Claim Missing Document
Check
Articles

Found 32 Documents
Search

PENGINTEGRASIAN ILMU DI UNISMUH MAKASSAR sulaeman sulaeman; Wahdaniyah wahdaniyah
TARBAWI : Jurnal Pendidikan Agama Islam Vol 2, No 01 (2017): TARBAWI: JURNAL PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
Publisher : Universitas Muhammadiyah Makassar

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (266.914 KB) | DOI: 10.26618/jtw.v2i01.803

Abstract

ABSTRAK Penelitian ini bertujuan mendeskripsikan dan menganalisis mengenai urgensi integrasi ilmu dan model pengintegrasian ilmu di Unismuh Makassar serta menganalisis faktor pendukung dan kendalanya. Penelitian ini adalah penelitian kualitatif dengan menggunakan observasi, wawancara, dan dokumentasi sebagai metode pengumpulan data. Temuan penelitian ini menunjukkan bahwa integrasi ilmu keislaman dan sains merupakan bagian dari implementasi visi dan misi Unismuh Makassar sekaligus merupakan konsekuensi logis Unismuh sebagai perguruan tinggi berciri Islam. Model integrasi yang diterapkan di Unismuh Makassar belum ada yang baku, bahkan dapat dikatakan masih mencari model yang ideal. Pilihannnya, bisa islamisasi ilmu, ilmuisasi Islam, atau integrasi-interkoneksi. Integrasi ilmu di Unismuh Makassar didukung oleh kebijakan pimpinan yang pro pada program ini, selain iklim akademik yang cukup kondusif. Hanya saja masih terkendala pada minimnya kualitas sumber daya dosen yang mumpuni yang dapat mengintegrasikan agama dan sains.  Kata Kunci: Integrasi Ilmu, Ilmu Keislaman, Sains ABSTRACT This study aims to describe and analyze the urgency of integration of science and model of integrating science in Makassar Muhammadiyah University and analyze the supporting factors and constraints. This research is a qualitative research using observation, interview, and documentation as data collection method. The findings of this study indicate that the integration of Islamic science and science is part of the implementation of vision and mission of Unismuh Makassar as well as a logical consequence of Makassar Muhammadiyah University as a college characterized by Islam. Integration model applied in Makassar Muhammadiyah University has not been standard, even can be said still looking for ideal model. Alternatively, it can be Islamization of science, Islamic illusion, or integration-interconnection. The integration of science in Makassar is supported by the pro-leadership policy in this program, in addition to a conducive academic climate. It's just still constrained by the lack of qualified lecturers qualified resources that can integrate religion and science. Keywords: Integration Science, Islamic Science, Science
ASAS KEPATUTAN DALAM TANGGUNG JAWAB SOSIAL DAN LINGKUNGAN PADA PERSEROAN Sulaeman Sulaeman
Badamai Law Journal Vol 1, No 1 (2016)
Publisher : Program Magister Hukum Universitas Lambung Mangkurat

