p-Index From 2020 - 2025
1.116
P-Index
This Author published in this journals
All Journal Jurnal Teknik ITS
Putu Tantri Kumala Sari
Departemen Teknik Sipil Fakultas Teknik Sipil Dan Perencanaan Institut Teknologi Sepuluh Nopember

Published : 14 Documents Claim Missing Document
Claim Missing Document
Check
Articles

Found 14 Documents
Search

Land Stability at The Final Closing of Waste Final Disposal Supit Urang in Malang City Yustika Aristya Widyasari; I.D.A.A Warmadewanthi; Putu Tantri Kumala Sari
Jurnal Teknik ITS Vol 8, No 2 (2019)
Publisher : Direktorat Riset dan Pengabdian Masyarakat (DRPM), ITS

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (799.154 KB) | DOI: 10.12962/j23373539.v8i2.49665

Abstract

Amount of waste that enters waste final disposal (TPA) Supit Urang is 833.625 m3/day, with a gradual pile pattern up to ± 12 meters. From 2018 until 2020, new cell was being established. On 13th July 2018, landslide hit the active cell area so that it was necessary to close the landfill zone at the TPA. Based on this background, it is necessary to calculate the landfill stability in landfill management until the new cell is done. The stability calculation also anticipates the subgrade strength and remaining waste cell capacity. Research method was carried out by observing the amount of incoming waste, characteristics of waste at the TPA, topography measurement and the results of observations of subgrade strength. In determining the calculation of land stability analysis, Geo 5 program was used. For technical data, topographic measurement was conducted directly at the TPA and compared with existing topography obtained from secondary data. Based on the topography result, it will be determined the contour slice in the field and a total slice of landfill plan. The result of this study shows that the landfill stability depends on subgrade type and landfill structuring at the TPA.
Perbandingan Hasil Analisa Stabilitas Lereng 2D dan 3D terhadap Jumlah Kebutuhan Perkuatannya Nur 'Arfiati Shoffiana; Putu Tantri Kumala Sari; Yudhi Lastiasih
Jurnal Teknik ITS Vol 10, No 2 (2021)
Publisher : Direktorat Riset dan Pengabdian Masyarakat (DRPM), ITS

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.12962/j23373539.v10i2.65353

Abstract

Analisa stabilitas lereng umumnya dilakukan para perencana berdasarkan Limit Equilibrium Method (LEM) dua dimensi (2-D) karena kesederhanaannya. Pada analisa stabilitas lereng 2-D, bidang longsor yang terjadi diasumsikan memiliki panjang tidak terbatas atau menerus, kenyataannya longsor yang terjadi di lapangan seringkali tidak menerus dan setempat. Oleh karena itu, asumsi yang digunakan pada analisa stabilitas lereng 2-D menjadi kurang tepat dan kondisi tiga dimensi (3-D) menjadi lebih sesuai untuk digunakan saat perencanaan. Analisa stabilitas lereng 3-D telah diusulkan oleh berbagai peneliti sejak tahun 1960-an. Sebagian besar hasil penelitian sebelumnya menyatakan bahwa rasio faktor keamanan 3-D dan 2-D adalah lebih dari satu untuk tanah kohesif dan kurang dari satu untuk tanah non kohesif. Faktor keamanan akan mempengaruhi jumlah kebutuhan perkuatan lereng sehingga perbedaan faktor keamanan yang diperoleh dari analisa 2-D dan 3-D akan menyebabkan terjadinya perbedaan jumlah kebutuhan perkuatan yang diperoleh. Berdasarkan permasalahan diatas, maka dilakukan analisa perbandingan stabilitas lereng 2-D dan 3-D terhadap jumlah kebutuhan perkuatannya. Analisa stabilitas lereng 2-D dilakukan menggunakan metode LEM yaitu metode irisan biasa yang dikemukakan oleh Fellenius (1936). Sedangkan analisa stabilitas lereng 3-D dilakukan menggunakan perumusan yang dikemukakan oleh Hovland (1977). Metode ini memperluas metode irisan biasa (Fellenius, 1936) sehingga dapat dibandingkan dengan analisa stabilitas 2-D. Perbandingan jumlah kebutuhan perkuatan dalam research ini dilakukan menggunakan geotextile dengan Tult = 200 kN/m. Hasil yang diperoleh adalah pada tanah homogen, jumlah kebutuhan perkuatan dengan geotextile antara analisa 2D dan 3D relatif sama. Sedangkan untuk tanah heterogen jumlah kebutuhan perkuatan dengan geotextile antara analisa 2D dan 3D berbeda-beda. Pada kondisi tertentu, kebutuhan perkuatan 2D lebih besar daripada 3D dan pada kondisi tertentu lainnya kebutuhan perkuatan 2D lebih sedikit daripada 3D. Perbedaan jumlah kebutuhan perkuatan analisa 2D dan 3D adalah antara 1-8 lapis geotextile yang tergantung dari parameter tanah, kemiringan lereng, dan panjang bidang longsor.
Perencanaan Pondasi Jembatan dan Perbaikan Tanah untuk Oprit Jembatan Overpass Mungkung di Jalan Tol Solo-Ngawi-Kertosono STA 150+331 Prathiso Panuntun Unggul Listyono; Suwarno Suwarno; Putu Tantri Kumala Kumala Sari
Jurnal Teknik ITS Vol 6, No 1 (2017)
Publisher : Direktorat Riset dan Pengabdian Masyarakat (DRPM), ITS

