Bernat S. P. Hutagalung
Unknown Affiliation

Published : 5 Documents Claim Missing Document
Claim Missing Document
Check
Articles

Found 5 Documents
Search

GAMBARAN KONTRAINDIKASI PENCABUTAN GIGI DI RSGM UNSRAT TAHUN 2014 Payung, Heny; Anindita, Pritartha S.; Hutagalung, Bernat S. P.
JURNAL KEDOKTERAN KOMUNITAS DAN TROPIK JKKT Volume 3 Nomor 3 (2015)
Publisher : UNIVERSITAS SAM RATULANGI

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Pencabutan gigi terkadang tidak bisa dilakukan karena adanya kontraindikasi, seperti kelainan sistemik dan kondisi tertentu. Kontraindikasi ini bisa bersifat mutlak atau relatif tergantung pada kondisi umum pasien. Pengetahuan atau keterampilan dokter gigi yang tidak cukup untuk menangani komplikasi yang mungkin terjadi, maka dokter gigi akan membatalkan atau menunda pencabutan gigi. Tujuan dari penelitian ini yaitu untuk mengetahui gambaran kontraindikasi pencabutan gigi di RSGM Unsrat tahun 2014. Jenis penelitian yang digunakan yaitu deskriptif retrospektif. Populasi yang digunakan yaitu seluruh kartu rekam medik pasien yang datang untuk pencabutan gigi dengan kontraindikasi di RSGM Unsrat tahun 2014. Pengambilan sampel dilakukan dengan teknik total sampling. Besar sampel pada penelitian ini setelah melihat kriteria inklusi dan ekslusi menjadi 136 kartu rekam medik. Hasil penelitian menunjukkan bahwa tindakan pencabutan gigi yang tercatat pada kartu rekam medik umum dan bagian bedah mulut di RSGM Unsrat pada tahun 2014 berjumlah 576 pasien. Pasien yang datang tanpa adanya kontraindikasi berjumlah 440 orang (76,39%), sedangkan yang datang dengan adanya kontraindikasi berjumlah 136 orang (23,61%). Kontraindikasi hipertensi dengan persentase tertinggi pada laki-laki sebesar 10,56%,  dan perempuan sebesar24,22%. Persentase kontraindikasi asma tertinggi pada kelompok umur 0-11 sebesar 3,11%, dan 12-25 tahun sebesar 7,45%. Persentase kontraindikasi hipertensi tertinggi pada kelompok umur 26-45 tahun sebesar 8,07%, dan 46-65 tahun sebesar 14,29%. Kontraindikasi fisiologis tertinggi yaitu usia lanjut dengan persentase 10,56%. Kontraindikasi pencabutan gigi tertinggi di RSGM Unsrat tahun 2014 yaitu hipertensi (34,78%), kemudian diikuti oleh asma (19,88%), diabetes mellitus (10,56%), usia lanjut (10,56%), dan penyakit jantung (7,45%).   Kata Kunci: Pencabutan Gigi, Kontraindikasi
Perbandingan efektivitas pemberian asam mefenamat dan natrium diklofenak sebelum pencabutan gigi terhadap durasi ambang nyeri setelah pencabutan gigi Pangalila, Kartika; Wowor, Pemsi M.; Hutagalung, Bernat S. P.
e-GiGi Vol 4, No 2 (2016): e-GiGi
Publisher : Universitas Sam Ratulangi

