Claim Missing Document
Check
Articles

Found 16 Documents
Search

Desain Sistem Pendingin Ruang Muat Kapal Ikan Tradisional dengan Menggunakan Campuran Es Kering dan Cold Ice yang Berbahan Dasar Propylene Glycol Mas Alamil Huda; Alam Baheramsyah; Beni Cahyono
Jurnal Teknik ITS Vol 2, No 1 (2013)
Publisher : Direktorat Riset dan Pengabdian Masyarakat (DRPM), ITS

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (113.26 KB) | DOI: 10.12962/j23373539.v2i1.3155

Abstract

Penanganan ikan hasil perikanan supaya tetap segar biasanya menggunakan es basah, terutama oleh nelayan tradisional. Penggunaan es basah hanya bertahan dalam waktu singkat. Propylene glycol merupakan salah satu bahan yang mampu menjaga kestabilan suhu rendah. Sehingga sangat efektif dan efisien apabila digunakan sebagai bahan pendingin ikan. Selain tidak membutuhkan tempat yang luas dalam penyimpanannya, propylene glycol mampu mempertahankan suhu rendah dalam waktu yang lama, tidak beracun dan mudah didegradasi oleh lingkungan (ramah lingkungan). Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui lama waktu yang dicapai alat pendingin dengan penambahan uap es kering dan propylene glycol. Serta mengetahui mutu ikan dengan menggunakan sistem pendingin yang dirancang dengan bahan dasar propylene glycol. Sistem pendingin ini dirancang dengan menggunakan cool box yang terdiri dari dua box yang terpisah. Coolbox yang pertama sebagai tempat ikan dengan es basah. Coolbox yang ke dua (yang lebih kecil) sebagai tempat es kering dan propylene glycol. Uap dingin dari es kering dan propylene glycol dialirkan ke kotak yang pertama dengan menggunakan blower. Sistem pendingin yang dirancang ini akan mampu mempertahankan suhu rendah dan menjaga kualitas ikan hasil tangkapan tetap segar. Sehingga sistem pendingin yang berbahan dasar propylene glycol akan lebih efektif, efisien dan ramah lingkungan.
Desain Sistem Pendingin Ruang Muat Kapal Ikan Tradisional Menggunakan Es Kering dengan Penambahan Campuran Silika Gel Djoko Tri Ismanto; Taufik Fajar Nugroho; Alam Baheramsyah
Jurnal Teknik ITS Vol 2, No 2 (2013)
Publisher : Direktorat Riset dan Pengabdian Masyarakat (DRPM), ITS

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (954.555 KB) | DOI: 10.12962/j23373539.v2i2.4922

Abstract

Proses pendinginan dengan menggunakan es basah sebagai media pendinginan  hanya bertahan dalam waktu singkat (35 jam). Penambahan  campuran silica gel  merupakan salah satu alternatif bahan refrigerant (pendingin). Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui lama waktu yang dicapai alat pendingin dengan penambahan uap es kering dan campuran silika gel . Sistem pendingin ini dirancang dengan menggunakan cool box pertama sebagai tempat ikan dengan es basah dan coolbox kedua sebagai tempat es kering dan campuran silika gel tersebut . Uap dingin yang keluar dari es kering dan campuran silica gel dialirkan ke kotak yang pertama dengan menggunakan blower. Silika gel  mampu mempertahankan suhu rendah dalam waktu yang lama akan tetapi kurang stabil. Suhu terendah (-2°C) dicapai pada menit ke-1950 hingga menit ke-2610, dengan rentang waktu pendinginan total adalah 8310 menit atau setara dengan ( 138 jam 30 menit).
Studi Perencanaan Jacketed Storage System Memanfaatkan CO2 Cair Sebagai Refrigeran Bravo Yovan Sovanda; Alam Baheramsyah
Jurnal Teknik ITS Vol 2, No 3 (2013)
Publisher : Direktorat Riset dan Pengabdian Masyarakat (DRPM), ITS

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (834.344 KB) | DOI: 10.12962/j23373539.v2i3.5241