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (996.671 KB) | DOI: 10.12962/j23373539.v6i1.21222

Abstract

Mainroad jalan Tol Solo-Ngawi-Kertosono pada STA 150+331 terdapat perencanaan jembatan overpass Mungkung. Oprit jembatan overpass Mungkung berdiri di atas tanah dasar lempung lunak, sehingga tanah dasar memiliki daya dukung yang rendah yang dapat mengakibatkan kelongsoran pada oprit timbunan dan memiliki kemampumampatan yang tinggi. Pada Penelitian ini struktur bawah jembatan overpass Mungkung direncanakan memiliki 3 buah pilar dan 2 buah abutment. Untuk oprit timbunan jembatan akan direncanakan metode perbaikan tanah dasar menggunakan preloading yang dikombinasikan dengan Prefabricated Vertical Drain (PVD) dan Prefabricated Horizontal Drain (PHD). Untuk perkuatan oprit akan direncanakan 2 alternatif perkuatan yaitu dengan geotextile wall atau sistem freyssisol. Pada tahap akhir dilakukan analisis perbandingan dari 2 alternatif untuk sistem perkuatan oprit jembatan. Dari hasil analisis didapatkan untuk alternatif 1 yaitu dengan geotextile walls diperoleh kebutuhan geotextile untuk H oprit 3 m – 8 m adalah 5 - 27 lapis. Pada perkuatan memanjang diperoleh kebutuhan geotextile sebanyak 27 lapis. Pada alternatif 2 yaitu dengan freyssisol diperoleh masing-masing kebutuhan paraweb straps untuk Tu 30 kN adalah 183,2 kg, untuk Tu 50 kN adalah 967,9 kg, dan untuk Tu 100 kN adalah 2587,1 kg. Untuk perkuatan memanjang diperoleh kebutuhan geotextile sebanyak 11 lapis. Dari kedua alternatif dipilih alternatif 1 karena ketersediaan material geotextile di Indonesia dan kemudahan mendapatkan material dibanding freyssisol yang harus diimpor dari luar Indonesia. Pondasi pilar 1 (pilar tengah) adalah tiang pancang dengan diameter 60 cm sebanyak 25 buah dan kedalaman tiang 27,5 m. Pondasi pilar 2 adalah tiang pancang dengan diameter 60 cm sebanyak 16 buah dan kedalaman tiang 27,5 m.Pondasi abutment adalah tiang pancang dengan diameter 60 cm sebanyak 24 buah dan kedalaman tiang 27,5 m.
Perbaikan Tanah Dasar Menggunakan Pre-Fabricated Vertical Drain Dengan Variasi Kedalaman Dan Perkuatan Lereng Dengan Turap Studi Kasus : Lapangan Penumpukan Peti Kemas, Pelabuhan Trisakti, Banjarmasin, Kalimantan Selatan Dofran Winner; Noor Endah; Putu Tantri Kumala Sari
Jurnal Teknik ITS Vol 6, No 1 (2017)
Publisher : Direktorat Riset dan Pengabdian Masyarakat (DRPM), ITS