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.32801/damai.v1i1.250

Abstract

The aim of this research is to analyze the equity principle in social and environmental responsibilities and also to analyze the forms of law enforcement to the companies which do not implement corporate social and environmental responsibilities. The type of this research is a normative legal one which studies the regulations related to the equity principle in corporate social and environmental responsibilities and the law enforcement to the companies which do not comply with the corporate social and environmental responsibility. The concept of equity in the Socia and Environment Responsibilities is the Company's policy, which is tailored to the financial capabilities of the Company, and potential risks which lead to social and environmental responsibilities that the company must be responsible for in accordance with its business activities without reducing the obligations as stipulated in the laws and regulations related to the Company's business activities. The amount of costs and proportion for Corporate Social and Environmental Responsibilities is determined by the company based on the profit or net profit of the company. Hence, equity can be said as the proper, appropriate, or good intention of a company in implementing Corporate Social and Environmental Responsibilities. Furthermore, law enforcement for the company that does not implement the Corporate Social and Environmental Responsibilities based on the positive law of Indonesia stipulated in the Capital Market Law No. 25 of 2007 Section 34 applies to all forms of business entities in Indonesia. The forms of sanctions that can be given to companies that do not implement Corporate Social and Environmental Responsibilities are administrative sanctions in the form of written warnings, restrictions on business activities, freezing, or revocation of business activities and/ or investment facility.Meanwhile, the civil and criminal sanctions are not appropriate to be applied because there is no specific reasons to provide such sanctions.Keywords:       Corporate Social and Environmental Responsibility, Law Enforcement, The Equity principleTujuan dari penelitian ini adalah untuk menganalisis prinsip keadilan dalam tanggung jawab sosial dan lingkungan dan juga untuk menganalisis bentuk penegakan hukum terhadap perusahaan yang tidak melaksanakan tanggung jawab sosial dan lingkungan perusahaan. Jenis penelitian ini adalah salah satu hukum normatif yang mempelajari peraturan yang berkaitan dengan prinsip keadilan dalam tanggung jawab sosial dan lingkungan perusahaan dan penegakan hukum terhadap perusahaan yang tidak mematuhi tanggung jawab sosial dan lingkungan perusahaan. Konsep ekuitas dalam Tanggung Jawab Sosial dan Lingkungan adalah kebijakan Perusahaan, yang disesuaikan dengan kemampuan keuangan Perusahaan, dan potensi risiko yang menyebabkan tanggung jawab sosial dan lingkungan perusahaan harus bertanggung jawab untuk sesuai dengan kegiatan usahanya tanpa mengurangi kewajiban sebagaimana diatur dalam undang-undang dan peraturan yang berkaitan dengan kegiatan usaha Perseroan. Jumlah biaya dan proporsi untuk Tanggung Jawab Sosial dan Lingkungan ditentukan oleh perusahaan berdasarkan laba atau keuntungan bersih perusahaan. Oleh karena itu, ekuitas dapat dikatakan sebagai niat yang tepat, yang sesuai, atau baik dari perusahaan dalam melaksanakan Tanggung Jawab Sosial dan Lingkungan Perusahaan. Selanjutnya, penegakan hukum bagi perusahaan yang tidak melaksanakan Tanggung Jawab Sosial dan Lingkungan Perusahaan berdasarkan hukum positif Indonesia diatur dalam UU Pasar Modal Nomor 25 Tahun 2007 Pasal 34 berlaku untuk semua bentuk badan usaha di Indonesia. Bentuk-bentuk sanksi yang bisa diberikan kepada perusahaan yang tidak melaksanakan Tanggung Jawab Sosial dan Lingkungan Perusahaan adalah sanksi administratif berupa peringatan tertulis, pembatasan kegiatan usaha, pembekuan, atau pencabutan kegiatan usaha dan / atau facility.Meanwhile investasi, sanksi perdata dan pidana yang tidak tepat untuk diterapkan karena tidak ada alasan khusus untuk memberikan sanksi tersebut Kata kunci : Asas Kepatutan, Penegakan Hukum, Tanggung Jawab Sosial dan Lingkungan Perusahaan
MENINGKATAN HASIL BELAJAR IPS DENGAN PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE STUDENT TEAM ACHIEVEMENT DIVISIONS (STAD) PADA SISWA KELAS III SDN NUNANG TAHUN PELAJARAN 2016/2017 SULAEMAN SULAEMAN
JISIP: Jurnal Ilmu Sosial dan Pendidikan Vol 3, No 1 (2019): JISIP: Jurnal Ilmu Sosial dan Pendidikan
Publisher : Mandala

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (127.081 KB) | DOI: 10.36312/jisip.v3i1.636

