Claim Missing Document
Check
Articles

Found 5 Documents
Search

INSTALASI DAN EVALUASI GROUNDING UNTUK MBE INDUSTRI LATEKS PTAPB MENGGUNAKAN MULTIPLE ROD Suyamto Suyamto; Sutadi Sutadi; Elin Nuraini
GANENDRA Majalah IPTEK Nuklir Volume 15 Nomor 2 Juli 2012
Publisher : Website

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (772.088 KB) | DOI: 10.17146/gnd.2012.15.2.17

Abstract

INSTALASI DAN EVALUASI GROUNDING UNTUK MBE INDUSTRI LATEKS PTAPB MENGGUNAKAN MULTIPLE ROD. Telah dilakukan instalasi dan evaluasi grounding pada MBE untuk industri lateks PTAPB menggunakan multiple rod. Instalasi didasarkan pada kebutuhan nilai tahanan pentanahan Rp yang kecil dengan cara pemilihan bentuk, ukuran dan jumlah elektrode serta lokasi penanaman elektrode. Agar diperoleh resistivitas tanah  yang rendah, sumur ditimbun tanah liat pada bagian di sekitar elektrode. Instalasi dilakukan dengan menanam elektrode-2 batang tembaga (Cu) pejal diameter 16 mm pada 2 buah sumur, masing-2 berjumlah 4 buah @ 2 meter dan 8 buah @ 1 meter, menembus 2 lapisan tanah. Dengan konfigurasi elektrode yang telah ditentukan, diperoleh Rp terukur rata-rata 3,99  pada sumur I dan 5,82  pada sumur II atau Rpt = 2,36  jika dirangkai paralel, sedangkan dari pengukuran setelah keduanya dikopel diperoleh nilai rata-rata Rpt = 1,97 . Dari perhitungan secara trial and error dengan memvariasi , diperoleh tahanan tanah bagian atas R1 = 6,53  dan tahanan tanah bagian bawah R2 = 10,41  atau jika diparalel RpI = 4,01  untuk sumur I, sedangkan untuk sumur II diperoleh R1 = 7,72  dan R2 = 23,64  yang jika diparalel diperoleh Rp2 = 5,81 . Bila tahanan pada sumur I dan II diparalel diperoleh Rpt = 2,37 . Perbedaan Rpt antara pengukuran dan perhitungan 0,40  sangat dimungkinkan karena pengukuran Rpt sulit dilakukan dan sangat dipengaruhi oleh inhomogenitas resistivitas tanah antara satu tempat dengan tempat yang lain. Dari evaluasi diketahui bahwa pengaruh panjang dan kedalaman penanaman lebih dominan dibanding dengan jumlah elektrode. Dengan perbedaan kedalaman elektrode 0,55 m dibanding dengan jumlah elektrode 2 kali diperoleh perbedaan tahanan yang sangat besar yaitu 18,47 Ω.Kata kunci : MBE, tahanan pentanah, batang banyak
IMPLEMENTASI KEBIJAKAN INPASSING JABATAN GURU BUKAN PNS SMP SWASTA KABUPATEN KENDAL Sutadi Sutadi
GEMA PUBLICA : Jurnal Manajemen dan Kebijakan Publik Vol 3, No 1 (2018)
Publisher : Departemen Administrasi Publik, Universitas Diponegoro

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (990.352 KB) | DOI: 10.14710/gp.3.1.2018.46-63

Abstract

One of the government's efforts in improving the quality of teachers is to implement the policy of determining the inpassing of functional positions of non-civil servant teachers and credit figures. According to Permendikbud number 47 of 2007 renewed Permendiknas no. 22 Year 2010 Inpassing Non Civil Servant Teachers (GBPNS) is the process of adjusting the rank of Non-Civil Servant Teachers to the rank of Master Civil Servant. Permendikbud Number 28 of 2014 renewed Permendikbud Number 12 of 2016 on the granting of equal positions and rank for non-civil servant teachers. Implementation of Inpassing Teacher Program Policy Non PNS SMP Kendal private sector concluded: a) All teachers who are certified educators are able to make a proposal document inpassing the positions of teachers instead of civil servants; b) All teachers remain a certified foundation of educators proposing SK inpassing; c) Only 10% of the proposals can be issued inpassing decree from the Ministry of Education and Culture. The results of research on the factors that inhibit the implementation of policy inpassing the position of junior high school teachers rather than civil servants in Kendal District: a) Communication Factor, the absence of communication between teacher or school with Ministry of Education and Culture related to proposal of inpassing of non-civil servant teacher position become one of the point that hinder the implementation of program; b) Factors Resources, lack of human resources administrative staff in private schools in this case associated with the fulfillment of standards of educational personnel to be one obstacle policy implementation; c) Disposition Factors, Understanding teachers, administrative staff, principals and officials of the District Education and Culture District of Kendal is a good factor driving the implementation of inpassing program. The conclusion of the policy implementation of inpassing of junior high school teachers rather than civil servants in private schools in Kendal District has not been successful.
ANALISIS HUBUNGAN ATRIBUT EKOLOGI LAMUN DENGAN KUALITAS PERAIRAN DI TAMAN NASIONAL BALURAN KABUPATEN SITUBONDO Sutadi Sutadi; Lilik Sulistyowati; Eko Sriwiyono
SCIENTIFIC JOURNAL OF REFLECTION : Economic, Accounting, Management and Business Vol. 4 No. 2 (2021): SCIENTIFIC JOURNAL OF REFLECTION: Economic, Accounting, Management, & Business
Publisher : Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) Pustek