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (1270.524 KB) | DOI: 10.12962/j23373539.v6i1.21866

Abstract

Metode perbaikan tanah dasar menggunakan preloading yang dikombinasikan dengan Pre-fabricated Vertical Drain (PVD) dipilih untuk proyek pengembangan lapangan penumpukan peti kemas di Pelabuhan Trisakti, Banjarmasin, Kalimantan Selatan. Selama masa preloading, ternyata kelongsoran selebar 37 meter terjadi di area penumpukan. Diketahui bahwa kelongsoran terjadi saat preloading setinggi 4,0 meter. Agar lapangan penumpukan dapat beroperasi kembali, diperlukan perencanaan untuk perkuatan lereng dan untuk menghilangkan pemampatan tanah dasar di area lapangan penumpukan. Perbaikan tanah dasar menggunakan preloading yang dikombinasikan dengan Pre-fabricated Vertical Drain (PVD) digunakan untuk Zona 3, 4, dan 5, dan perkuatan lereng dengan turap digunakan untuk Zona-1 dan Zona-2 yang merupakan bagian lereng dari lapangan penumpukan. Direncanakan PVD dipasang pada kedalaman yang berbeda: 1/3H, 2/3H, dan H (H adalah ketebalan lapisan tanah lunak) untuk melihat kondisi yang menghasilkan biaya paling murah. Dari hasil perencanaan yang dilakukan, diketahui bahwa turap yang digunakan adalah Corrugated Concrete sheet pile type W-600 A1000. Turap dipasang sedalam 18 meter di Zona-1 dan sedalam 22 meter di Zona-2; selain itu, angker dipasang pada turap untuk meningkatkan kekakuan turap. Hasil perencanaan juga menunjukkan bahwa biaya yang paling ekonomis adalah PVD dipasang sampai 2/3H di Zona-3, dan tanpa PVD di Zona-4 dan Zona-5. Total biaya konstruksi adalah sebesar Rp 843.106.053,00 untuk Zona-1 dan Zona-2; Rp 9.446.530.597,00 untuk Zona-3; Rp 1.869.613.200,00 untuk Zona 4; dan Rp 3.577.392.000,00 untuk Zona 5.
Alternatif Perkuatan Timbunan Existing Railway Track Sta 141+100 - 141+600 "Bojonegoro - Surabaya Pasar Turi" Yudha Pratama Narra Putra; Yudhi Lastiasih; Putu Tantri Kumala Sari
Jurnal Teknik ITS Vol 6, No 2 (2017)
Publisher : Direktorat Riset dan Pengabdian Masyarakat (DRPM), ITS

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (524.292 KB) | DOI: 10.12962/j23373539.v6i2.25873

Abstract

Padatnya lalu lintas kereta api di utara pulau jawa menyebabkan Pemerintah memrintahkan PT. KAI untuk membangun jalur rel ganda. Setelah beberapa hari pemasangan perkuatan di samping timbunan rel baru, terjadi tanda-tanda pergerakan tanah pada timbunan rel lama berupa tiang yang miring dan kelongsoran. Melihat kondisi lapangan maka PT. KAI juga meminta adanya uji stabilitas lereng pada timbunan rel lama. Dari hasil analisis tersebut diketahui bahwa SF di beberapa lokasi kurang dari 1, dimana kondisi ini menyebabkan terjadinya kelongsoran. Oleh karena itu, untuk mencegah kelongsoran dan mencegah kerusakan rel maka perlu direncanakan perkuatan timbunan rel lama tanpa membongkar rel yang sudah ada. Alternatif perkuatan yang direncanakan tidak boleh membongkar rel lama. Maka ditawarkan 4 alternatif yang pertama menggunakan perkuatan dengan cerucuk (micropile), timbunan tambahan (counterweight), dan turap beton (free standing dan berjangkar) di sisi timbunan rel lama. Pada tahap akhir dilakukan analisis perbandingan biaya material antara 4 alternatif untuk system perkuatan timbunan. Dari hasil analisis keempat perkuatan, diketahui alternatif pertama yaitu menggunakan cerucuk Prestressed Concrete Spun Pile diameter 300 mm dari PT Wijaya Karya Beton. Untuk zona 1 kedalaman cerucuk 10 m dengan jarak 1 m dan berjumlah 603 buah. Untuk zona 2 dan zona 3 kedalaman cerucuk 10 m, jarak 1 m dan jumlah 300 buah. Alternatif kedua menggunakan counterweight sebanyak 4256 m3 pada zona 1, 2430 m3 pada zona 2 dan 2162 m3 pada zona 3. Alternatif perkuatan ketiga menggunakan turap beton freestanding Corrugated Type W600 A1000 sedalam 21m untuk ketiga zona. Alternatif keempat turap berjangkar dengan teknik grouting menggunakan turap beton Corrugated Type W400 A1000 sedalam 10 m, diameter baja angker berukuran 6 cm panjang 7.5 m, dan beton grouting fc’ 50 Mpa diameter 0.3 m tinggi 1 m di ketiga zona. Dilihat dari biaya material yang ekonomis maka dipilih perkuatan cerucuk (micro pile) dengan total biaya material yang dibutuhkan pada zona 1 adalah Rp 223.688.434, untuk zona 2 adalah Rp 111.287.778, dan untuk zona 3 Rp 111.287.778. Jumlah semua biaya material cerucuk adalah Rp 446.263.990.
Analisa Stabilitas Timbunan Jalan Berdsarkan Instrumen Geoteknik pada Proyek Pembangunan Relokasi Jalan Tol Surabaya–Gempol, Paket 3A STA 40+950 – 42+200: Ruas Porong – Gempol Nurul Nisaqolifatul Uyun; Noor Endah; Putu Tantri Kumalasari
Jurnal Teknik ITS Vol 6, No 2 (2017)
Publisher : Direktorat Riset dan Pengabdian Masyarakat (DRPM), ITS