Abstract

Tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian tindakan kelas ini adalah untuk meningkatan hasil belajar IPS dengan penerapan model pembelajaran kooperatif tipe student team achievement divisions (STAD) pada siswa kelas III SDN Nunang tahun pelajaran 2016/2017. Subjek penelitian ini adalah siswa Kelas IV SDN Nunang yang berjumlah 27 siswa, terdiri atas 20 Laki-laki dan 7 Perempuan.Jenis penelitian ini adalah penelitian tindakan kelas yang dilakukan dalam dua siklus. Masing-masing siklus terdiri dari tahap perencanaan, pelaksanaan tindakan, observasi dan evaluasi, refleksi. Data aktivitas belajar siswa diperoleh dari lembar aktivitas siswa dan guru, sedangkan data hasil belajar siswa diperoleh dari hasil evaluasi yang dilakukan di tiap akhir siklus penelitian. Pada siklus I 74% dan pada siklus II 89%. Keberhasilan pembelajaran juga terlihat pada perolehan persentase aktivitas belajar siswa dan aktivitas mengajar guru. Skor aktivitas belajar siswa meningkat dari siklus I yaitu 49 (58%) dengan kategori cukup aktif, meningkat menjadi 65 (77%) dengan kategori  aktif  dan skor aktivitas  mengajar  guru  meningkat  dari 43 (63%) dengan kategori baik, menjadi 57 (84%) dengan kategori sangat baik. Hasil penelitian tersebut membuktikan bahwa aktivitas guru  dan  siswa  serta  hasil belajar  siswa  kelas III SDN Nunang mengalami peningkatan.
PENGGUNAAN TEPUNG BIJI KLUWIH (Artocarpus communis) SEBAGAI SUMBER KARBOHIDRAT MEDIA ALTERNATIF UNTUK MENUMBUHKAN Trichophyton rubrum Annisa Farhana Ahmad; Sulaeman Sulaeman; Yuliansyah Sundara Mulia; Samidjo Jangkung O.W
JURNAL RISET KESEHATAN POLTEKKES DEPKES BANDUNG, Online ISSN 2579-8103 Vol 11 No 1 (2019): Jurnal Riset Kesehatan Poltekkes Depkes Bandung
Publisher : Poltekkes Kemenkes Bandung

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (249.383 KB) | DOI: 10.34011/juriskesbdg.v11i1.780

Abstract

Dermatofitosis merupakan penyakit yang disebabkan oleh golongan jamur dermatofita, golongan jamur ini dapat mencerna keratin kulit karena memiliki daya tarik kepada keratin (keratinofilik). Untuk mendiagnosis jamur tersebut, dilakukan penanaman pada media SDA. Sumber karbohidrat SDA bisa diganti dengan bahan lain yang lebih murah seperti tepung biji kluwih. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui potensi tepung biji kluwih (Artocarpus communis) sebagai sumber karbohidrat alternatif untuk menumbuhkan jamur Trichophyton rubrum penyebab dermatofitosis. Penelitian ini bersifat quasi exsperiment, menggunakan 3 replikasi dan 4 perlakuan yaitu konsentrasi tepung biji kluwih 3 level konsentrasi yaitu 10% ,20% dan 30%, untuk kontrol digunakan SDA (kluwih 0%). Inokulasi jamur Trichophyton rubrum secara single dot pada media SDA dan media alternatif tepung biji kluwih yang diamati setiap 24 jam selama 14 hari. Pengamatan dilakukan secara makroskopis (mengukur diameter) dan mikroskopis (hifa, mikrokonidia dan makrokonidia) Hasil data pertumbuhan Trichophyton rubrum kemudian dianalisis secara non parametrik menggunakan Kruskal Wallis. Kesimpulan pada penelitian ini pertumbuhan Trichophyton rubrum pada media alternatif tepung biji kluwih lebih optimal dibandingkan dengan kontrol. Diameter koloni Trichophyton rubrum tumbuh optimal pada konsentrasi 30%.
PEMANFAATAN JAMUR ENTOMOPATOGEN DARI LARVA NYAMUK MATI SEBAGAI PENGENDALIAN HAYATI LARVA AEDES AEGYPTI Lia Mar'atiningsih; Yuliansyah Sundara Mulia; Sulaeman Sulaeman; Jangkung Samidjo Onggowaluyo
JURNAL RISET KESEHATAN POLTEKKES DEPKES BANDUNG, Online ISSN 2579-8103 Vol 11 No 2 (2019): Jurnal Riset Kesehatan Poltekkes Depkes Bandung
Publisher : Poltekkes Kemenkes Bandung

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (604.912 KB) | DOI: 10.34011/juriskesbdg.v11i2.794