Abstract

Salah satu faktor yang mempengaruhi harga jual ikan adalah kualitas dan kesegaran ikan. Perlakuan dan penangan terhadap ikan baik selama pelayaran ataupun pasca panen menjadi hal yang sangat penting. Ikan harus terjaga pada suhu yang tepat agar kualitas ikan tetap terjaga dengan baik. Cara yang paling mudah dilakukan ketika penyimpanan adalah dengan mendinginkan ikan. Dari kesekian banyak teknik pendinginan ikan, metode pendinginan menggunakan crushed ice adalah yang paling sering digunakan. Namun, sejatinya, metode ini dinilai kurnag efektif karena sifat es basah yang tergolong cepat mencair. Sehingga perlu adanya inovasi dalam pendinginan ikan. Salah satunya adalah dengan menggabungkan CO2 cair dengan es basah. Selain itu, juga perlu memodifikasi palka ikan (cold storage). Dalam penelitian ini, didapatkan jumlah es basah yang lebih sedikit, yaitu 3,9 ton es dan 274,5 kg CO2 cair selama empat hari pelayaran, untuk 15 ton ikan. Biaya yang dikeluarkan per bulan juga jauh lebih hemat, yaitu mencapai 54,41 % jika dibandingkan dengan metode pendinginan hanya menggunkan es basah.
Modifikasi Coolbox Dengan Insulasi Pendinginan Freon Pada Ruang Muat Kapal Ikan Tradisional Indraswara Dinda Putra; Alam Baheramsyah
Jurnal Teknik ITS Vol 3, No 1 (2014)
Publisher : Direktorat Riset dan Pengabdian Masyarakat (DRPM), ITS

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (351.081 KB) | DOI: 10.12962/j23373539.v3i1.6042

Abstract

Mutu ikan merupakan faktor yang sangat penting agar harga jualnya tetap tinggi. Untuk itu perlu proses pendinginan yang tepat. Pada penelitian sebelumnya telah dimodifikasi bentuk coolbox dengan insulasi pada dindingnya. Pada penelitian ini memodifikasi coolbox dengan insulasi pendinginan freon demi mendapatkan kualitas ikan yang semakin baik dari penelitian sebelumnya. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh insulasi pendinginan freon terhadap waktu dan temperatur pendinginan. Untuk itu perlu dilakukan percobaan yang kombinasinya disesuaikan dengan penelitian sebelumnya. Hasil percobaan yang telah dilakukan, didapatkan bahwa total waktu pendinginan yaitu 7221 menit (120 jam 21 menit) dengan suhu terendah hingga mencapai -3oC pada kombinasi 95 kg ikan : 60 kg es basah : 35 kg es kering dengan insulasi freon. Untuk waktu pendinginan terbaik -2oC sampai 5oC sebesar 4445menit (74 jam 5 menit) berlangsung lebih lama dibanding penelitian sebelumnya. 95 kg ikan : 60 kg es basah : 35 kg es kering dengan insulasi pendinginan freon. Sehingga dapat disimpulkan bahwa insulasi freon berpengaruh besar terhadap waktu dan suhu pendinginan
Desain Sistem Spray RSW (Refrigerated Sea Water) Untuk Ruang Palka Kapal Purse Seine 40 GT Mochammad Andhik Kurniawan; Alam Baheramsyah
Jurnal Teknik ITS Vol 3, No 1 (2014)
Publisher : Direktorat Riset dan Pengabdian Masyarakat (DRPM), ITS

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (647.932 KB) | DOI: 10.12962/j23373539.v3i1.6044

Abstract

Pendinginan dengan menggunakan es basah merupakan metode pendinginan yang banyak digunakan pada nelayan dewasa ini. Tetapi sifat es basah yang mudah mencair merupakan kendala bagi nelayan. Perlu adanya teknologi pendinginan ikan yang mampu digunakan dengan jangka waktu yang lama. Sistem pendingin RSW (refrigerated Sea Water) merupakan perkembangan teknologi pendinginan dari es basah. Bisa dibilang RSW merupakan sistem pendinginan yang terus akan bisa mendinginkan selama persediaan bahan bakar sumber listrik bisa tersuplai. Tapi Sistem RSW bukan tanpa kelemahan, sering kali rasa asin pada ikan yang timbul terasa berlebihan untuk ikan yang berdimensi kecil. Sistem RSW yang metode pendinginannya dengan mencelupkan ikan ke palka berisi air laut dingin menyebabkan konsentrasi garam masuk dalam pori-pori ikan cukup banyak. Solusi yang bisa dibuat untuk memecahkan masalah tersebut yaitu dengan inovasi dan perkembangan teknologi dengan menggunakan sistem spray RSW. Jika menggunakan es basah, maka membutuhkan perbandingan ikan : air laut : es basah sekitar 4 : 1 : 1,5. Sehingga didapatkan payload sekitar 5,95 ton. Sedangkan pada sistem pendinginan spray RSW, didapatkan payload sebesar 9,68 ton lebih unggul sekitar 39%. Pada sistem spray RSW yang didesain memiliki daya kompresor sebesar 2,2 kW.
Analisa Teknis Pemakaian Kombinasi Lampu Metal Halide Dan Led Sebagai Pemikat Ikan Pada Kapal Pukat Cincin (Purse Seine) Dan Pengaruhnya Terhadap Konsumsi Bahan Bakar Genset Septian Ragil Wibisono; Alam Baheramsyah
Jurnal Teknik ITS Vol 5, No 2 (2016)
Publisher : Direktorat Riset dan Pengabdian Masyarakat (DRPM), ITS