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (475.131 KB) | DOI: 10.12962/j23373539.v6i2.26244

Abstract

Jalan tol Porong – Gempol adalah merupakan relokasi jalan akibat lumpur lapindo. Dalam proyek pembangunan jalan tol ini terdapat 2 paket pekerjaan yaitu paket 3A dan 3B. Pada tahun 2014 terjadi kelongsoran tanah timbunan pada paket 3B. Dengan adanya kejadian kelongsoran tersebut dikhawatirkan akan terjadi kelongsoran serupa pada tanah timbunan paket 3A mengingat tinggi timbunan pada pekerjaan paket 3A maupun 3B yang hampir sama dan dibangun pada kondisi tanah dasar lunak. Dalam studi ini dilakukan analisa stabilitas timbunan menggunakan program bantu, analisis kelongsoran dengan data instrumen geoteknik (inclinometer, pneumatic piezometer, dan settlement plate) dan perencanaan perkuatan menggunakan sheet pile dan micropile. Berdasarkan hasil analisis instrumen geoteknik yang dilakukan, pemampatan pada tanah dasar di bawah tanah timbuanan paket 3A sudah dapat dikatakan selesei dengan derajat konsolidasi lebih dari 90%; jadi kondisi timbunan pada paket 3A dapat dikatakan stabil dan tidak ada bahaya longsor. Akan tetapi hasil analisa stabilitas timbunan dengan menggunakan program bantu menunjukkan nilai SF 0,898 yang berarti kurang dari SF rencana atau dalam kondisi tidak aman. Oleh karena itu timbunan pada paket 3A direncanakan untuk diberi perkuatan dengan menggunakan sheetpile tipe W-500-A-1000 sebanyak 5 buah sedalam 13 m atau micropile diameter 600 mm sebanyak 5 buah sedalam 13 m.
Perencanaan Struktur Bawah Dan Approach Jembatan Joyoboyo Surabaya, Jawa Timur Indra Giri Angga Kusuma; Yudhi Lastiasih; Putu Tantri Kumala Sari
Jurnal Teknik ITS Vol 8, No 1 (2019)
Publisher : Direktorat Riset dan Pengabdian Masyarakat (DRPM), ITS

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (385.417 KB) | DOI: 10.12962/j23373539.v8i1.38972

