Claim Missing Document
Check
Articles

Found 6 Documents
Search

MENGKRITISI KONSEP ISLAMISASI ILMU ISMAIL RAJI AL-FARUQI: Telaah Pemikiran Ziauddin Sardar Muhammad Taufik; Muhammad Yasir
Jurnal Ushuluddin Vol 25, No 2 (2017): July - December
Publisher : Universitas Islam Negeri Sultan Syarif Kasim Riau

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24014/jush.v25i2.3830

Abstract

Kajian ini dilatarbelakangi oleh karena adanya khazanah pemikiran keislaman, yaitu isuIslamisasi ilmu yang merupakan salah satu isu yang selalu menarik diperbincangkan beberapadekade ini. Hal ini terjadi karena ada berbagai pandangan dan penafsiran tentang Islamisasiilmu. Konsep ilm meniscayakan umat Islam untuk memahami realitas secara utuh. Hal ini telah dilakukan oleh sarjana dan intelektual Muslim klasik, seperti al-Kindi, al-Farabi, al-Ghazali, Ibnu Rusyd dan sarjana klasik lainnya. Akan tetapi, sarjana Muslim kontemporer tampak mengesampingkan peranan epistemologi ini. Sehingga yang terjadi kemudian adalah justru Islam kehilangan jati diri sebagai kekuatan yang punya orientasi epistemologis yang sebenarnya sudah mapan di era klasik. Konsep Islamisasi ilmu populer di tangan al-Faruqi dan juga Naquib al- Attas. Bagi al-Faruqi, Islamisasi ilmu pengetahuan adalah mengislamkan disiplin-disiplin ilmu atau tepatnya menghasilkan buku-buku pegangan (buku dasar) di perguruan tinggi, dengan menuangkan kembali disiplin ilmu modern ke dalam wawasan Islam, setelah dilakukan kajian kritis terhadap kedua sistem pengetahuan Islam dan Barat. Selain itu, al-Faruqi juga memberikan langkah-langkah prosedural bagi terlaksanya program Islamisasi ilmu. Penulis menemukan poin penting dari kajian ini bahwa pemikiran Islamisasi ilmu al-Faruqi inilah yang dikritisi oleh Sardar, menurutnya perumusan epistemologi Islam kontemporer tidak dapat dimulai dengan menitikberatkan pada disiplin ilmu yang sudah ada. Sardar mengungkapkan bahwa epistemologi Islam kontemporer dapat dirumuskan dengan dengan mengembangkan paradigma-paradigma di dalam ekspresi-ekspresi eksternal peradaban Muslim yang meliputi sains dan teknologi, politik dan hubungan-hubungan internasional, struktur-struktur sosial dan kegiatan ekonomi, pembangunan desa dan kota. Semua aspek ekspesi eksternal peradaban Muslim tersebut dapat dipelajari dan dikembangan dalam kaitannya dengan kebutuhan-kebutuhan dan realitas kontemporer. Dari sini Sardar sekali lagi menolak Islamisasi ilmu pengetahuan dimulai dari disiplin ilmu yang sudah ada. Hal ini karena disiplin ilmu tersebut tidak sesuai dengan nilai-nilai Islam
Pemikiran Pendidikan Islam Zakiah Daradjat dan Konstribusinya terhadap Pendidikan Islam di Indonesia Damsir Damsir; Muhammad Yasir
An-Nida' Vol 44, No 2 (2020): July - December
Publisher : Lembaga Penelitian dan Pengabdian kepada Masyrakat

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24014/an-nida.v44i2.12947

Abstract

Artikel ini menganalisa tentang pemikiran pendidikan Islam Zakiah Daradjat dan konstribusinya terhadap pendidikan Islam di Indonesia. Zakiah Daradjat merupakan salah satu tokoh yang menaruh perhatian yang sangat besar pada pendidikan Islam baik sebagai pendidik maupun sebagai birokrat. Penelitian ini adalah penelitian kepustakaan (library research) dengan teknik pengumpulan data dari buku-buku, makalah, artikel, majalah, jurnal, web (internet) yang berkaitan dengan gagasan dan pemikiran Zakiyah Daradjat di bidang pendidikan Islam. Pertanyaan yang hendak dijawab dalam artikel ini yaitu, bagaimana pemikiran pendidikan Islam serta apa konstribusi Zakiah Daradjat terhadap pendidikan Islam di Indonesia. Hasil dari penelitian ini adalah, pemikiran pendidikan Islam Zakiah Daradjat terlihat ketika ia merumuskan dan memetakan tentang hakikat dan tujuan pendidikan Islam, dasar pendidikan Islam serta lingkungan dan tanggungjawab pendidikan Islam. Konstribusi Zakiah Daradjat terhadap pendidikan Islam di Indonesia dapat dilihat pada dua hal yaitu, Pertama, seorang pendidik-psikolog. Zakiah Daradjat merupakan seorang yang “multi talent”, sebagai seorang psikolog ia menfokuskan pemikirannya tentang kesehatan mental yang berkaitan dengan persoalan remaja. Kedua, birokrat-pembaharu pendidikan Islam Indonesia. Semasa menjabat direktur di Kementerian Agama dan jabatan lain, beliau memanfaatkan sebaik-baiknya untuk pengembangan dan pembaharuan dalam bidang Pendidikan Islam.
Hermeneutika Tauhid; Kritik terhadap Penafsiran Amina Wadud tentang Nusyuz Miftahul Janah; Muhammad Yasir
An-Nida' Vol 43, No 2 (2019): July - December
Publisher : Lembaga Penelitian dan Pengabdian kepada Masyrakat