Abstract

Demam Berdarah (DBD) semakin meningkat setiap tahunnya, untuk mencegah vektor ini, masyarakat selalu menggunakan insektisida yang berdampak semakin resistennya nyamuk dan menyebabkan pencemaran lingkungan. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui jamur yang ada pada larva nyamuk mati dan mengetahui konsentrasi minimal jamur terhadap kematian larva Aedes aegypti sebanyak 50% (Lc50). Penelitian ini diharapkan sebagai pengendalian hayati yang berasal dari jamur entomopatogen. Hasil pengamatan makroskopis dan mikroskopis dari 3 jamur yang diisolasi, diperoleh Aspergillus niger, Aspergillus fumigatus dan Rhizopus sp. Sampel penelitian yaitu larva Aedes aegypti instar III berjumlah 240 ekor yang dibagi ke dalam tiga pengulangan dan tiga perlakuan termasuk kontrol. Konsentrasi yang digunakan adalah 105, 106, dan 107 spora/ml. Hasil penelitian menunjukan rata-rata kematian larva dari konsentrasi rendah ke tinggi adalah 10 ekor, 13 ekor, dan 16 ekor dengan persentase 48%, 65%, dan 80%. Kesimpulan dari penelitian ini adalah jamur Aspergillus niger dapat digunakan sebagai pengendalian hayati larva Aedes aegypti. Konsentrasi jamur Aspergillus niger yang dapat mematikan 50% larva uji adalah 2,2 x 105 spora/mm3 dengan nilai upper bound dan lower bound nya adalah 6,7x 105 spora/mm3 dan 1,6x 104 spora/mm3.
Kajian Produksi Bersih Untuk Industri Batik Sulaeman Sulaeman
Dinamika Kerajinan dan Batik: Majalah Ilmiah No 21 (2004): Dinamika Kerajinan dan Batik
Publisher : Balai Besar Kerajinan dan Batik

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.22322/dkb.v0i21.1109

Abstract

Telah dilakukan penelitian penerapan Produksi Bersih pada 20 IKM batik di propinsi Daerah Istimewa Yogyakarta dan Jawa Tengah. Kegiatan penerapan Produksi Bersih pada industri batik diperoleh antara lain dengan cara: merubah input bahan yang diproses, merubah produk yang dibuat, merubah teknologi dan menata kerumahtanggaan serta memperbaiki praktek operasinal. Hasil penelitian memperlihatkan bahwa semua IKM sudah menerapkan strategi Produksi Bersih hanya belum menyeluruh. Pada masing-masing IKM masih banyak peluang Produksi Bersih yang harus digali. Dengan menerapkan Produksi Bersih dapat diperoleh keuntungan lingkungan seperti pengurangan limbah dan keuntungan finansial serta meningkatkan citra perusahaan menjadi lebih baik.Telah dilakukan penelitian penerapan Produksi Bersih pada 20 IKM batik di propinsi Daerah Istimewa Yogyakarta dan Jawa Tengah. Kegiatan penerapan Produksi Bersih pada industri batik diperoleh antara lain dengan cara: merubah input bahan yang diproses, merubah produk yang dibuat, merubah teknologi dan menata kerumahtanggaan serta memperbaiki praktek operasinal. Hasil penelitian memperlihatkan bahwa semua IKM sudah menerapkan strategi Produksi Bersih hanya belum menyeluruh. Pada masing-masing IKM masih banyak peluang Produksi Bersih yang harus digali. Dengan menerapkan Produksi Bersih dapat diperoleh keuntungan lingkungan seperti pengurangan limbah dan keuntungan finansial serta meningkatkan citra perusahaan menjadi lebih baik.
Unggulan Proses Pengelantangan dan Pewarnaan Akar Keladi Air untuk Bahan Baku Barang Kerajinan Sulaeman Sulaeman; Tri Haryanto
Dinamika Kerajinan dan Batik: Majalah Ilmiah No 16 (1997): Dinamika Kerajinan dan Batik
Publisher : Balai Besar Kerajinan dan Batik

