post-discharge patients from the Mental Health Hospital or Rumah Sakit Jiwa (RSJ) in Aceh. This action research was carried out through focus group discussions (FGDs), interviews, and surveys to health practitioners (mental health nurses, psychiatrists, psychologists, community leaders) and family or caregivers of Patients with Schizophrenia (PWS). The study found that messages about Schizophrenia which are developed through a community-based approach are likely to be better accepted than the expert-led information.
PERBEDAAN KESIAPAN MENIKAH PADA DEWASA AWAL DITINJAU DARI JENIS KELAMIN DI BANDA ACEH Sari Mawaddah; Lely Safrina; Marty Mawarpuri; Syarifah Faradina
Jurnal EMPATI Jurnal Empati: Volume 8, Nomor 1, Tahun 2019 (Januari 2019)
Publisher : Faculty of Psychology, Diponegoro University

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (346.191 KB) | DOI: 10.14710/empati.2019.23649

Abstract

Kesiapan Menikah adalah sebuah proses persiapan yang dilakukan oleh pasangan yang ingin menikah guna menghindari konflik serta mencapai pernikahan yang bahagia. Kesiapan menikah yang baik akan memengaruhi pada pernikahan yang dijalani dan mengurangi terjadi perceraian. Kesiapan menikah harus dilakukan oleh laki-laki dan perempuan guna mencapai kehidupan rumah tangga yang sejahtera. Perbedaan karakteristik sikap, dan pikiran antara laki-laki dan perempuan ikut berkontribusi dalam proses kesiapan menikah individu. Penelitian ini bertujuan untuk melihat perbedaan kesiapan menikah pada dewasa awal ditinjau dari jenis kelamin di Kota Banda Aceh. Penelitian ini adalah penelitian kuantitatif dengan jenis komparatif dengan kriteria dewasa awal usia 18-25 tahun  yang terdiri dari 155 subjek laki-laki dan 155 subjek perempuan. Sampel penelitian dipilih menggunakan teknik quota sampling, data dikumpulkan menggunakan skala kesiapan menikah yang dimodifikasi dari CMRQ (Criteria Marriage Readiness Questionare) yang disusun oleh Carroll, dkk (2009). Analisis data menggunakan teknik independent sample t-test, dengan hasil p=0,044 (p<0,05). Hal ini menunjukkan bahwa terdapat perbedaan kesiapan menikah antara laki-laki dan perempuan dewasa awal di Banda Aceh. Adapun kesiapan menikah cenderung lebih tinggi pada perempuan dari pada laki-laki dengan perbedaan yang sangat tipis.