Abstract

emerintah Surabaya berencana membangun jembatan baru yang menghubungkan Jalan Raya Wonokromo ke bangunan Terminal Joyoboyo yang kelak akan berfungsi juga sebagai park and ride untuk angkutan masal cepat (trem). Jembatan baru yang direncanakan adalah Jembatan Joyoboyo. Jembatan Joyoboyo merupakan jembatan yang mempunyai dua jalur. Tiap jalur mempunyai 2 lajur dengan lebar lalu lintas 20 m yang terdiri dari lebar jalan 4 m dan bahu jalan 3 m pada tiap sisi. Jembatan ini dibangun diatas sungai Surabaya. Jembatan ini direncanakan memiliki panjang 130 meter dan menggunakan struktur utama berupa cable stay yang menumpu pada dua abutmen. Pada pangkal jembatan sisi kanan terdapat rencana oprit jembatan dengan timbunan tertinggi sebesar 3,5 meter. Jembatan ini dibangun di atas tanah dengan kedalaman tanah keras berada di kedalaman 16 m. Kondisi tanah dasar dilapangan sangat mempengaruhi daya dukung tanah untuk menerima beban sehingga pada perencanaan struktur bawah dan approach jembatan ini perlu adaanya perencanaan yang tepat untuk menentukan alternatif perencanaan yang efektif dan efisien. Makalah kali ini membahas tentang perencanaan struktur bawah meliputi perencanaan abutmen dan pondasi tiang pancang serta akan menganalisa 2 alternatif perencanaan perkuatan tanah yaitu penggunaan geotextile wall dan penggunaan geogrid kombinasi dengan keystone-wall. Kemudian dari hasil analisa perhitungan perencanaan dinding penahan tanah didapatkan hasil bahwa perencanaan oprit menggunakan alternatif pertama memerlukan biaya material total sebesar Rp 755.234.150,00 dan untuk alternatif kedua memerlukan biaya material total sebesar Rp 721.376.150,00. Untuk perencanaan abutment direncanakan abutment dengan tinggi 4 meter dan pilecap berukuran 6 meter x 20 meter dan ditopang oleh 30 buah pondasi tiang pancang, dimana pondasi tiang pancang yang digunakan berdiameter 50 cm sedalam 27 m.
Perencanaan Pondasi Bored Pile dan Secant Pile pada Basement Sebagai Alternatif Perencanaan Eksisting di Apartemen Tamansari Emerald Citraland Surabaya Diaz Rachma Isnaeni; Herman Wahyudi; Putu Tantri Kumala Sari
Jurnal Teknik ITS Vol 9, No 2 (2020)
Publisher : Direktorat Riset dan Pengabdian Masyarakat (DRPM), ITS

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.12962/j23373539.v9i2.52696

Abstract

Apartemen Tamansari Emerald berada di jalan Emerald Mansion TX 3 Citraland, Surabaya dan terdiri atas 41 lantai dan 1 lantai basement. Pondasinya menggunakan raft foundation dengan pondasi tiang tipe spun pile berdiamter 60 cm. Adapula dinding penahan tanah pada basement ditanam sedalam 3,55 meter dengan tebal 25 cm. Jenis tanah pada apartemen ini dominan lempung yang memiliki potensi kembang susut dan muka air tanahnya berada pada -0,5 meter dari muka tanah. Demi mendapatkan perencanaan terbaik, dilakukan evaluasi eksisting dan perencanaan alternatif untuk pondasi dan dinding penahan tanah. Berdasarkan hasil evaluasi eksisting diketahui bahwa pondasi eksisting memiliki hasil yang kurang memuaskan dari segi aksial. Sedangkan pada dinding penahan tanah, semua aspek sudah memuaskan. Perencanaan alternatif pondasi dengan tipe bored pile berdiameter 80 cm direncanakan panjang penanaman tiang -60 m dari permukaan tanah untuk area tower dengan tebal dasar basement 3,95 meter. Pada area podium panjang penanaman tiang -46,5 m (pilecap tipe C-K) dan –40 m (pilecap tipe L) dari permukaan tanah dengan tebal pilecap 1,2 meter. Lalu, hasil perencanaan alternatif konstruksi penahan tanah dengan secant pile digunakan diameter primary pile 0,8 m dan secondary pile 1 m dengan panjang total 12,65 m. Berdasarkan analisis volume material, didapatkan kebutuhan volume alternatif pondasi bored pile sebesar 317,179 m3 untuk besi tulangan dan 27581,860 m3 volume beton, serta struktur dinding penahan tanah eksisting dengan volume material besi tulangan 9,895 m3 dan volume beton 280,260 m3. Hal tersebut menjadikan perencanaan alternatif bored pile dan dinding penahan tanah eksisting merupakan perencanaan terbaik.
Perencanaan Timbunan dan Perbaikan Tanah Dasar pada Proyek Jalan Tol Balikpapan - Samarinda STA 9+550 s/d STA 9+850 Savira Sanya Kirana Aswanda; Suwarno Suwarno; Putu Tantri Kumala Sari
Jurnal Teknik ITS Vol 9, No 2 (2020)
Publisher : Direktorat Riset dan Pengabdian Masyarakat (DRPM), ITS