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (223.94 KB) | DOI: 10.12962/j23373539.v5i2.19273

Abstract

Saat ini lampu Metal Halide dipakai sebagai pemikat ikan  oleh nelayan Purse Seine. Peggunaan lampu tersebut memerlukan daya Genset yang besar karena satu lampu Metal Halide berdaya 1500 Watt. Semakin banyak lampu Metal Halide yang digunakan semakin besar pula konsumsi bahan bakar Genset. Dalam upaya penghematan energi bahan bakar maka digunakan lampu LED sebagai alternatif pemikat ikan. Lampu LED dikenal sebagai lampu yang hemat energi. Penelitian ini ditujukan untuk mengetahui dan membandingkan konsumsi bahan bakar Genset saat menggunakan kombinasi lampu Metal Halide dan LED. Penelitian ini dilakukan dengan mengambil data konsumsi bahan bakar Genset untuk menyalakan sejumlah lampu Metal Halide dan lampu LED, kemudian dilakukan analisa regresi untuk mendapatkan model persaamaan konsumsi bahan bakar Genset. Selanjutnya dilakukan ekstrapolasi untuk memprediksi konsumsi bahan bakar saat Genset dengan jumlah lampu tertentu. Hasilnya dengan besar fluks cahaya yang hampir sama, saat penggunaan 6 lampu Metal Halide konsumsi bahan bakar sebesar 13.606,03 liter, dan saat menggunakan kombinasi lampu 1 Metal Halide dan 25 lampu LED konsumsi bahan bakar sebesar 13.255,63 liter, yang artinya terjadi penghematan bahan bakar sebesar 2,58%.
Desain Alternatif Sistem Ventilasi Udara pada Ruang Muat Kapal Pengangkut Ternak dengan Menggunakan Two-wheel Desiccant Hadits Shofar Fauzi; Alam Baheramsyah
Jurnal Teknik ITS Vol 5, No 2 (2016)
Publisher : Direktorat Riset dan Pengabdian Masyarakat (DRPM), ITS

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (894.005 KB) | DOI: 10.12962/j23373539.v5i2.19376

Abstract

Sebagai sarana transportasi yang memuat makhluk hidup berupa hewan ternak, kapal pengangkut ternak membutuhkan desain sistem ventilasi khusus pada ruang muat guna menjaga agar hewan ternak terhindar dari heat stress akibat temperatur dan rasio kelembaban yang tinggi. Salah satu upaya untuk menghindari rasio kelembaban yang tinggi adalah memberikan suplai udara kering dengan menggunakan desiccant. Tujuan skripsi ini adalah merencanakan alternatif sistem ventilasi dengan two-wheel desiccant melalui analisa perhitungan terhadap penurunan rasio kelembaban udara setelah melewati dua rotor desiccant serta pemenuhan kebutuhan alat pemanas dan sistem pendinginnya menggunakan panas gas buang dan air kondensat mesin AC. Dari hasil analisa didapatkan hasil bahwa untuk memberikan suplai udara pada ruang muat sebesar 41221 m3/h, diperoleh spesifikasi dua rotor desiccant yang memiliki diameter 2190 mm dengan ketebalan 200 mm untuk menurunkan rasio kelembaban udara luar sebesar 26.1 gw/kgda menjadi 14.70 gw/kgda. Temperatur udara hasil dehumidifikasi sebesar 72.8oC akan diturunkan menjadi 26oC dengan menggunakan koil pendingin dan media pendingin lain berupa air kondensat. Penggunaan air kondensat sebagai media pendingin mampu mengurangi beban pendinginan sebesar 18.41 kW dari total kebutuhan pendinginan sebesar 490.63 kW, sedangkan untuk kebutuhan pemanas udara reaktivasi sebesar 412.57 kW akan dipenuhi dengan memanfaatkan daya dari panas gas buang sebesar 440.99 kW. 
Flashpoint and Flame Spread Analysis of Material Coconut Fiber (Cocus Nucifera) Using Chemical Treatment of Alkali NaOH as a Sound Absorber Material in Ship Alam Baheramsyah; Ede Mehta Wardhana; Nasa dityas Fariz Pradani
International Journal of Marine Engineering Innovation and Research Vol 6, No 1 (2021)
Publisher : Institut Teknologi Sepuluh Nopember

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (427.202 KB) | DOI: 10.12962/j25481479.v6i1.5683