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.22322/dkb.v0i16.1064

Abstract

Percobaan proses pengelantangan dan pewarnaan akar keladi air (Caladium aquatile) dilakukan secara laboratoris untuk memperoleh bahan baku yang dapat mendukung mutu barang kerajinan.Pengelantangan menggunakan larutan hidrogen peroksida dilakukan dengan cara perendaman pada suhu kamar selama 48 jam dan pada suhu 85°C selama 1 jam. Konsentrasi larutan H2O2 divariasi 5, 10, 15, 20 dan 25 cc/l. pewarnaan pada akar keladi air yang telah dikelantang dilakukan dengan menggunakan zat warna direk, basis dan reaktif. Terhadap contoh uji dilakukan pengujian derajat putih dan kecerahan warna secara visual serta pengujian ketahanan luntur warna terhadap sinar.Dari hasil penelitian diperoleh bahwa pengelantangan menggunakna larutan hidrogen peroksida 15cc/l cara dingin maupun cara panas menghasilkan derajat putih yang paling baik. Kecerahan hasil pewarnaan yang paling baik diperoleh pada akar keladi air hasil pengelantangan cara dingin menggunakan larutan hidrogen peroksida 15 cc/l atau cara panas menggunakn larutan hidrogen peroksida 20cc/l.Percobaan proses pengelantangan dan pewarnaan akar keladi air (Caladium aquatile) dilakukan secara laboratoris untuk memperoleh bahan baku yang dapat mendukung mutu barang kerajinan.Pengelantangan menggunakan larutan hidrogen peroksida dilakukan dengan cara perendaman pada suhu kamar selama 48 jam dan pada suhu 85°C selama 1 jam. Konsentrasi larutan H2O2 divariasi 5, 10, 15, 20 dan 25 cc/l. pewarnaan pada akar keladi air yang telah dikelantang dilakukan dengan menggunakan zat warna direk, basis dan reaktif. Terhadap contoh uji dilakukan pengujian derajat putih dan kecerahan warna secara visual serta pengujian ketahanan luntur warna terhadap sinar.Dari hasil penelitian diperoleh bahwa pengelantangan menggunakna larutan hidrogen peroksida 15cc/l cara dingin maupun cara panas menghasilkan derajat putih yang paling baik. Kecerahan hasil pewarnaan yang paling baik diperoleh pada akar keladi air hasil pengelantangan cara dingin menggunakan larutan hidrogen peroksida 15 cc/l atau cara panas menggunakn larutan hidrogen peroksida 20cc/l.
Pengolahan Limbah Cair Batik Proses Pencelupan Naphtol Untuk Memperkecil Kadar Pencemar Sulaeman Sulaeman; Kun Lestari; Sutadi Sutadi
Dinamika Kerajinan dan Batik: Majalah Ilmiah Vol 15 (1996): Dinamika Kerajinan dan Batik
Publisher : Balai Besar Kerajinan dan Batik

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.22322/dkb.v15i1.1054

Abstract

Telah dilakukan cara pengolahan limbah cair batik hasil proses pencelupan dengan zat warna Naphtol secara laboratoris. Limbah cair diidentifikasi dan kemudian diolah dengan cara koagulasi, pengendapan, penyaringan dan absorpsi.Lima contoh-uji masing-masing 500 ml limbah cair dikoagulasikan dengan menggunakan: larutan tawas 10% 35,0 ml, larutan tawas 10% 40,0 ml, campuran larutan tawas 10% dan H2SO4 teknis masing-masing 20,0 ml dan 1,5 ml, campuran larutan tawas 10% dan H2SO4 teknis 20,0 ml dan 2,0 ml serta campuran larutan tawas 10% dan kaporit 5% 25,0 ml dan 12,5 ml. Kelima contoh-uji kemudian diaduk, diendapkan, disaring dan diabsorpsi dengan karbon aktif.Dari hasil penelitian, penggunaan larutan tawas 10% sebanyak 40,0 ml pada 500 ml limbah cair atau penggunaan tawas padt sebanyak 8 g/1 limbah cair dengan waktu pengendapan selama 24 jam dan waktu kontak dengan karbon aktif selama 5 menit merupakan kondisi terbaik yang dapat menurunkan nilai parameter pencemar atau efisiensi pengolahan sebesar 95 – 98%.Telah dilakukan cara pengolahan limbah cair batik hasil proses pencelupan dengan zat warna Naphtol secara laboratoris. Limbah cair diidentifikasi dan kemudian diolah dengan cara koagulasi, pengendapan, penyaringan dan absorpsi.Lima contoh-uji masing-masing 500 ml limbah cair dikoagulasikan dengan menggunakan: larutan tawas 10% 35,0 ml, larutan tawas 10% 40,0 ml, campuran larutan tawas 10% dan H2SO4 teknis masing-masing 20,0 ml dan 1,5 ml, campuran larutan tawas 10% dan H2SO4 teknis 20,0 ml dan 2,0 ml serta campuran larutan tawas 10% dan kaporit 5% 25,0 ml dan 12,5 ml. Kelima contoh-uji kemudian diaduk, diendapkan, disaring dan diabsorpsi dengan karbon aktif.Dari hasil penelitian, penggunaan larutan tawas 10% sebanyak 40,0 ml pada 500 ml limbah cair atau penggunaan tawas padt sebanyak 8 g/1 limbah cair dengan waktu pengendapan selama 24 jam dan waktu kontak dengan karbon aktif selama 5 menit merupakan kondisi terbaik yang dapat menurunkan nilai parameter pencemar atau efisiensi pengolahan sebesar 95 – 98%.
Penelitian Nilai Beban Pencemaran Pada Beberapa Ekstrak Zat Warna Alam Kun Lestari; Sulaeman Sulaeman
Dinamika Kerajinan dan Batik: Majalah Ilmiah No 18 (2001): Dinamika Kerajinan dan Batik
Publisher : Balai Besar Kerajinan dan Batik