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.12962/j23373539.v9i2.54285

Abstract

Demi mewujudkan perkembangan ekonomi, Pemerintah Indonesia membangun jalan tol Balikpapan – Samarinda sepanjang 97,99 km. Tanah dasar pada lokasi proyek jalan tol Balikpapan – Samarinda tersebut cenderung merupakan tanah keras. Namun, pada lokasi tertentu terdapat tanah lunak dengan kedalaman yang cukup dalam mencapai 22,5 m s/d 24 m yaitu pada STA 9+550 s/d STA 9+850. Pada STA 9+550 s/d STA 9+850 ini akan dilakukan pekerjaan penimbunan jalan dengan ketinggian timbunan 5 – 8 m. Dalam tugas akhir ini direncanakan dua alternatif material timbunan, yaitu material tanah dan material EPS geofoam. Untuk timbunan tanah dilakukan perbaikan tanah dengan metode preloading yang dikombinasikan dengan PVD. Pada timbunan tanah juga diperlukan perkuatan agar timbunan tidak mengalami kelongsoran. Terdapat dua alternatif perkuatan yang digunakan pada tugas akhir ini, yaitu geotextile dan micropile. Dari hasil analisis dapat diketahui kebutuhan setiap material sehingga dapat dihitung total biaya untuk setiap alternatif. Kemudian dapat dipilih alternatif yang paling ekonomis yaitu alternatif timbunan tanah yang dikombinasikan dengan PVD dengan digunakan perkuatan tanah geotextile.
Perencanaan Pondasi Tiang Lekatan pada Gedung Tingkat 3 s/d 5 di Atas Tanah Lunak yang Tebal dengan Ketentuan Penurunan Merata dalam Jangka Panjang Widya Indriyani Manurung; Indrasurya Budisatria Mochtar; Putu Tantri Kumala Sari
Jurnal Teknik ITS Vol 9, No 2 (2020)
Publisher : Direktorat Riset dan Pengabdian Masyarakat (DRPM), ITS

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.12962/j23373539.v9i2.58744

Abstract

Di Banjarmasin, bangunan-bangunan berlantai dua yang menggunakan pondasi friction pile masih berdiri tetap tetapi banyak bangunan berlantai tiga s/d lima mengalami differential settlement jika menggunakan pondasi end bearing pile pada bangunan tingkat tiga s/d lima, biaya pondasi tiang akan lebih mahal dibandingkan biaya konstruksi karena pondasi tiang mencapai tanah keras. Pada studi ini, dilakukan perencanaan pondasi friction pile yang dapat menjamin penurunan merata pada bangunan tingkat tiga s/d lima dengan kondisi tanah lunak yang tebal menggunakan metode P-Z curve. Perencanaan pondasi tersebut akan dibandingkan dengan metode konvensional, yaitu pondasi end bearing pile. Dari hasil perencanaan didapatkan suatu kesimpulan bahwa perencanaan pondasi friction pile lebih efektif dibandingkan dengan perencanaan pondasi end bearing pile dimana pondasi friction pile sudah memperhitungkan penurunan merata (tidak terjadi differential settlement) sehingga juga kuat untuk menahan gedung tingkat tiga s/d lima. Pondasi end bearing pile kuat juga untuk menahan gedung tersebut tetapi dalam segi biaya, perencanaan pondasi friction pile lebih hemat daripada perencanaan end bearing pile. Untuk jumlah dan kedalaman tiang dari hasil perencanaan pondasi friction pile pada gedung tingkat tiga s/d lima berturut-turut adalah 14m;116 buah, 18m;149 buah, dan 24m;198 buah sedangkan untuk pondasi end bearing pile pada gedung tiga s/d lima berturut-turut adalah 40 m;116 buah, 40m;149 buah, dan 40m;198 buah.