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.37481/sjr.v4i2.290

Abstract

Seagrass is one of the important ecosystems in coastal but it’s prone to damage by humans or natural factors. The existence of human activities, pollution and tourism activities in the coastal of Baluran National Park are factors that allow disruption of growth and changes of seagrass ecosystem. The study was conducted in May - June 2020 in order to identify the diversity of seagrass species, density, cover and correlations of seagrass attributes with the water quality in the Baluran National Park. (diversity, equitability and dominance) and the research was conducted at 6 stations. Seagrass observations using the "Quadrat Transect" method. Environment parameters include physical and chemical parameters such temperature, salinity, pH and dissolved oxygen, nitrates, phosphates and turbidity. The relationship between water quality and the ecological attributes of seagrass was analyzed using Pearson analysis (SPSS Statistics version 23). The results obtained 10 seagrass species that are Cymodocea rotundata Cymodocea serrulata. Enhalus acoroides Halodule pinifolia Halodule uninervis Halophila minor Halophila ovalis Syringodium isoetifolium Thalassia hemprichii and Thalassodnedron ciliatum. Seagrass cover which is included in the healthy category is station 6 with a cover value of 62% and station 3 by 61%, while station 1, station 2, station 4 and station 5 are in the less rich / less healthy category, Temperature and salinity parameters have a close relation between attributes of seagrass with water qualities. Temperature has a very strong of relation in index of diversity and index of equitability with a value of 0.856 and 0.824. The correlation coefficient (r) are 0.029 for diversity and 0.044 for equitability, while salinity has a strong relationship to equitability (0.878) with a value of correlation coefficient (r) is 0.022, and the other water qualities parameters have no significant effect. against seagrass.
Penelitian Pasta Prada Bentuk Emulsi Untuk Produk Batik Kun Lestari; Tien Suhartini; Sutadi Sutadi; Retno Haryanti
Dinamika Kerajinan dan Batik: Majalah Ilmiah Vol 15 (1996): Dinamika Kerajinan dan Batik
Publisher : Balai Besar Kerajinan dan Batik