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.35790/eg.4.2.2016.13650

Abstract

Abstract: Tooth extraction is one of a minor operative surgery in dentistry that could cause uncomfortable sense of pain at its surrounding area. In order to reduce that feeling, some pain management could be performed, such as local anesthetic administration or analgesic medication. This study aimed to compare the effectiveness of mefenamic acid and diclofenac sodium given before the extraction procedure against the pain threshold duration after tooth extraction. This was a clinical study with a case-control design and was carried out in July 11th – August 12th 2016 at Department of Oral Surgery RSGM FK Unsrat. There were 30 samples obtained by using the purposive sampling method, divided into three groups, each of 10 samples, as follows: the control group without any analgesic treatment; the treated group with mefenamic acid; and another treated group with diclofenac sodium before the extraction. The results showed that the control group had a lower average of pain threshold duration than the treated groups with a difference of 2 hours and 42 minutes. The group treated with mefenamic acid before the extraction had the highest average of pain threshold duration compared to the group of diclofenac sodium with 4 hours and 11 minutes vs. 3 hours and 49 minutes. Conclusion: Mefenamic acid given before the tooth extraction procedure had greater effect and higher pain threshold duration than diclofenac sodium.Keywords: tooth extraction, mefenamic acid, diclofenac sodium, pain threshold duration.Abstrak: Pencabutan gigi merupakan salah satu tindakan dalam bidang kedokteran gigi yang dapat menimbulkan rasa nyeri akibat adanya trauma pada soket gigi yang dicabut. Untuk mengurangi ketidaknyamanan pasien maka diberikan tindakan manajemen nyeri berupa anestesi lokal dan pemberian analgesik. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis perbandingan efektivitas pemberian asam mefenamat dan natrium diklofenak sebelum pencabutan gigi terhadap durasi ambang nyeri setelah pencabutan gigi. Penelitian ini menggunakan desain penelitian klinis dengan rancangan case-control study. Pengambilan sampel menggunakan teknik purposive sampling berdasarkan kriteria inklusi dan ekslusi dengan total sampel 30 pasien: 10 pasien dalam kelompok kontrol tanpa perlakuan; 10 pasien dalam kelompok uji dengan asam mefenamat; dan 10 pasien dalam kelompok uji dengan natrium diklofenak. Penelitian dilaksanakan pada bulan Juli-Agustus 2016 di Rumah Sakit Gigi dan Mulut Unsrat. Hasil penelitian menunjukkan dari 30 sampel, 10 sampel yang tidak mengonsumsi analgesik apapun sebelum pencabutan memiliki rata-rata durasi ambang nyeri lebih rendah dibandingkan dengan sampel-sampel lain yang mengonsumsi analgesik sebelum pencabutan dengan selisih 2 jam 42 menit. Pasien dengan rata-rata durasi ambang nyeri terbesar ialah yang diberikan asam mefenamat yaitu 4 jam 11 menit dan yang diberikan natrium diklofenak memiliki rata-rata durasi ambang nyeri sebesar 3 jam 49 menit dengan selisih 22 menit. Simpulan: Pemberian asam mefenamat sebelum pencabutan gigi memiliki efektivitas dan rata-rata durasi ambang nyeri yang lebih tinggi dibandingkan pemberian natrium diklofenak dengan selisih durasi ambang nyeri 2 jam 42 menit jika dibandingkan dengan kelompok tanpa pemberian analgesik.Kata kunci: pencabutan gigi, asam mefenamat, natrium diklofenak, durasi ambang nyeri
UJI EFEK PEMBERIAN ASAM MEFENAMAT SEBELUM PENCABUTAN GIGI TERHADAP DURASI AMBANG NYERI SETELAH PENCABUTAN GIGI ., Febriana; Posangi, Jimmy; Hutagalung, Bernat S. P.
e-GiGi Vol 3, No 2 (2015): e-GiGi
Publisher : Universitas Sam Ratulangi