Abstract

The use of sound absorbers on many ships made from glass wool. Glass wool has a negative impact on health, which can irritate the skin and disrupt the respiratory system. Therefore, it is necessary to have an alternative sound insulation material that is eco-friendly which has capabilities comparable to glass wool, and can also be used as heat insulation on ships. These alternative ingredients are materials from natural fiber. This research made sound absorbers using coconut fiber by soaking fiber into an alkali NaOH solution. Materials are selected based on density, economic value, and ease in the manufacturing process. The sound absorbers are modified using coconut fiber which is given a soaking treatment of alkaline NaOH solution and distilled water with a percentage of 15%. Soaking aims to remove lignin content and improve the mechanical properties of coconut fiber. In this research, 9 variations were made with different compositions. Tests are based on ASTM E84 to determine the flashpoint value and the safe flame spread on the ship. From the test results, it was found that coconut coir material was given a soaking treatment of alkaline NaOH solution with a percentage of 15% for 2 hours with a density of 0.3 gr/cm3 and thickness 30 mm and using a polyurethane adhesive. The time to reach the flashpoint is 20.45 seconds and the average temperature of flame spread is low when compared to other specimens including glass wool. The conclusion obtained is that the sound absorbers are safe when used on a ship.
Analysis of Port-Based Discharge Water Treatment of Ships, Case Study: Terminal Petikemas Surabaya Taufik Fajar Nugroho; Alam Baheramsyah; Nurkhairana Aryanti Trikurnia
International Journal of Marine Engineering Innovation and Research Vol 3, No 4 (2019)
Publisher : Institut Teknologi Sepuluh Nopember

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (403.863 KB) | DOI: 10.12962/j25481479.v3i4.4804

Abstract

For 90% of world trade is carried by shipping industry. In Indonesia, highly concentrated goods movement are reported in Java and Sumatera which leads Tanjung Perak, Surabaya to become second largest ship terminal after Tanjung Priok, Jakarta. As the loading and unloading process is on call, any kinds of wastewater are continuously being discharged (sludge, oily sludge, blackwater and greywater). All wastewater if continuously discharged without any proper treatment is harmful to both human and aquatic environment. Especially in Indonesia and northern part of Java island where marine tourism is growing but in the other hand, also the home of largest ports. The purpose of this research is to design a fixed, compact discharge water treatment plant in one pilot international terminal, Terminal Petikemas Surabaya. The capacity of each discharge water receiver and treatment is determined according to ship’s arrival data. Based on the data analysis, the capacity of sludge receiver is 25 m3/day, oily bilge receiver for 200 m3/day, blackwater for 10 m3/day and greywater for 20 m3/day. Hereinafter, through the literature review of various kinds of wastewater treatment, a fixed and compact port-based discharge water treatment plant is designed by combining Membrane Bioreactor (MBR) for greywater, centrifugation for sludge, combination of ultrafiltration and reverse osmosis for oily bilge and Source Separation Sanitation (SSS) for blackwater where each effluent of the treatment can be used for one another. Furtheremore, an initial cost of the designed port-based discharge water treatment plant is conducted, resulting in total of IDR 22,487,086,876. The payback period (PBP) of the plant is 4 years.
Coolbox design for traditional fishing vessel using sengon wood (paraserianthes falcataria (l.) Nielsen) sawdust and rice straw insulation Alam Baheramsyah; Ede Mehta Wardhana; Puteri Ladikha Sihombing
International Journal of Marine Engineering Innovation and Research Vol 3, No 2 (2018)
Publisher : Institut Teknologi Sepuluh Nopember

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (6879.871 KB) | DOI: 10.12962/j25481479.v3i2.3944

Abstract

Increased production of Indonesia catch fish accompanied by increased coolbox using to maintain freshness of fish. The efforts to maintain freshness of fish during this time is use a coolbox made from styrofoam which is not environmental friendly. Therefore, it is need to make cool box with environment friendly material and also effective for fish preservation . In this research, coolbox is modified with insulation based on Sengon wood sawdust (Paraserianthes falcataria (L.) Nielsen) and rice straw. Using the sawdust of sengon wood and dried straw pieces , experiments conducted to get the best composition of insulation, insulation variated with 2 different adhesives, PVAc and polyurethane .The results of the density test and thermal conductivity test, also in terms of preparation of various insulation variations, show that insulation with 66% sawdust of sengon wood; 28% straw; and 6% polyurethane adhesive is the best insulation to be used in coolbox, with thermal conductivity of 0.54 W / mK and density of 0.38 gr / cm3. The experiment in coolbox is done for 24 hours with 48 times data retrieval. Used ice cubes with a mass of 2.0 kilograms and 400 grams tuna fish. The experimental results show the minimum temperature that can be achieved coolbox is -0.1 ° C below the surface of  ice .In fish body, the lowest temperature that can be achieved is 3, 2 ° C. While in the coolbox room, the lowest temperature is 19.4 ° C. The results also show coolbox with sengon sawdust and rice straw  insulation able to preserving fish for 15 hours, with weight ratio between fish and ice is 1: 5.