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.22322/dkb.v15i1.1052

Abstract

Zat warna prada baik yang berujud bubuk maupun pasta dilekatkan pada kain dengan bantuan binder metalik dan air pada kekentalan tertentu. Dari hasil penelitian yang terdahulu (Sulaeman dkk., DKB., Nomer X, 1992), ternyata pada saat pasta prada dilekatkan masih terdapat indikasi ketidaklancaran aliran melalui lubang canting. Hambatan tersebut akan diatasi dengan merubah campuran pasta prada menjadi sistem emulsi.Dalam percobaan ini sebagai pembentuk fasa kontinyu dipilih zat-zat berikut: minyak ikan, vernis dan terpentin yang digunakan baik secara tunggal atau campurannya, sedang komposisi dan waktu pembentukan emulsi dibuat variatif. Untuk membentuk sistem emulsi, dicoba 2 (dua) jenis emulsifier yaitu glycerin dan emulcifier TS.Hasil percobaan menunjukkan bahwa pasta prada dalam bentuk emulsi (W/O) dengan fase kontinyu campuran minyak ikan, vernis dan terpentin (0,25 : 1 :1 ), emulsifier TS dan waktu pembentukan emulsi 5 menit, meningkatkan kelancaran aliran secara total dengan laju kering 5 – 10 menit baik pada katun maupun pada sutera, di samping keunggulan yang lain seperti kilau dan ketahanan luntur terhadap pencucian dan gosokan.Zat warna prada baik yang berujud bubuk maupun pasta dilekatkan pada kain dengan bantuan binder metalik dan air pada kekentalan tertentu. Dari hasil penelitian yang terdahulu (Sulaeman dkk., DKB., Nomer X, 1992), ternyata pada saat pasta prada dilekatkan masih terdapat indikasi ketidaklancaran aliran melalui lubang canting. Hambatan tersebut akan diatasi dengan merubah campuran pasta prada menjadi sistem emulsi.Dalam percobaan ini sebagai pembentuk fasa kontinyu dipilih zat-zat berikut: minyak ikan, vernis dan terpentin yang digunakan baik secara tunggal atau campurannya, sedang komposisi dan waktu pembentukan emulsi dibuat variatif. Untuk membentuk sistem emulsi, dicoba 2 (dua) jenis emulsifier yaitu glycerin dan emulcifier TS.Hasil percobaan menunjukkan bahwa pasta prada dalam bentuk emulsi (W/O) dengan fase kontinyu campuran minyak ikan, vernis dan terpentin (0,25 : 1 :1 ), emulsifier TS dan waktu pembentukan emulsi 5 menit, meningkatkan kelancaran aliran secara total dengan laju kering 5 – 10 menit baik pada katun maupun pada sutera, di samping keunggulan yang lain seperti kilau dan ketahanan luntur terhadap pencucian dan gosokan.
Pengolahan Limbah Cair Batik Proses Pencelupan Naphtol Untuk Memperkecil Kadar Pencemar Sulaeman Sulaeman; Kun Lestari; Sutadi Sutadi
Dinamika Kerajinan dan Batik: Majalah Ilmiah Vol 15 (1996): Dinamika Kerajinan dan Batik
Publisher : Balai Besar Kerajinan dan Batik

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.22322/dkb.v15i1.1054

Abstract

Telah dilakukan cara pengolahan limbah cair batik hasil proses pencelupan dengan zat warna Naphtol secara laboratoris. Limbah cair diidentifikasi dan kemudian diolah dengan cara koagulasi, pengendapan, penyaringan dan absorpsi.Lima contoh-uji masing-masing 500 ml limbah cair dikoagulasikan dengan menggunakan: larutan tawas 10% 35,0 ml, larutan tawas 10% 40,0 ml, campuran larutan tawas 10% dan H2SO4 teknis masing-masing 20,0 ml dan 1,5 ml, campuran larutan tawas 10% dan H2SO4 teknis 20,0 ml dan 2,0 ml serta campuran larutan tawas 10% dan kaporit 5% 25,0 ml dan 12,5 ml. Kelima contoh-uji kemudian diaduk, diendapkan, disaring dan diabsorpsi dengan karbon aktif.Dari hasil penelitian, penggunaan larutan tawas 10% sebanyak 40,0 ml pada 500 ml limbah cair atau penggunaan tawas padt sebanyak 8 g/1 limbah cair dengan waktu pengendapan selama 24 jam dan waktu kontak dengan karbon aktif selama 5 menit merupakan kondisi terbaik yang dapat menurunkan nilai parameter pencemar atau efisiensi pengolahan sebesar 95 – 98%.Telah dilakukan cara pengolahan limbah cair batik hasil proses pencelupan dengan zat warna Naphtol secara laboratoris. Limbah cair diidentifikasi dan kemudian diolah dengan cara koagulasi, pengendapan, penyaringan dan absorpsi.Lima contoh-uji masing-masing 500 ml limbah cair dikoagulasikan dengan menggunakan: larutan tawas 10% 35,0 ml, larutan tawas 10% 40,0 ml, campuran larutan tawas 10% dan H2SO4 teknis masing-masing 20,0 ml dan 1,5 ml, campuran larutan tawas 10% dan H2SO4 teknis 20,0 ml dan 2,0 ml serta campuran larutan tawas 10% dan kaporit 5% 25,0 ml dan 12,5 ml. Kelima contoh-uji kemudian diaduk, diendapkan, disaring dan diabsorpsi dengan karbon aktif.Dari hasil penelitian, penggunaan larutan tawas 10% sebanyak 40,0 ml pada 500 ml limbah cair atau penggunaan tawas padt sebanyak 8 g/1 limbah cair dengan waktu pengendapan selama 24 jam dan waktu kontak dengan karbon aktif selama 5 menit merupakan kondisi terbaik yang dapat menurunkan nilai parameter pencemar atau efisiensi pengolahan sebesar 95 – 98%.