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.35790/eg.3.2.2015.10019

Abstract

Abstract: The action tooth extraction is one of the medical procedures that makes the patient feel fear and anxiety, the pain felt is one of reason for the patient’s fear and anxiety to go to the dentist. Pain is an unpleasant taste and cause suffering and pain. For the reduction of fear and anxiety, operator must perform good preparation before doing tooth extraction or revocation action. Preparations that can be done by operator one of them to overcome pain in patients by administration of analgesic and local anesthesia given. The purpose on this study is to determine the effect of mefenamic acid given before tooth extraction for the duration of the threshold of pain after tooth extraction action.The research method used is a quasi experimental design post test only with control design. The sampling used is purposive sampling based on inclusion and exclusion criteria with a sample of 20 patients, 10 patients as test group were given the drugs and 10 patients with the control were not given the drug was conducted in August-September 2015. The data is processed and analyzed bivariat and presented in the form of a frequency distribution table.Based on the result of research shows after tooth extraction, that the duration of the patient’s pain threshold in a given mefenamic acid before tooth extraction longer than with a patient not given mefenamic acid before tooth extraction. The average duration successive is 3 hours 28 minutes and 2 hours 11 minutes, so the difference of duration of 1 hours 17 minutes. Conclusion: Mefenamic acid given before tooth extraction extended the duration of pain threshold after tooth extraction.Keywords: tooth extraction, mefenamic acid, the duration of the pain threshold.Abstrak: Tindakan pencabutan gigi merupakan salah satu tindakan medis yang membuat pasien merasa takut dan cemas, nyeri yang dirasakan adalah salah satu alasan pasien untuk takut dan cemas pergi ke dokter gigi. Nyeri yaitu rasa yang tidak menyenangkan dan menimbulkan derita serta rasa sakit. Untuk mengurangi rasa takut dan cemas, operator harus melakukan persiapan yang baik sebelum melakukan tindakan pencabutan. Persiapan yang dapat dilakukan oleh operator salah satunya mengatasi nyeri pada pasien yaitu dengan pemberian analgesik dan anastesi lokal. Tujuan dari penelitian ini yaitu untuk mengetahui efek pemberian asam mefenamat sebelum pencabutan gigi terhadap durasi ambang nyeri setelah tindakan pencabutan gigi. Metode penelitian yaitu eksperimental quasi dengan rancangan post test only with control design. Pengambilan sampel yang digunakan yaitu purposive sampling berdasarkan kriteria inklusi dan eksklusi dengan jumlah sampel 20 pasien, 10 pasien sebagai kelompok uji (diberi obat) dan 10 pasien kelompok kontrol (tidak diberi obat) dilakukan pada bulan Agustus-September 2015. Data diolah dan dianalisis secara bivariat dan disajikan dengan distribusi frekuensi dalam bentuk tabel. Hasil penelitian memperlihatkan setelah pencabutan gigi, durasi ambang nyeri pada pasien yang diberikan asam mefenamat sebelum pencabutan gigi lebih lama dibandingkan dengan pasien yang tidak diberikan asam mefenamat sebelum pencabutan gigi. Rata-rata durasi berturut-turut 3 jam 28 menit dan 2 jam 11 menit, jadi selisihnya yaitu 1 jam 17 menit. Simppulan: Pemberian asam mefenamat sebelum pencabutan gigi memperpanjang durasi ambang nyeri setelah pencabutan gigi.Kata kunci: pencabutan gigi, asam mefenamat, durasi ambang nyeri
PREVALENSI GIGI IMPAKSI MOLAR TIGA PARTIAL ERUPTED PADA MASYARAKAT DESA TOTABUAN Sahetapy, Delsy T.; Anindita, P. S.; Hutagalung, Bernat S. P.
e-GiGi Vol 3, No 2 (2015): e-GiGi
Publisher : Universitas Sam Ratulangi

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.35790/eg.3.2.2015.10810

Abstract

Abstract: Dental tooth impaction is a state of latent or not erupted or partly erupted after a normal eruption time. The impact of impacted teeth, namely the absence of pain, inflammation, and cysts but the prevalence of impacted teeth in several countries including in Indonesia is quite high. Some areas in Indonesia yet has particularly impacted teeth, especially data on partial erupted. This study aims to determine the prevalence of impacted teeth partially erupted on Totabuan Village community. This research is a descriptive cross sectional study. The study population is villagers Totabuan, the study sample as many as 37 people are 13 men and 24 women aged 24-60 years. Results of studies have impacted teeth partially erupted third molars most women (60%), and more common in the age of 24-35 years (62%). Partially erupted tooth impaction occurs most often in the lower jaw (53%) with most gear position on mesioangular (48.4%).Keywords: dental impaction, partial erupted.Abstrak: Gigi impaksi merupakan suatua keadaan gigi terpendam atau tidak erupsi baik sebagian maupun seluruhnya setelah melewati waktu erupsi normal. Dampak dari gigi impaksi yaitu adanya rasa sakit, inflamasi, serta kista akan tetapi prevalensi gigi impaksi di beberapa negara termasuk di Indonesia cukup tinggi. Beberapa daerah di Indonesia belum meiliki data mengenai gigi impaksi khususnya partial erupted. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui prevalensi gigi impaksi partial erupted pada masyarakat Desa Totabuan. Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif dengan rancangan cross sectional study. Populasi penelitian yaitu masyarakat Desa Totabuan, dengan sampel penelitian sebanyak 37 orang yaitu 13 orang laki-laki dan 24 orang perempuan dengan usia 24-60 tahun. Hasil penelitian ditemukan adanya gigi impaksi molar tiga partial erupted paling banyak pada perempuan (60%), dan banyak ditemukan pada usia 24-35 tahun (62%). Gigi impaksi partial erupted paling sering terjadi pada rahang bawah (53%) dengan posisi gigi paling banyak pada mesioangular (48,4%). Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan dapat disimpulkan bahwa gigi impaksi molar tiga partial erupted yang paling banyak ditemukan pada perempuan, dan banyak ditemukan pada usia yaitu 24-35 tahun. Gigi impaksi molar tiga partial erupted paling banyak ditemukan pada rahang bawah, dengan posisi gigi paling banyak pada mesioangular.Kata kunci: gigi impaksi, partial erupted.
UJI DAYA HAMBAT EKSTRAK RUMPUT LAUT GRACILARIA SP TERHADAP PERTUMBUHAN BAKTERI STAPHYLOCOCCUS AUREUS Toy, Torar S. S.; Lampus, Benedictus S.; Hutagalung, Bernat S. P.
e-GiGi Vol 3, No 1 (2015): e-GiGi
Publisher : Universitas Sam Ratulangi