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.22322/dkb.v0i18.1091

Abstract

Zat Pewarna Alam (ZWA) akan direkomendasikan sebagai pewarna yang ramah baik bagi lingkungan maupun kesehatan, disebabkan karena kandungan komponen alaminya mempunyai nilai beban pencemaran yang rendah, mudah terdegradasi secara biologis dan tidak beracun. Pernyataan tersebut perlu diyakinkan kebenarannya. Telah dilakukan pengujian terhadap ekstrak pekat (0,75-1,00° Be) dari 13 jenis sumber ZWA dari beberapa daerah di Indonesia yaitu: bakau, secang. sonokeling. bayam, markisa. bengkirai, nangka, pinus, kruing, kara benguk, tingi, tegeran dan mengkudu. Bahan pencemaran dinyatakan terhadap nilai BOD5, COD dan kandungan Fe (besi) dalam ekstrak pekat yang telah tersimpan selama ±12 bulan. Dari hasil pengujian terlihat bahwa kadar BOD5 dan COD dari 13 jenis ekstrak ZWA mempunyai nilai 1700 mg/l. Tujuh jenis ekstrak ZWA yaitu ekstrak dari kayu nangka, kayu pinus. kayu kruing, kulit kara benguk, kulit kayu tingi, kayu tegeran dan akar mengkudu mempunyai nilai BOD5 dan COD 1000 mg/l, sedangkan ekstrak kulit batang bakau, kayu secang, kayu sonokeling, kayu buyam, kulit buah markisa dan kayu bengkirai mempunyai nilai BOD5 dan COD antara 1100 - 1700 mg/I. Dibandingkan dengan beban pencemaran yang diakibatkan oleh limbah cair pada pencelupan batik menggunakan zat warna sintetis (ZWS) seperti Indigosol yang mempunyai nilai BOD5 = 3.053 mg/I, COD = 10.230 mg/I, dan Naphtol yang mempunyai nilai BOD5 = 5.411 mg/I, COD= 19.921 mg/I maka beban pencemaran ekstrak pekat ZWA masih jauh lebih kecil. Melihat perbandingan COD/BOD5 (=1,3-1,6), beban pencemaran ekstrak pekat ZWA dapat dikelompokkan ke dalam golongan air limbah rumah tangga (COD/BOD5 (2).Zat Pewarna Alam (ZWA) akan direkomendasikan sebagai pewarna yang ramah baik bagi lingkungan maupun kesehatan, disebabkan karena kandungan komponen alaminya mempunyai nilai beban pencemaran yang rendah, mudah terdegradasi secara biologis dan tidak beracun. Pernyataan tersebut perlu diyakinkan kebenarannya. Telah dilakukan pengujian terhadap ekstrak pekat (0,75-1,00° Be) dari 13 jenis sumber ZWA dari beberapa daerah di Indonesia yaitu: bakau, secang. sonokeling. bayam, markisa. bengkirai, nangka, pinus, kruing, kara benguk, tingi, tegeran dan mengkudu. Bahan pencemaran dinyatakan terhadap nilai BOD5, COD dan kandungan Fe (besi) dalam ekstrak pekat yang telah tersimpan selama ±12 bulan. Dari hasil pengujian terlihat bahwa kadar BOD5 dan COD dari 13 jenis ekstrak ZWA mempunyai nilai 1700 mg/l. Tujuh jenis ekstrak ZWA yaitu ekstrak dari kayu nangka, kayu pinus. kayu kruing, kulit kara benguk, kulit kayu tingi, kayu tegeran dan akar mengkudu mempunyai nilai BOD5 dan COD 1000 mg/l, sedangkan ekstrak kulit batang bakau, kayu secang, kayu sonokeling, kayu buyam, kulit buah markisa dan kayu bengkirai mempunyai nilai BOD5 dan COD antara 1100 - 1700 mg/I. Dibandingkan dengan beban pencemaran yang diakibatkan oleh limbah cair pada pencelupan batik menggunakan zat warna sintetis (ZWS) seperti Indigosol yang mempunyai nilai BOD5 = 3.053 mg/I, COD = 10.230 mg/I, dan Naphtol yang mempunyai nilai BOD5 = 5.411 mg/I, COD= 19.921 mg/I maka beban pencemaran ekstrak pekat ZWA masih jauh lebih kecil. Melihat perbandingan COD/BOD5 (=1,3-1,6), beban pencemaran ekstrak pekat ZWA dapat dikelompokkan ke dalam golongan air limbah rumah tangga (COD/BOD5 (2).
Analisis Yuridis Pasal 9 UU Nomor. 23 Tahun 2004 Tentang KDRT Yang Mengakibatkan Terjadinya Penelantaran Terhadap Istri Sehingga Terjadinya Pengajuan Gugat Cerai Pada Pengadilan Agama Cibinong Sulaeman Sulaeman
PALAR (Pakuan Law review) Vol 2, No 1 (2016): Volume 2 Nomor 1 Januari - Juni 2016
Publisher : UNIVERSITAS PAKUAN