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24014/an-nida.v43i2.12327

Abstract

Tulisan ini mengkaji paradigma, prinsip, metode dan hasil penafsiran Amina Wadud, khususnya tentang nusyuz. Paradigma penafsiran merujuk pada hermeneutika tauhid yang memahami bahwa Al-Qur’an mempunyai satu-kesatuan makna dari seluruh bagian-bagian ayatnya. Sehingga ada integrasi antara hal yang universal dan partikular dalam Al-Qur’an. Secara geneologi, prinsip penafsiran Wadud merujuk pada hermeneutika filosofis atau aliran obyektivies-cum-subyektivies, yakni Gadamer. Kelompok ini lebih mengedepankan pada wilayah “bagaiman memahami”, tidak pada wilayah bagaimana memahami teks dengan benar dan objektif. Terdapat tiga metode yang dilalui Wadud dalam menafsirkan Al-Qur’an; dalam konteks apa suatu teks ditulis atau diwahyukan, bagaimana komposisi tata bahasa teks tersebut, terakhir bagaimana keseluruhan teks (ayat), Weltanschauung-nya atau pandangan hidupnya. Sementara terkait nusyuz, Wadud memahami sebagai disruption of marital harmony. Salah satu kritik terhadap penafiran Wadud terletak pada pemahamannya bahwa lafad qānitāt hanya berlaku pada ketaatan manusia kepada Allah, tidak pada keta’atan sesama mahluk hidup, namun dalam Q.S. Al-Ahzab (33):31 tidak demikian.
Kitab Musnan Ahmad Ibn Hanbal Muhammad Yasir
MENARA RIAU Vol 12, No 2 (2013): Juli - Desember 2013
Publisher : Lembaga penelitian dan pengabdian kepada masyrakat

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (150.235 KB) | DOI: 10.24014/menara.v12i2.420

Abstract

Imam Ahmad adalah seorang tokoh yang sederhana,merakyat dan mempunyai komitmen keislaman yang tinggi. Kecintaan beliau pada hadis dan kesetiaan pada nabi yang harus dibayar dengan pengorbanan fisik dan nonfisik. Merupakan suatu nilai tambah yang harus dihargai, upaya bliau dalam menyelaraskan kata dan sikap/tindakan adalah semata konsistensi dari kecintaan tersebut. Keteguhan sikap ini memberikan kekuatan untuk menghadapi Mihnah dan otoritas penguasa.
Reinterpretation Of Polygamy Verses: Analysis Study Of Maqashidi's Interpretation Afriadi Putra; Safira Malia Hayati; Muhammad Yasir
QOF Vol. 5 No. 2 (2021)
Publisher : Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Keiri

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (1433.424 KB) | DOI: 10.30762/qof.v5i2.8

Abstract

Maqashidi interpretation is able to provide new breakthroughs in the approach to understanding the Qur'an. The development of this study continues to be of interest. Maqashidi interpretation as a philosophy of interpretation will give a new spirit, not only in the product of the interpretation of the Qur'an, but also in the process of interpretation. The term maqashidi is not a new term because it was previously used in relation to shari'ah (maqashid as-Shari'ah). This is very much in accordance with the statement of the Qur'an which is pious kulli zaman wa makan. Maqashidi interpretation is generally used in interpreting legal verses. In this article, we discuss two focuses. First, how is the commentator's interpretation of the QS. An-Nisa'[4] verse 3, 128-130. Second, how is the application and analysis of maqashidi interpretation in QS. An-Nisa'[4] verses 128-130. The method that the author uses is the thematic method, which is discussing the verses based on a set theme. Aims to gain a focused understanding of the reinterpretation of polygamous verses with a review of maqashidi interpretations. This article is expected to be able to contribute to the Indonesian Muslim community in understanding the verses about the law contained in this polygamy and monogamy theme.
Akhlak Wanita dalam Perspektif Al-Quran (Studi Kasus Eksistensi Dalam Menggunakan Aplikasi Tiktok) Nurwidia Nurwidia; Nixson Husin; Muhammad Yasir; Edi Hermanto
Jurnal An-Nur Vol 11, No 1 (2022): Jurnal An-Nur Juni 2022
Publisher : UIN SUSKA RIAU

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24014/an-nur.v11i1.18413

Abstract

Artikel ini berjudul Akhlaq Wanita dalam Perspektif Al-Quran” (Studi Kasus Eksistensi dalam Menggunakan Aplikasi Tiktok). Penelitian ini bertujuan untuk mengungkapkan penafsiran ulama tentang ayat yang berkenaan dengan Akhlaq Wanita dan untuk mengetahui analisis Tik Tok terkait dengan Akhlaq wanita yang ada di jelaskan dalam Al-Quran. Jenis penelitian ini adalah Library Research yakni penelitian mengadakan penelitian berbagai sumber melalui karya-karya di perpustakaan baik buku, jurnal dokumen, artikel, kamus. Al-Quran yang menjelaskan tentang hal ini terdapat dalam surah Al-Ahzab ayat 32-33. Banyak kaum hawa yang ikut trend dalam menggunakan tiktok ini, mereka dengan sengaja membentuk lekuk tubuh di depan khalayak ramai, mereka berfikiran itu hanya untuk hiburan semata, tetapi menurut pandangan Al-Quran ini sangat tidak diperbolehkan apalagi untuk kegiatan yang tidak bermanfaat, sesuatu yang tidak bermanfaat akan menghasilkan hal yang sia-sia. Hindari hal demikian karena setiap apa yang kita perbuat di dunia ini akan ada balasanya di akhirat maka berhati-hati lah dalam mengerjakan sesuatu.