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.35790/eg.3.1.2015.6600

Abstract

Abstract: Infection usually caused by microorganism such as bacterial. One example of infection is abscess which caused by Staphylococcus aureus. Staphylococcus aureus is a pathogenic bacterial in mouth. Seaweed is a part of sea plants. Nowadays, seaweed has been used as material of agar-agar, alginate, and even medicine. Indonesia has good potential to develop and use its richness at the sea. One of species that has been cultivated is Gracilaria verrucosa or known with local name “bulung rambu” (Bali) or “sango-sango” (Sulawesi). The characteristics of Gracilaria verrucosa is thallus silindris, slick, and has yellowish-brown or yellowish-green. Green, red, or brown seaweed is a potential source of bioactive compound that useful for pharmacy industry improvement like antibacterial, antivirus, antifungal, and cytostatic. This study purpose was to find out if seaweed extract (Gracilaria sp.) can inhibit growth of Staphylococcus aureus. This study was an experimental laboratory with true experimental design and posttest only control design. study subject are seaweed extract Gracilaria sp. that dissolved with 95% ethanol which evaporated in oven. Inhibition zone of Gracilaria sp. extract evaporated in the oven at each repeated were 2.5mm, 3.5mm, 3mm. Inhibition zone created from Gracilaria sp. extract that evaporated with vacuum rotary evaporator in each repeated were 2mm, 2mm, and 2.5mm. Study results showed that seaweed extract (Gracilaria sp.) didn’t have exhibition zone against Staphylococcus aureus.Keywords: inhibition test, seaweed (gracilaria sp), staphylococcus aureus.Abstrak: Penyakit infeksi yang biasanya disebabkan oleh mikroorganisme yaitu bakteri. Salah satu contoh penyakit infeksi tersebut yaitu abses yang disebabkan oleh bakteri Staphylococcus aureus. Staphylococcus aureus adalah patogen utama dalam rongga mulut. Rumput laut merupakan bagian dari tumbuhan laut perairan. Saat ini rumput laut telah dimanfaatkan sebagai bahan baku industri agar-agar, dan alginat bahkan obat-obatan. Indonesia mempunyai potensi yang baik untuk mengembangkan dan memanfaatkan kekayaan lautnya. Salah satu jenis yang sudah banyak dibudidayakan adalah Gracilaria verrucosa atau dikenal dengan nama daerah bulung rambu (bali) atau sango-sango (sulawesi). Ciri-ciri dari Gracilaria verrucosa, yaitu thallus silindris, licin, dan berwarna kuning-coklat atau kuning-hijau.Rumput laut hijau, merah ataupun coklat merupakan sumber potensial senyawa bioaktif yang sangat bermanfaat bagi pengembangan industri farmasi seperti sebagai antibakteri, antivirus, antijamur dan sitotastik. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apakah ekstrak rumput laut (Gracilaria sp.) dapat menghambat pertumbuhan bakteri Staphylococcus aureus. Penelitian ini merupakan penelitian eksperimental laboratorium, menggunakan rancangan eksperimental murni (true experimental design) dengan rancangan penelitian posttest only control design. Subjek dari penelitian ini ialah ekstrak rumput laut Gracilaria sp. yang dilarutkan dengan etanol 95% yang dievaporasi menggunakan rotary vacuum evaporator dan dipanaskan dalam oven. zona hambat dari ekstrak Gracilaria sp. yang dievaporasi dengan oven pada masing-masing pengulangan ialah 2,5 mm, 3,5 mm, 3 mm. Demikian juga zona hambat yang terbentuk dari ekstrak Gracilaria sp. yang dievaporasi dengan vacuum rotary evaporator pada masing-masing pengulangan ialah 2 mm, 2 mm, dan 2,5 mm. Hasil penelitian menunjukkan bahwa ekstrak rumput laut (Gracilaria sp.) tidak memiliki daya hambat terhadap bakteri Staphylococcus aureus.Kata kunci: uji daya hambat, rumput laut (gracilaria sp.), staphylococcus aureus.