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (871.932 KB) | DOI: 10.33751/palar.v2i1.935

Abstract

ABSTRAKTindakan kriminal yang mengabaikan keluarga adalah kekerasan keempat dalam UU No. 3/2004 tentang Penghapusan Kekerasan dalam Rumah Tangga. Undang- undang tentang PKDRT (kekerasan dalam rumah tangga) tidak memberikan kualifikasi sistematis tentang suatu tindakan yang dikategorikan sebagai tindakan pengabaian. Saat ini, semua jenis kekerasan dalam rumah tangga diselesaikan di Pengadilan dan penjara dianggap cara yang efektif untuk mengatasi insiden tindak pidana. Menurut Pasal 49 UU PKDRT, pelaku dijatuhi hukuman 3 (tiga) tahun atau denda Rp. 15.000.000 (lima juta rupiah) dan ini bertentangan dengan ketentuan dalam Pasal 4 UU PKDRT. Hasil penelitian menunjukkan bahwa tindak pidana pengabaian keluarga termasuk tidak memberikan kehidupan bagi keluarga seperti tidak mendukung anak-anaknya secara finansial dan tidak mengurus keluarga, terutama ketika anggota keluarga sakit, tidak bertanggung jawab atas anggota keluarga seperti kelalaian ekonomi yang melarang mereka mendapatkan pekerjaan, tidak memenuhi kewajibannya seperti mengambil sesuatu tanpa sepengetahuan dan persetujuan dari pemiliknya, dan mengambil dengan paksa dan / atau memanipulasi properti anggota keluarga. Penjara atau denda tidak tepat dikenakan pada pelaku yang telah menelantarkan keluarganya karena tidak berarti apa-apa bagi korban. Dia harus mengganti kerugiannya. Satu tahun penjara yang dikenakan hakim judex juris dianggap tidak sesuai; nampaknya hakim tidak mempertimbangkan fakta-fakta yang ditemukan dalam persidangan dan Pasal 4 UU PKDRT.Kata Kunci: Perkawinan, Keluarga, Kekerasan dalam rumah tangga. ABSTRACTThe criminal act that ignores the family is the fourth violence in Law No. 3/2004 concerning the Elimination of Domestic Violence. The law on domestic violence (domestic violence) does not provide systematic qualifications about an action that is categorized as an act of neglect. At present, all types of domestic violence are resolved in courts and prisons are considered effective ways to deal with criminal incidents. According to Article 49 of the PKDRT Law, the perpetrators were sentenced to 3 (three) years or a fine of Rp. 15,000,000 (five million rupiah) and this is contrary to the provisions in Article 4 of the PKDRT Law. The results showed that the crime of family neglect includes not providing life for the family such as not supporting their children financially and not taking care of the family, especially when family members are sick, not responsible for family members such as economic negligence that prohibits them from getting a job, does not meet obligations such as taking something without the knowledge and consent of the owner, and forcibly taking and / or manipulating the property of family members. Imprisonment or fines are improperly imposed on the offender who has abandoned his family because it does not mean anything to the victim. He has to compensate. One year in prison imposed by judex juris judge is considered inappropriate; it seems that the judge did not consider the facts found in the trial and Article 4 of the PKDRT Law.Keywords: Marriage, family, domestic violence.